Part. 19

22.5K 1.7K 71
                                    

Anin & Arka
2

¤
¤
¤

By Nuryunus99

☆☆☆

Air mata Anin seketika mengalir dari kedua matanya. Arkanya, Arkanya ada di depan mata sedang berbaring di atas ranjang dengan insfus dan juga perban yang berada di tubuh pria itu.

Arka, Chandra dan juga Brian terdiam melihat Anin dan juga Bintang yang berdiri tak jauh dari mereka.

"Al..." lirih Anin mencoba mendorong kursi rodanya dengan kedua tangannya sendiri. Anin mengangkat kepalanya saat merasakan kalau kuris rodanya tertahan.

"Kak..." Panggilnya pada Bintang yang menatap lurus ke arah Arka.

Kedua tanagan yang berada di pegangan kursi roda mengepal.

"Kak..."

"Kita pergi,"ucap Bintang menarik kursi roda Anin.

"Kak, Kenapa? Itu Al..."

"Itu bukan Arka," ucap Bintang membuat Anin menurunkan di lantai. Ia menahan dorongan Bintang.

"Kakak..."

"Dia bukan Arka! Kalau dia Arka dia nggak akan mempermainkanmu, Nin!" Bentak Bintang membuat Anin terkejut. Tidak pernah kakak ke duanya membentaknya, jangankan membentak meninggikan sedikit suara saja tidak.

"Ka Bintang," panggil Arka mencoba turun dari atas ranjangnya di bantu Chandra dan Brian.

Bintang melirik ke arah ruangan Arka, lalu mencoba mendorong kursi roda Anin. Menjauhkan keduanya.

"Kakak..." Bintang berhasil mendorong Anin menjauh dari Arka membuat Anin merontak dan menangis.

Sementara itu, Arka mencoba mengejarnya sayang karna satu kakinya sedang patah ia tidak bisa menyusul Anin dan Bintang.

"Tunggu gue ambilin kursi rodanya," ucap Brian mengambil kursi roda yang ada di sudut ruangan Arka.

Setelah membantu mendudukkan Arka di kursi roda, Chandra mendorong Arka mencoba mengejar Bintang.

"Kakak... itu Al, Anin mau Al..."

"Tidak Anin, Dia bukan Arka." Kembali Bintang menentang apa yang di ucapkan adiknya meski apa yang di ucapkan adalah benar.

"Maksud kalian apa?" tanya Given bingung. Bukan hanya Given, Azka, Nafiza, Adit dan Azril bingung dengan apa yang di ucapkan oleh Bintang dan Anin.

"Aku."

Semua menatap ke asal suara tersebut.

"Arka," ucap Nafiza melangkah mendekati Arka. Nafiza langsung berlutut dan memeluk Arka, suara isakkan terdengar darinya. Sementara Arka hanya dia dengan menatap lurus ke arah Anin yang menangis.

Ingin rasanya ia berdiri dan menghapus air mata itu.

"Kakak..." Anin mencoba membujuj Bintang agar membiarkannya mendekati Arka.

"Nggak!" Tolak Bintang dengan tegasnya.

"Ayo masuk, Kamu harus istirahat," ucapnya lagi seraya berdiri di belakang kursi roda Anin.

"Aku.. Aku akan menjelskannya. Ku mohon biarkan aku bertemu Anin."

"Tidak! Aku tidak akan membiarkannya, Apa pun alasanmu nanti. Aku tidak akan membiarkan Anin bertemu dengamu, Kau.." Bintang menatap tajam pada Arka, "Kau mempermainkan kita semua. Mempermainkan Anin, mempermainkan keluargamu atau pun keluarga Andjaya. Kamu kira kematian yang kau buat itu lucu!?" lanjutnya.

"Kakak.."

"Tidak,.Kamu harus istrahat." Bintang pun membawa Anin masuk ke ruang rawatnya meninggalkan semua yang terdiam menatap Arka.

"Aku akan jelaska...," ucapan Arka tak bisa ia selesaikan lagi saat ia merasa kesakitan di bagian punggungnya. Nafiza.yang memeluknya tak sengaja menyentuh bagian luka yang ada.

"Arka, Lo nggak papa?" tanya Brian khawatir.

"Arka, ini udah waktunya lo istirahat," tambah Chandra mencoba membawa Arka ke ruangan rawatnya.

"Kalian! Kalian akan bawa kemana anakku!?" Teriak Nafiza dengan histeris.

"Bunda..." Ucap Arka mencoba menenangkan Nafiza. Sebisa mungkin ia menahan rasa sakitnya yang semakin menjadi.

Arka menutup kedua matanya, deruh napasnya sudah tidak beraturan lagi.

"Maaf, Tante. Kami akan bawa Arka ke ruangannya. Arka masih butuh istirahat dan lukanya harus di periksa lagi," jelas Chandra pada Nafiza.

"Aku, Aku akan ikut."

Chandra dan Brian mengangguk, membiarkan Nafiza ikut.

"Azril juga," tambah Azril menyusul mereka dan di belakang Azril ada Azka.

"El..." Lirih Arka.

Dokter Tian datang dan langsung memeriksa keadaan Arka, pria itu menggelengkan kepalanya saat melihat darah keluar dari perut Arka.

"Luka pasien harus di jahit lagi, Saya harap semua keluar dan biarkan saya mengobatinya" ucapnya membuat semua yang ada mengangguk.

Brian menarik Chandra keluar dari ruangan Arka, sementara Nafiza di tuntun oleh Azka di ikuti Azril.

"Mas, anak kita.."

"Sabar sayang, Dokter akan memeriksanya."

Dan Nafiza kembali menangis. Rasa senang, bahagia, dan sedih bercampur menjadi satu.

Azka menatap Brian yang tiba-tiba pergi meninggalkan mereka.

"Lo mau kemana?"

"Gue. Gue bakal jelasin sama mereka," Jawab Brian dari kejauhan. Chandra menghembuskan napasnya, yang harusnya menjelaskan adalah Arka bukan Brian. Keluarga itu pasti tidak akan menerima penjelasan dari Brian.

"Apa ada yang bisa jelaskan sesuatu?" ucap Azka menatap dingin pada Chandra.

Chandra yang mendnegar ucapan Azka menatap ke arah Azka dan menganggukkan kepalanya.

☆☆☆

Bersambung,

Treng... Balik lagi.. ☺☺☺

Jan lupa vote dan komen ya.. biar semangat ngetiknya 😄😄😄

Sabtu, Oktober 2019

Arka & Anin 2 (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang