Anin & Arka (32)

25.7K 1.9K 351
                                    

"Mama... Daffi mau pergi ke rumah teman dulu, ada tugas kelompok."

Anin menatap anak ke duanya sekilas lalu mengangguk, "Pulangnya sebelum jam lima sore yah," ucapnya.

"Iya."

"Oh, ya Daffi. Kakak kamu Daffa di mana? Dari tadi mama belum liat Daffa."

"Nggak tau, Daffi dari tadi juga belum liat Daffa."

"Dari tadi belum pulang sekolah, apa ada eskul hari ini?"

"Nggak ada Ma. Hari ini jadwal eskul nggak ada."

"Terus kemana Daffa?"

"Nggak tau, Daffi pamit dulu ya, Ma."

"Iya. Hati-hati di jalan."

Anin menatap punggung Daffi yang perlahan mulai menghilang dari depannya. Wanita itu menghembuskan napas pelan lalu beranjak dari sofa. Anin melangkahkan kakinya keluar rumah hingga sampai di pos satpam dekat gerbang.

"Mang tadi ada lihat Daffa pulang dari sekolah nggak? Atau liat Daffa keluar dari rumah," tanya Anin pada seorang satpam yang selalu berjaga di depan gerbang rumah.

"Maaf nyonya. Dari tadi saya tidak melihat tuan Daffa masuk  atau pun keluar rumah. Saya dari tadi di sini berjaga, cuman tuan Daffi aja yang saya lihat."

"Oh, ya sudah kalau begitu."

Anin kembali melangkahkan kakinya ke dalam rumah. Perasaannya benar-benar sedang tidak enak sekarang ini.

"Duh, semoga Daffa pulang sebelum Al pulang dari kantor," ucapnya penuh harapan.

Arka selalu tidak akan tinggal diam kalau ada anak-anaknya masih di luar rumah saat dia sudah ada di rumah. Main dengan teman boleh tapi harus ada izin dulu. Arka tidak akan segan bertindak tegas jika anak-anaknya melanggar aturannya.

Setelah dari luar Anin berjalan menuju ruangan di mana putrinya, Nayla sedang bermain bersama Andra. Anak kedua kakak pertamanya.

Suara tangisan yang nyaring menyambut kedatangan Anin. Anin hanya bisa menggelengkan kepalanya saat melihat Zello yang sedang tertawa kecil karna berhasil membuat adiknya menangis. Anak pertama dari Adit dan Adiva itu memang sangat suka menjahili adiknya sampai menangis. Anehnya, si kecil Andra tetap setia mengekori kakaknya terus-terusan.

"Zello!" teriakkan tak kalah nyaring dari suara tangisan Andra terdengar. Teriakkan itu berasal dari Adiva yang ada di dapur.

"Zello. Bunda minta tolong jagain adek kamu loh.. Bukan minta kamu buat jahilin sampe nangis!" Omel Adiva.

Anin hanya tertawa kecil melihat Ibu dan anak itu. Mereka tampak begitu akrab dengan cara mereka sendiri.

"Iya Bun, Maaf. Abis muka Andra minta di buat nangis sih, jadi aku buat nangis deh." Ucap Zello yang masih terkekeh kecil.

Zello membawa Andra yang masih menangis ke dalam pelukkannya seraya membujuk adiknya agar berhenti menangis.

"Zello, Zello. Jahil banget sih," ucap Anin.

"Naufal kamu kerja kok di tempat anak-anak bermain?" ucap Anin saat tak sengaja melihat keberadaan Naufal yang sedang sibuk dengan laptop beserta beberapa tumpukkan map berwarna-warni.

"Naufal nggak fokus kalau kerja di tempat sepi, Kak. Berasa ada di kuburan."

Aneh. Ya, Naufal memang aneh. Jika orang lain bekerja di tempat sepi agar bisa fokus dan tidak terganggu, maka Naufal sebaliknya. Ia merasa tidak akan fokus saat tidak mendengar suara-suara lainnya selain suara keyboard laptop yang ia sentuh.

Arka & Anin 2 (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang