Bersamamu (7)

108 12 2
                                    

Keesokan harinya, semua kembali normal seperti sebelumnya. Aku senang dapat melihat senyum indahnya lagi yang mewarnai hari. Aku harap hari ini ia tak pergi kemana-mana dan seharian bersamaku hari ini. Kami bertemu di ruang makan sambil sarapan. Mba Titi dan Mba Yanti sudah membuat sarapan pagi untuk kami. 

 "Hari ini kemana, Dek?" 

 "Mau jalan aja sama Relevan." Seketika mood-ku berubah. 

 "Jalan kemana?" Nada pertanyaanku berubah meninggi. 

 "Ini, supnya baru matang. Hati-hati masih panas." Mba Titi menaruh sayur supnya di tengah-tengah meja. 

 "Jangan bete gitu ah." Nia mencubit pipiku dengan nada menggodanya. NIAAAA! Kamu apakan aku! Aku membalasnya dengan menggenggam pipinya kencang. 

 "Eh, diapain adiknya! Jangan kasar, Neo," teguran Mba Titi yang kaget melihat responku pada Nia dan membuatku terpaksa melepas kegemasanku pada adikku ini. 

 "Tuh. Jangan kasar-kasar, Mas," balas Nia seperti kata hatinya telah terungkapkan. Apa aku kasar padanya? 

 "Abisan aku gemes sama kamu." 

 "Emang aku gemesin." 

 "Di rumah aja ya sama aku. Jangan pergi mulu." 

 "Hmm, gimana ya?" 

 "Iya, Dek Nia. Mas kamu sedih sendiri tuh kalo liat kamu pergi-pergian sama pacar kamu mulu," tambah Mba Titi sambil mengelap piring di meja makan. 

 "Haha, iya aku tau kok," tawanya tanpa bersalah telah membuatku sakit. 

 "Kalo tau kenapa dilanjut, Dek?" Mulai emosi meskipun aku tahu ini hanyalah sebuah candaan.  

"Ada deh. Iya, nanti aku bilang Relevan, hari ini di rumah aja. Besok juga prom night ketemu lagi sama dia." Oh iya. Besok dia prom night. Duh, kok jadi khawatir sendiri ya? 

 "Yey!"

Bahagianya aku hari ini akan menghabiskan waktu bersama adikku tercinta ini. Ngapain aja ya hari ini? Di rumah atau jalan? Jalan aja deh. Mobilku nganggur mulu nih semenjak aku dan Nia jarang berkomunikasi karena masalah itu. Hmm, kemana ya enaknya?

 Setelah makan, aku membicarakan hal ini dengan Nia. Ia mengajakku menonton film yang baru keluar. Filmnya bergenre romansa dengan rentang usia 17+. Adikku ini memang sangat suka menggoda ya. Jika suatu saat nanti aku mendapatkannya, takkan pernah aku lepas lagi. Aku akan melakukan apapun agar ia tetap bersamaku selamanya. Sesuai dengan tema dan rentang usia yang diperbolehkan menonton film ini, terdapat beberapa konten seksual yang membuatku terus membayangkan hal yang aneh-aneh pada Nia. Namun, sepertinya Nia tidak peka tentang ini karena ia hanya fokus menonton, sedangkan aku di sini berusaha untuk membuat bayanganku menjadi nyata. Aku mencoba hal yang seperti kemarin, mendekatkan wajahku padanya, berharap ia membalasku atau melakukannya terlebih dahulu seperti kemarin malam. 

 "Ih, Mas!" Ia mencoba menghindar dariku dan mendorong wajahku menjauh darinya. Mengapa ia menolakku sekarang? Bukankah ia yang memulainya? 

 "Kenapa nolak?" 

 "Ini di luar!" 

 "Oh, berarti kalo di rumah boleh ya?" 

 "Ya enggak juga. Janjinya kan cuma sekali." 

 "Ih, siapa yang janji?" 

 "Aku." 

 "Kok kamu?" 

 "Iya. Aku janji sama diri aku sendiri." 

 "Berarti enggak sama aku dong? Kalo aku mulai duluan berarti boleh dong?" 

Sebuah KesalahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang