Keesokan harinya, aku tidak mual seperti kemarin dan ini membuatku sedikit tenang. Baru aku bisa berpikir bahwa kemarin hanyalah maag. Namun, untuk menjaga opiniku bahwa kemarin hanya maag, seharian ini aku di kamar sampai Mas Neo berangkat ke tempat bimbel. Takutnya hal yang terjadi akan terulang. Ketika aku mencium bau-bauan seperti parfum yang Mas Neo pakai, aku akan mual lagi.
Semua berjalan normal seperti biasanya hari ini. Lalu, ketika aku ingin buang air kecil di kamar mandi, aku melihat darah. Itu tandanya aku datang bulan bulan ini. Rasanya seperti menemukan mata air di tengah gurun! Bahagia, puas, tenang! Semua ketakutan yang telah aku rasakan sejak kemarin meluruh semuanya. Aku akan mengabarkan kabar bahagia ini pada Mas Neo. Terima kasih, Tuhan, Engkau telah melindungi kami. Ah! Aku benar-benar bahagia! Jam 3 sore, Mas Neo pulang, langsung saja aku yang sedang berada di ruang tamu berlari ke arahnya dan memeluknya sangat bahagia.
"Mas! Aku datang bulan hari ini! Artinya yang kemarin kita omongin gak bener kan!!!" Antuasiasku.
"Wah! Selamat! Oh, Tuhanku. Tenang banget aku!"
"AAHHH! YAY!"
Tiba-tiba Mas Neo mencium hangat bibirku. Aku yang panik langsung melepasnya karena di rumah masih ada Mba Yanti dan Mba Titi.
"Maaf, kelepasan."
"Haha, iya, Mas."
"Ya udah kalo gitu. Yuk fokus buat ujian! Ayo kita ke Bali!!" Ia menarik tanganku menuju kamarnya dan aku mengikutinya dengan perasaan amat senang.Belajar, belajar, belajar. Itu yang ada di otak kami sekarang. Harus mencapai apa yang kami tuju karena sudah menunggu lama untuk ini.
Perjuangan tinggal 5 hari lagi! Aku dan Mas Neo harus bisa menakhlukan ujian itu! Malam ini, Mas Neo mengajakku untuk berhubungan, tetapi aku baru ingat kalau sedang datang bulan, jadi aku tidak bisa melakukannya. Kami tetap melakukannya tanpa ke tahap itu seperti yang pernah kami lakukan setelah malam pertama kami. Tengah malam, aku pindah ke kamarku sendiri karena aku merasa tidak nyaman berada di sana. Sebelum tidur, aku mencuci tangan, kaki, wajah, sekaligus membuang air kecil, tetapi aku tidak melihat adanya setetes darah pun di sana. Ini sudah dua kali terjadi, tetapi... aku benar-benar datang bulan kan...? Hanya saja tidak lancar. Karena aku tidur tengah malam kemarin, jadi hari ini aku bangun siang. Ketika aku bangun, Mas Neo sudah tidak di rumah. Ia sudah berangkat bimbel. Yah, aku ketinggalan kecupan pagi deh. Tak apa lah, semalam sudah banyak kecupan darinya, haha. Aku keluar untuk sarapan pagi hari.
"Eh, tumben kamu bangunnya siang." Tak sengaja bertemu dengan Mba Yanti.
"Ah, iya, Mba. Semalem belajar sampe malem."
"Pasti di kamar Mas Neo ya?" Eh, bagaimana caranya dia bisa tahu?
"Ehm, iya."
"Tadi Mba nyapu di kamar Mas Neo, ada rambut panjang. Kalo kemarin kan gak mungkin karena setiap hari Mba sapu. Siapa lagi kalo bukan rambut kamu?" Oww.... Sekasar itu ya Mas Neo sampai ada jejak, hahaha. Untung hanya helaian rambut.
"Sama ada buku kamu juga."
"Oh iya. Pantes aku cariin gak ada. Lupa masih di sana." Padahal belum aku cari, baru saja bangun tidur.
"Iya, ambil aja. Mba taro di atas meja."
"Iya." Aku berjalan ke kamar Mas Neo untuk mencari bukunya.
Duh, kamarnya sudah rapih ya. Semalam berantakan sekali sampai tidak tahu mana pinggir kasurnya, haha. Sebenarnya Mba Yanti dan Mba Titi curiga gak sih sama kita berdua? Aku dan Mas Neo selalu main di kamar berdua. Ya, wajar sih, adik kakak. Lagi-lagi ini adalah sebuah keuntungan. Karena aku sudah terlanjur bilang sedang cari buku padahal aku baru bangun tidur, terpaksa deh aku ke kamar Mas Neo untuk mengambil bukuku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Kesalahan
General FictionBagaimana jika kamu terlahir sebagai anak hasil inbreeding kesalahan kedua orang tuamu di masa lalu? Mariera Valinea Althaf, biasanya dipanggil Era. Bocah kecil berumur 12 tahun yang mengalami CIPA, penyakit langka yang tidak bisa merasakan sakit. N...