Adik (4)

123 11 1
                                    

Mulai dari kejadian yang baru saja aku ketahui, aku selalu curiga pada Era. Apapun yang ia lakukan, aku selalu melarangnya. Jika ada aku di rumah, Era tidak boleh keluar kamar. Ia harus terus di dalam kamar bersamaku atau Nia atau Anteh. Aku tak ingin ia berbuat apapun yang dapat mencelakainya dan akhirnya merepotkan kami semua. Aku juga curiga akan ada penyakit lain yang datang padanya dan membuat hidupnya lebih hancur. Jadi, aku memutuskan untuk membawanya ke dokter untuk memeriksa kesehatan fisik juga mentalnya. 

 Di sana, benar dugaanku bahwa Era mengalami penyakit lain. Aku membawanya ke rumah sakit besar untuk melakukan cek kesehatan fisik dan kesehatan mental. Seminggu setelah melakukan tes, barulah keluar hasilnya. Aku ragu untuk melihatnya, tetapi aku harus melihat ini. Ia mengalami penyakit Anemia, jumlah sel darah merah lebih sedikit dari jumlah normalnya. Ketika lahir, ini belum terjadi. Mungkin bisa saja terjadi karena terlalu banyak darah yang ia keluarkan dan tidak sebanding dengan jumlah sel darah merah yang diproduksi oleh tubuh. Itu artinya, ini tidak selamanya terjadi. Jika Era tidak terlalu banyak mengeluarkan darah, ia tak terkena penyakit Anemia. Dokter juga mengatakan bahwa imun Era tergolong lemah. Itu akan menyebabkan Era akan mudah jatuh sakit, mudah lelah, mudah pusing, dan mudah terjangkit virus. Soal kesehatan mental, dokter mengatakan mental Era tergolong lemah, tetapi ini dapat diatasi jika lingkungannya mendukung Era untuk bertumbuh kembang menjadi seseorang yang aktif bersosialisasi dan pribadi yang positif. Terakhir, mungkin sewaktu-waktu Era dapat terkena penyakit serius yang tidak bisa dideteksi sebelumnya karena ia tidak dapat merasakan sakit itu. Meskipun seperti itu, aku dan Nia tak yakin akan dapat menjaga Era tiap waktu agar ia tak terluka atau melindunginya dari virus-virus dan hal yang membuat ia mudah sakit, atau menjadikan Era sebagai anak yang aktif bersosialisasi dan pribadi yang ceria. Ia mudah terluka secara fisik dan mental. Sesungguhnya kami bukanlah orang tua yang baik. Kami adalah orang tua yang jahat. Menjerumuskan anak ini kepada hal yang membuatnya tersiksa sepanjang hidupnya. Seketika, rasanya aku ingin menggantung diriku atau loncat dari gedung rumah sakit ini. 

Nia's PoV 

Mas Neo benar-benar tegas dan langsung memeriksakan Era. Sayangnya, hasil pemeriksaan ini membuat kami tambah menyesal. Era anak yang sangat cantik dan cerdas, tetapi ia harus hidup dengan penuh kesakitan sepanjang hidupnya. Ia takkan bisa hidup normal jika terus seperti ini. Aku dan Mas Neo makin merasa bersalah padanya, tetapi apa boleh buat? Kami tidak tahu apa yang harus kami lakukan untuknya. Keberadaannya di sini masih menjadi beban tersendiri untuk orang sepertiku dan Mas Neo.

 Dua tahun telah berlalu. Mas Neo sudah menyelesaikan koasnya dan sekarang ia sudah resmi menjadi dokter muda yang bisa melakukan praktik. Sudah 6 tahun kami tinggal bersama Anteh dan Era di rumah Anteh yang dulu. Semuanya masih sama. Aku ingin bebas dari sini. Makin lama, rasa keberatan yang aku rasakan menjadi sebuah kebiasaan. Malah, jika tidak ada Era, hidupku serasa sangat datar. Meskipun setiap ia terluka, aku dan Mas Neo juga ikut terluka. Setiap Era sakit, aku dan Mas Neo ikut sakit. Juga setiap Era sedih, aku dan Mas Neo yang depresi. Era sudah berumur 6 tahun. Namun, terkadang Era masih suka mengeluh tentang apa yang ia rasakan. Semakin ia mengeluh, semakin aku setres. Benar-benar tak dapat aku bayangkan kalau suatu hari ia tahu mengapa ia seperti ini, niscaya ia akan membenciku dan Mas Neo seumur hidupnya. Namun, aku takkan membiarkan hal itu terjadi. Aku dan Mas Neo menyayanginya sebagai anak kami, bukan sebagai adik lagi. Karena Anteh juga menganggap aku dan Mas Neo sudah lebih dewasa dan bersikap seperti orang tua pada umumnya, ia menawarkan kami untuk membeli rumah sendiri dan lepas dari tanggung jawab Anteh, dengan syarat, ini masih terikat perjanjian tanggung jawab. Jadi, aku dan Mas Neo bukan diperbolehkan hidup sebagaimana suami istri pada umumnya yang membuat kehidupan berumah tangga sendiri, melainkan masih dalam ikatan perjanjian tanggung jawab sampai ada saatnya Era harus mengetahui hal ini. Namun, aku dan Mas Neo sepakat untuk tidak pernah mengatakan ini pada Era. Sampai kapanpun. Aku tak ingin ia merasa tidak berguna dan tidak diinginkan di dunia ini. Aku menyayanginya meskipun hal ini masih terikat oleh perjanjian. 

Semakin lama, aku dan Mas Neo benar-benar menyayangi Era sebagaimana mestinya. Menjaganya sepenuh hati. Persyaratan Anteh adalah ketika kami tinggal bersama, aku dan Mas Neo tidak boleh melakukan hubungan suami istri karena sampai kapanpun kami bukanlah suami istri. Tetangga tidak tahu kalau Era adalah anak kami. Mereka tahu kalau Era adalah adik tiri kami, maka dari itu ia tidak ada di kartu keluarga. Mereka percaya karena wajah Era mirip dengan aku dan Mas Neo. Lagipula, Era tidak memiliki dokumen apapun. Aku dan Mas Neo ragu untuk membuatnya karena itu semakin menandakan bahwa hubungan terlarang ini ada di sela-sela kehidupan mereka. Karena sudah tidak dibatasi dan diawasi Anteh, aku dan Mas Neo menjadi lebih bebas. Meskipun Era sudah besar, ia tidak boleh memiliki kamar sendiri agar ia dapat 'menjaga' aku dan Mas Neo, Padahal, tanpa kamar dipisah pun, aku dan Mas Neo masih dapat melakukannya. Kami tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama. Jadi, kami memakai 'pengaman' untuk itu. 

Ketika Era terluka, tentunya aku dan Mas Neo ikut terluka. Apalagi jika lukanya cukup serius. Seringkali aku menyayat tanganku sendiri karena aku masih terasumsi tidak boleh mengonsumsi obat penenang, kecuali jika Mas Neo yang memberikan karena ia termasuk dokter yang boleh membeli dan memberikan obat tersebut, sedangkan ia sendiri sering mengonsumsi obat tersebut karena ia tidak boleh memperlihatkan luka sayatan di depan pasiennya yang menandakan ia tidak 'sehat' dan melanggar peraturan sebagai seorang dokter. Seringkali Era bertanya tentang ini, tetapi aku hanya memberi tahu bahwa aku terbeset pintu, sedangkan obat yang diminum Mas Neo adalah obat pereda pusing atau sakit kepala. Seiring berjalannya waktu, Anteh juga tidak terlalu mengawasi kami dan sudah memberikan kami kepercayaan untuk menjadi malaikat penjaga seseorang yang telah kami rusak masa depannya. Ia juga sudah bekerja dan memulai kehidupan barunya yang mungkin akan lebih baik tanpa kami yang selalu menyulitkannya. 

Sebenarnya, semakin lama aku tinggal bersama Era dan menyimpan rahasia besar ini, hidup kami semakin hancur. Semakin tidak karuan. Bagaimana bisa seorang anak yang mempunyai kebutuhan khusus dan perhatian lebih tinggal bersama kedua orang tuanya dengan mental sangat lemah yang sering cutting dan minum obat penenang? Hidup kami benar-benar hanya 'jalani saja' entah apa tujuannya. Serasa hidup kami hanya untuk membayar sebuah kesalahan yang dilampiaskan pada Era.

Sebuah KesalahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang