Anteh (3)

101 10 0
                                    

Esok harinya, semua berjalan seperti biasa. Namun, aku masih bingung tentang kemarin. Itu artinya semua orang seperti itu ya? Oh... atau karena dulu bunda menikah di usia muda, jadi dia belum mengerti cara mengurus dokumen yang baik dan benar kali ya. Mama papa bunda juga sudah meninggal, tapi kan ada Anteh. Apa ayah sama seperti itu juga ya? Ayah juga anak yatim piatu sejak dia SMA. Huum, aku bingung. Biasanya, kalau aku tanya Keenan, dia pasti mengerti karena pemikirannya sudah sangat bertumbuh dewasa, sayangnya aku tak bisa melakukan itu lagi. Kalau Lila sih sepemikiran denganku, jadi pasti dia juga tidak tahu. Hari ini jadwalnya adalah olahraga. Untung saja guru olahraganya hanya meminta kami untuk melakukan pemanasan, sisanya bebas sampai jam istirahat pertama. Lila memintaku mengantarnya ke kantin, jadi aku mengantar Lila terlebih dahulu. 

Di kantin sangat banyak orang, itu artinya sangat banyak bahaya yang akan datang juga. Duh, aku harus apa ya? 

 "Lila, aku tunggu di pintu keluar kantin ya. Jangan lama-lama," ujarku takut.

 "Oh. Oke. Tunggu ya!" 

 "Iya." Lalu aku keluar dari sumber bahaya ini.

Berdiri sendirian bersandar di tembok sambil menunggu Lila membeli makanan. Depanku adalah lapangan dan koridor-koridor lantai 1. Banyak anak laki-laki yang sedang bermain bola di lapangan. Banyak juga yang sedang asyik bercengkrama sambil tertawa di koridor. Ada yang sedang berpacaran. Ada yang duel game juga. Banyak sekali aktivitas di sekolah ini. Entah mengapa, tiba-tiba aku merasa iri dengan mereka semua. Rasanya aku tak bisa seperti mereka. Aku tak sama seperti mereka. Rasanya aku terlahir bukan untuk menikmati hidup yang seperti itu. Tidak tahu untuk apa, yang jelas bukan untuk menjadi seperti mereka. Dari kecil saja masa kecilku tak seperti itu. Aku hanya mempunyai ayah, bunda, dan Anteh di seluruh duniaku dan sepanjang hayatku. Namun, aku mensyukuri karena mereka bertiga sudah lebih dari cukup. 

"Eh, udah nih. Yuk ke kelas." Lila menyenggol tanganku lalu mengajak kembali ke kelas.Ia membeli soto ayam. Uhm, sepertinya aku tidak boleh terlalu dekat dengannya karena itu adalah suhu tinggi. Tentunya Lila takkan sengaja menumpahkan kuah itu padaku, namun bisa saja ada orang lewat yang menyenggolnya dan kuahnya tumpah kepadaku atau Lila tersandung dan kuahnya juga mengenaiku. 

 Di depan kelas dekat papan tulis, dua orang teman kelasku sedang bercanda, Arul dan Willy. Tiba-tiba Arul mendorong Willy yang hampir mengenai Lila. Secara refleks, aku segera menjauh dan menggeser tubuhku dengan cepat ke arah papan tulis. 

"Eh, sorry sorry," ujar Willy lalu lanjut bercanda dengan Arul.

Aku membenarkan posisi tubuhku yang dempet dengan papan tulis dan berjalan ke arah kursi. Tiba-tiba saja aku melihat Keenan berdiri dari kursinya dan berjalan ke arahku dengan langkah cepat. Tatapannya fokus kepadaku.  

"Valin! Tangan kamu berdarah!" Peringatan Lila yang masih sibuk membenarkan posisi mangkuknya karena panas. 

 "EH? OH IYA!" Segera aku mengecek lenganku karena hanya kaus olahraga yang tidak menggunakan lengan panjang. Ternyata benar berdarah. Ini pasti terbeset besi tajam yang ada di papan tulis untuk menaruh penghapus karena lukanya ada di lengan kanan tempat aku bersandar di papan tulis ketika menghindar tadi. Aduh, panjang sekali lukanya! Aku segera menutupi lukanya dengan tangan kiriku dan berjalan cepat menuju kursi. Keenan yang tadinya berjalan cepat ke arahku langsung mengubah kecepatan jalannya dan melewatiku menuju tempat sampah. Oelah. Mau buang sampah saja sampai sebegitu seriusnya. Langsung saja aku mengeluarkan kotak kehidupanku. Lila menaruh mangkuk sotonya di meja dan menunda untuk memakannya setelah ia membantuku membersihkan lukanya. Aku memintanya mengerjakan di bawah meja karena aku tak ingin terlihat heboh. Karena itu adalah besi yang terbuka, aku takut banyak debu atau kotoran yang menempel di sana. Jadi, aku membutuhkan alkohol untuk membersihkannya terlebih dahulu, baru dilapisin kapas. 

Sebuah KesalahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang