Sampai hari ketiga, kami benar-benar tinggal hanya berdua di rumah. Aku selalu pergi dengan Relevan setiap harinya. Karena lusa sudah prom night, jadi tiga hari ini kami membeli baju, gaun, jas, dan pernak-pernik lain yang dibutuhkan agar dapat tampil maksimal di prom night. Aku juga belajar make up lebih dalam bersama teman-temanku yang lain. Pokoknya aku tidak di rumah sampai malam. Pulang-pulang, aku tinggal tidur. Selalu seperti itu setiap malamnya. Maka dari itu, aku mempunyai kunci rumah sendiri semenjak ujian sekolah berlangsung karena pulang malam. Aku hanya izin ke Mba Titi atau Mba Yanti karena aku tak bisa izin dengan Mas Neo. Lagipula, ia pasti takkan mengizinkanku pergi, apalagi dengan Relevan. Aku jadi terbiasa jauh darinya sekarang. Yah, setidaknya persiapan jika kami benar-benar berpisah setelah UMPTN nanti. Meskipun terkadang aku masih merasa bersalah, tetapi sikapnya yang juga ikut menjauh membuatku yakin jika jalan yang kupilih adalah jalan yang benar.
Sekarang sudah jam 6 sore. Setelah aku dan Relevan memutari tempat untuk jalan-jalan berdua, ia mengajakku ke rumahnya. Tadinya aku sempat menolak, tetapi ya sudahlah. Aku pacarnya kan? Wajar jika ia mengenalkanku pada orang tua dan keluarganya. Di rumahnya, keluarganya sangat ramah padaku, padahal Relevan bilang ayahnya yang seorang pensiunan jenderal sangat keras padanya dan kakak-kakaknya. Maka dari itu, ia tak berani melakukan macam-macam jika tak ingin berurusan dengan ayahnya, tetapi denganku, ayahnya sangat ramah dan lembut. Mungkin memang semua seperti itu.
Aku main di rumah Relevan mungkin hanya sampai jam 8 nanti karena batas maksimal membawa teman ke rumah itu hanya sampai jam 9. Wah, benar-benar ketat ya keluarga ini. Sangat berbeda dengan keluargaku, maksudku Anteh dan Om Willy. Kalau mama dan papa masih ketat padaku dan Mas Neo, meksipun mereka masih memberi kebebasan untuk main asal tidak lupa waktu, sedangkan sama Anteh dan Om Willy, kalau mereka belum di rumah meskipun sampai pagi, aku juga takkan dicari. Relevan mengajakku bermain dengan anjing peliharaannya, yaitu Arka. Ia merawat Arka dari kecil, jadi ia bilang jiwa mereka sudah menjadi satu. Arka juga sangat penurut dan melindungi Relevan. Ia akan menggonggong keras jika ada seseorang jahat yang ingin menyakiti Relevan. Bulunya halus sekali, aku suka mengelusnya.
"Duh, mendung banget di luar. Kayaknya mau hujan petir nih." Ibu Relevan berlari mengangkat jemuran yang sedang dijemur di halaman belakang rumahnya.
Seketika aku panik, gelisah, dan takut. Bagaimana jika ada hujan petir dan aku sedang tidak bersama Mas Neo? Bahkan hubunganku dan Mas Neo sangat tidak baik. Apakah aku harus pulang sekarang?
"Kenapa kamu? Kok panik gitu? Kalo emang hujan, kita bisa naik mobil atau tunggu sampai hujannya reda kok."
"Bukan itu, Van, tapi aku suka trauma sendiri kalo hujan petir."
"Oh, iya. Aku paham, Van. Terus gimana? Kamu mau pulang sekarang sebelum hujan?" Aku pernah bercerita tentang ini padanya, jadi ia pasti tahu.
"Iya. Ayo!" Segera aku bergegas merapihkan tas dan berjalan menuju pintu.
"Vania! Pamit dulu sama ayah ibu aku." Astaga, hampir lupa.
"Iya."
Setelah aku pamit kepada ibu dan ayahnya, barulah aku dan Relevan berjalan menuju garasi. Tiba-tiba petir menyambar dan hujan turun begitu derasnya membuat aku kaget setengah mati dan refleks memeluk Relevan di depan ibu dan ayahnya. Aku tak dapat melepaskan ini sekarang, tetapi ketika petir menyambar lagi, aku malah semakin takut. Tak ada setitik pun ketenangan yang aku dapatkan meskipun aku sudah memeluk dan dipeluk oleh orang lain. Rasanya ini tidaklah berarti. Hanya Mas Neo yang dapat membuatku tenang dalam pelukannya ketika aku menghadapit traumaku. Tubuhku tak dapat bergerak dan mulai menangis. Ibu dan Ayah Relevan yang ada tepat di belakang kami langsung panik melihatku seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Kesalahan
General FictionBagaimana jika kamu terlahir sebagai anak hasil inbreeding kesalahan kedua orang tuamu di masa lalu? Mariera Valinea Althaf, biasanya dipanggil Era. Bocah kecil berumur 12 tahun yang mengalami CIPA, penyakit langka yang tidak bisa merasakan sakit. N...