"Itu apa, Nia?" Relevan dan Mas Neo juga ikut melihat sesuatu yang ditunjuk oleh Anteh.
Dengan sigap, aku langsung berdiri tegap dan menutup bagian bawah leher yang terlihat dan kembali duduk di samping Mas Neo.
"Nia, kamu ngapain sih?" Bisik Mas Neo ikutan panik. Masalahnya, kami tidak bisa membohongi Anteh. Anteh pasti tahu tentang ini.
"Nia, Anteh mau liat." Anteh berdiri dari duduknya dan berjalan ke arahku.
"Liat apa, Anteh? Itu alergi. Kemarin ada hewan yang gigit," jawabku sangat panik dan keluar keringat dingin.
"Hewan apa yang gigit kayak gitu? Itu bukan gigitan, Nia! Kenapa juga hewan gigit di bagian itu! Itu termasuk bagian sensitif!" Amarah Anteh mulai terbangkit. Ah, aku tidak mungkin mengatakan ini adalah ulah Mas Neo, Bagaimana ini!
"Siapa Nia!"
"Siapa apa, Anteh!"
"Kamu gak usah ngelak sama Anteh!"
Tuhan, tolong beri aku jalan. Beri aku jalan. Aku tidak mungkin mengatakan Mas Neo! Lalu arah mata Anteh melirik pada Relevan. Relevan.... maaf. Sekali lagi, maaf.
"Relevan," jawabku dengan nada lemah dan sangat terpaksa.
Semua mata memandang Relevan. Relevan terlihat sangat kaget dan tidak percaya aku telah menyebut namanya. Padahal, menyentuhku saja ia tidak pernah, apalagi melakukan hal seperti ini.
"Nia...." Nada Mas Neo menyatakan bahwa aku telah memutuskan hal yang salah, tetapi tak ada jalan lagi.
"Kamu apakan ponakan aku?" Anteh benar-benar marah padanya. Aku benar-benar minta maaf, Relevan.
"A... aku... aku gak ngapa-ngapain, Tan." Wajahnya terlihat sangat panik dan ketakutan.
"Lalu itu siapa? Nia sudah bilang sendiri kok!"
"Enggak, Tan. Demi Tuhan."
"Jangan pernah bawa-bawa Tuhan! Itu bukanlah sesuatu yang harus dibuat bahan bercanda!"
"Aku gak bercanda, Tan."
"Gimana kejadiannya, Nia?"
"Aku... aku gak tau, Tan. Pas prom night, aku dikasih minum sama temen aku. Ya, aku pikir itu minuman soda biasa karena warnanya bening dan di gelas biasa. Terus tiba-tiba jadi pusing sendiri dan setengah sadar. Yang aku inget pokoknya aku dianter Relevan pulang naik mobil. Aku lupa-lupa inget kayak gimana. Pokoknya sampai rumah, aku langsung digendong sama Mas Neo."
"Bener kayak gitu, Neo?"
Aku berpasarah dengan jawaban Mas Neo. Apapun itu, jika jawabannya tidak sesuai ekspetasiku. Lebih baik aku bunuh diri daripada ketahuan melakukan ini bersama kakak kandungku sendiri.
"I... iya, Anteh. Yang aku tau tiba-tiba Relevan dateng malem jam setengah 12 malam sambil gendong Nia. Nia mabuk. Aku kan panik. Jadi, aku cuma masukin dia kamar terus ya udah aku balik ke kamar aku sendiri. Pas pagi baru aku sadar ada yang beda." Terima kasih, Mas Neo! Pikiran kita menyambung sehingga tercipta cerita baru yang berkesinambungan.
"Kapan prom night-nya? Itu baru banget loh!"
"Se... semalem, An."
"Kita prom night udah seminggu yang lalu loh!" Relevan berusaha membela diri.
"Minggu kemarin baru selesai UN, Van! Emangnya mereka sempat urus prom night habis UN banget? Kan enggak!" Belaku lagi sampai Anteh benar-benar yakin dengan perkataanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Kesalahan
General FictionBagaimana jika kamu terlahir sebagai anak hasil inbreeding kesalahan kedua orang tuamu di masa lalu? Mariera Valinea Althaf, biasanya dipanggil Era. Bocah kecil berumur 12 tahun yang mengalami CIPA, penyakit langka yang tidak bisa merasakan sakit. N...