12

896 82 15
                                    

Jadilah pembaca yang BIJAK dan bisa menghargai karya seseorang
Karna nulis gak cuma sekedar nulis belaka

Harap dukungannya berupa
⭐⭐vote⭐⭐
dan
💌💌komen💌💌

Supaya author lebih semangat nulisnya dan bisa menamatkan cerita ini sampai selesai

Terima kasih
💕💕💕

-----

"Iya, Kanda itu sebenernya sakit serangan jantung. Kalau hari dingin, jantungnya bakal bekerja maksimal mengantar darah ke seluruh tubuhnya biar hangat, jadi badan dia bakal lemah sendiri, nggak sekali ini kok, udah sering "

"Se--serangan jantung tante?"

------

Wajah Seana muram sekarang. Mulutnya maju beberapa sentimeter. Ia sebal, karna dipaksa makan oleh Bara.

"Gue tau lo pasti belum makan malam."

"Udah kak udaaah." Mulut Seana tambah manyun lagi.

"Jangan manyun gitu, gemesin." Ucap Bara sambil menguyel pipi Seana.

Seana hanya dia ketika pipinya diganggung oleh Bara.

"Ya udah, kalau lo udah makan, sekarang kita pulang." Ucap Bara sambil berdiri dari kursinya.

"Gak mau."

"Lo besok sekolah, gue juga sekolah, nanti telat bangun." Ucap Bara menarik tangan Seana.

"Gak mau kak, mau nunggu Kanda siuman dulu."

"Udah jam 10 Seana, udab malem."

"Sekali nggak, ya nggak mau." Seana melopat kedua tangannha di depan dada dan berjalan meninggalkan Bara.

"Keras kepala."

-----

Seana dan Bara kini berada di ruang inap Kanda. Tante Reni pamit pulang sewaktu Seana dan Bara memasuki kamar Kanda. Tante Reni harus mengurus Dinda, yang besok pagi akan sekolah. Bukan karna Tante Reni nggak peduli sama Kanda. Hanya saja Keluarga Kanda sudah mengenal dekat dokter dan perawat disini. Dokter yang merawat Kanda adalah adik kandung Tante Reni, ya, paman Kanda. Dan setiap Kanda sakit, dia dirawat disini.

"Kak, mendingan lo pulang sekarang, kakal besok ada rapat pemilihan osis baru kan?"

Bara hanya diam, tak merespon.

"Udah gak papa aku sendiri, ada grab, ada gocar, nanti bisa pulang sendiri kok, serius, percaya sama aku kak." Ucap Seana sambil mendorong Bara ke arah pintu keluar.

"Beneran gak papa?" Ucap Bara memastikan.

Seana hanya mengangguk yakin dengan mata berbinar.

"Ya udah, lo hati hati, kalau ada apa apa lo telfon gue lagi aja." Bara mengelus kepala Seana sebelum meninggalkan ruang inap Kanda.

Seana kembali menutup pintu, dan berbalik badan melihat keadaan Kanda. Matanya masih tertutup tenang. Air mata Seana berlinang.

"Cepetan bangunnya." Ucap Seana bermonolog.

Seana duduk disebelah ranjang Kanda sambil menatapnya sendu.

"Gue takut sendiri nih, bangun dong." Ucap Seana meraih tangan Kanda.

"Gue gak bakal ngerepotin lo lagi deh, tapi bangun dulu."

Tiba tiba mesin monitor pendeteksi detak jantung Kanda berbunyi nyaring.

"KANDA!! KANDA BANGUN!! DOK!! DOKTEEER!! SUSTER!!". Seana mengguncang badan Kanda cepat. Kemudian dia menekan tombol di atas ranjang Kanda.

"Gak Kanda, lo jangan mati, gak boleh! Bangun." Air mata Seana bercucuran dengan deras. Kecemasannya menjadi jadi. Nafasnya memburu hebat. Detak jantungnya berdetak sangat kencang. Pandanganmya sudah mulai mengabur, percampuran antara air matanya dan sakit dikepalanya.

"Bangun Kanda." Suara Seana melemah, dia menggenggam ranjang Kanda dengan sangat kencang. Hingga akhirnya perawat beserta dokter memasuki ruangan Kanda.

"Dok, tolongin temen saya dok." Seana pun oleng dan jatuh pingsan.

----

Mata Seana berusaha menyesuaikan cahaya terang yang masuk ke korneanya. Dia beberapa kali mengedipkan matanya. Seana masih pangling dan akhirnya menyadari apa yang tengah terjadi.

"Kanda" Seana sontak terduduk dari tidurnya.

"Iya gue disini." Seana melihat ke arah pintu.

"Lo-- lo masih hidupkan." Ucap Seana meneteskan air matanya.

Kanda berjalan ke arah ranjang Seana.

"Kalo gue mati gue gak bakal datang ke sini o'on." Kanda mendekati Seana masih dengan infus yang melekat di tangannya.

Seana memeluk Kanda erat ketika Kanda sudah tepat berada di sebelahnya.

"Gue takut, gue takut lo kenapa kenapa." Seana mempererat pelukannya.

"Iyaa lagian lo lebay amat cemas ama gue, pake acara pingsan lagi." Meskipun berkata seperti itu, Kanda tetap membalas pelukan Seana.

"Lo tau gak." Ucap Kanda masih dalam keadaan memeluk Seana yang sedang menangis. Seana hanya menggeleng gelengkan kepalanya.

"Kalo lo deket deket kayak gini terus sama gue, bisa bisa kondisi jantung gue tambah memburuk, lo tau kan maksudnya apa?"

Seana melepaskan pelukannya dengan Kanda. Menatap Kanda heran, tak paham dengan ucapan Kanda.

-------

Hei yo whats up guys

ANXIETY[✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang