Nia's PoV
Melegakan sekali aku telah menyelesaikan masalah ini. Sekarang tinggal saatnya aku dan Mas Neo memulai hidup kami masing-masing dengan pasangan yang seharusnya.
Tiba-tiba, perasaanku tentang Era menjadi tidak enak. Apakah ia akan baik-baik saja?
"Kring... kring...." Aku melihat notifikasi telpon dari Anteh.
"Ya, halo, Anteh?"
"Ke Rumah Sakit Permata sekarang. Era gak sadar." Otakku langsung tertuju kalau Era mengalami luka yang serius lagi, tetapi... mengapa sampai tak sadarkan diri? Aku harus memberitahu Mas Neo!
Setelah jantungku rasanya ingin copot mendengar kabar itu, aku dan Mas Neo langsung menuju Rumah Sakit Permata. Era dirawat di ruang UGD. Kami hanya boleh melihat dari jendela. Sambil menangis dan berdoa tak karuan lagi, Om Martinus dan Anteh berusaha menceritakan kronologisnya. Mereka tidak tahu apa yang terjadi, tetapi tubuh Era seketika menggigil parah, wajahnya sangat pucat, bibir, kuku, dan suhu badannya sangat panas. Terdapat muntahan yang berisi darah juga hidung Era yang mengeluarkan darah. Kondisinya kritis parah. Tak henti-hentinya aku menangis bersama Mas Neo. Ada apa dengan Era yang seperti ini!
Dua jam kemudian, Era dipindahkan ke ruang ICU. Kita harus menunggu lagi di sana. Jikalau Era tersadar, aku berjanji untuk menuruti semua permintaannya jika ia tidak ingin aku menikah. Meskipun aku dan Mas Neo tidak lagi seperti dulu, tetapi Era tetap anakku. Sampai kapanpun ia tetap anakku yang sudah kurawat selama 13 tahun!
Semua berkumpul di sini dan mengirim doa pada Era. Aku benar-benar takut. Takut kehilangan lagi. Benar-benar takut. Lalu, salah satu dokter keluar. Mas Neo yang langsung menghadapi dokter tersebut untuk bertanya ada apa dengan Era. Dokter itu hanya memberitahu bahwa sekarang Era sedang kritis di dalam. Namun, kami tidak boleh masuk untuk melihatnya. Kasihan sekali, Eraku yang malang. Hidupmu benar-benar sulit karena kesalahanku dan Mas Neo. Ya Tuhan, mengapa Engkau tidak menghukumku saja? Jangan dia. Jangan dia yang merasakan sakitnya dosa besar yang aku lakukan.
Neo's PoV
Aku harus menemuinya. Aku harus. Tidak bisa aku seperti ini. Ia anakku. Sampai hari kiamat pun ia tetap anakku. Sesalah apapun takdir ini, ia tetap anakku! Darah dagingku! Era... jangan kamu tinggalkan ayah dan bunda kamu ini. Hiduplah layaknya manusia normal, biar kami yang menanggung dosa dan kesengsaraan dari apa yang telah kami perbuat.
Selama tiga hari, ia masih koma. Dirawat di ruang ICU dengan fasilitas pengunjung yang sangat terbatas. Maksimal hanya dua orang, itu juga hanya 10 sampai 15 menit karena penyakit yang Era alami cukup serius dan harus memakai pakaian steril. Namun, aku dan Nia terus mengunjunginya setiap waktu. Aku tahu ini salah sebagai dokter karena tidak mematuhi peraturan yang telah dibuat, tetapi lebih baik aku dipecat jadi dokter selamanya daripada aku tidak ada di samping anakku ketika ia sedang masa-masa koma seperti ini. Koma adalah keadaan di mana jiwanya di ambang batas antara hidup dan mati. Ketika orang dalam keadaan koma, persentase akan kembali ke raganya di dunia itu kecil. Maka dari itu, aku harus terus bersamanya untuk meyakinkan ia dapat kembali. Aku dan Nia masih di sini, di sampingnya. Berbisik padanya agar dapat terbangun.
"Era. Era bangun, Era!" Aku dan Nia terus seperti ini sampai dia harus tersadar. Tiba-tiba, tangan yang berada di atas tubuhnya sedikit mengangkat dan membuatku kaget. Langsung saja aku panggil suster yang menjaga untuk segera diberikan penangan. Mereka melakukan kejut jantung dan segala macam tindakan medis untuk menyadarkan Era. Aku dan Nia keluar dari ruangan dan menunggu hasilnya. Masih menangis sejadi-jadinya.
Kira-kira lima belas menit kemudian, kabar baik datang dari mereka. Kondisi Era mulai stabil. Kami harus menunggu kira-kira dua sampai tiga jam lagi untuk berkomunikasi dengannnya. Langsung saja aku mengabari Anteh, Om Martinus, Hinata, dan Nia juga menghubungi Erick. Mereka berkumpul di sini untuk bergantian bertemu dengan Era.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Kesalahan
General FictionBagaimana jika kamu terlahir sebagai anak hasil inbreeding kesalahan kedua orang tuamu di masa lalu? Mariera Valinea Althaf, biasanya dipanggil Era. Bocah kecil berumur 12 tahun yang mengalami CIPA, penyakit langka yang tidak bisa merasakan sakit. N...