4

1.4K 118 6
                                    

Jadilah pembaca yang BIJAK dan bisa menghargai karya seseorang
Karna nulis gak cuma sekedar nulis belaka

Harap dukungannya berupa
⭐⭐vote⭐⭐
dan
💌💌komen💌💌

Supaya author lebih semangat nulisnya dan bisa menamatkan cerita ini sampai selesai

Terima kasih
💕💕💕

-----

"EH ANJIR SEANA, ITU KANDA BUKAN SIH ? DIA JALAN KE ARAH KITA ?"

Seana melihat ke arah yang dimaksud Mimi. Mata mereka bertemu.

"Hai"

-----

"Eh, hai"

"Sendiri aja ?"

"Yakali sendiri, jelas jelas ada gue disini." Ucap Mimi nge-gas.

"Hahaha, canda doang kali."

Seana hanya tertawa melihatnya.

"Lo sama siapa ? Sendiri aja ?" Tanya Seana balik.

"Iya sendiri, tadinya sama temen, si Ziko, eh tu anak malah disuruh pulang cepet sama emaknya." Ucap Kanda menggaruk tengkuk lehernya.

Seana hanya ber 'oh' ria. Tiba tiba Seana teringat akan sesuatu.

"Astaga Kanda, gue lupa lagi balikin jaket lo, gimana dong."

"Mending lo jemput aja ke rumahnya, Seana orangnya pelupa parah." Ucap Mimi berniat untuk menjahili Seana.

"Nggak u--"

"Oke, biar nanti sekalian anterin lo pulang aja." Ucap Kanda memotong omongan Seana.

"OKE SIIIPPP" Ucap Mimi puas.

Seana ternganga kaget. Sebaik itukah Kanda ? Kemudian tak ada yang berkutik diantara mereka.

"Ya udah gue pulang duluan ya ?" Ucap Mimi sambil berdiri dan mengibas celananya yang sebenarnya tidak kotor.

"Naik ojol kan ?" Tanya Seana juga ikutan berdiri.

Kanda yang sedari tadi berdiri hanya diam melihat interaksi kedua makhluk ini.

"Nggak, jalan kaki aja."

Tiba tiba muka Seana pucat. Mimi tersenyum tipis lalu memeluk Seana.

"Nggak papa, biasa aja kali, gue aman." Bisik Mimi ditelinga Seana.

"Ya udah Kanda, gue cabut duluan."

"Oke sip, hati hati lo." Ucap Kanda. Kemudian Mimi pergi meninggalkan taman.

Canggung. Seana hanya diam, tak berani memulai pembicaraan. Begitu juga dengan Kanda. Namun kemudian Kanda berbicara.

"Lansung pulang?"

"Iyaa, emang lo mau ke mana dulu ? Atau kalau nggak, biar gue bawa aja besok jaketnya, nggak usah jemput ke rumah gue."

"Gak papa, gue udah janji ke Mimi juga tadi, ya udah kita ke parkiran dulu." Kanda sudah duluan berjalan di depan Seana. Langkah kaki Kanda terlalu lebar untuk Seana ikuti. Seana ketinggalan jauh. Kanda juga tidak melirik kebelakang sedikitpun.

"Tuh anak jalannya cepet amat sih, kan susah ngejernya, iiih." Seana memaki maki Kanda sambil melihat ke jalan. Seana melihat ke arah depan, dia gak liat Kanda disana.

"Lah tu anak kemana ? Kan gue ketinggalan jauh." Ucap Seana menghentakkan kakinya kesel.

"Lo ngigau ?" Tiba tiba suara Kanda terdengar dari arah belakang Seana.

"Eh anjir, kaget gue." Seana melirik ke arah Kanda heran. "Lo tadi bukannya jauh di depan ? Kok bisa ada di belakang ?"

"Gue udah berdiri nungguin lo dulu, eh lo nyo malah jalan terus aja ngeliat ke bawah, nggak nyadar ya ada gue tadi berdiri?"

Omg, Seana sangat malu. Pipi Seana memanas. Seana malu bukan hanya karna Kanda mengikutinya, tapi juga karna Seana sedari tadi memaki maki Kanda, yang pasti Kanda tadi denger.

"Ya lagian tadinya lo jalan cepet banget."

"Lo nya aja yang jalannya pelan, kek princess mo ke kondangan, ya udah, sekarang gue jalan pelan pelan."

Kini Kanda berjalan mengiringi langkah Seana. Lagi lagi mereka hanya diam. Hanya suara dedaunan tertiup angin dan hewan malam yang terdengar.

"Itu motor gue, buruan." Kanda kembali memperbesar langkahnya karna ia berniat memutar motornya dulu, takut Seana lama menunggu.

"Nih helm, untung si Ziko tadi pulang pake taxi, jadi helm gue nganggur satu."

Seana menggambil helm itu, dan memasangnya. Helmnya kebesaran untuk Seana, sehingga helm itu terasa goyang di kepalanya. Seana menggerak gerakkan kepalanya atas bawah. Hal tersebut terlihat oleh Kanda, sontak Kanda tertawa.

"Hahhaha, ngapain lo bangsul, lo kira kita lagi di dalam diskotik ha ? Angguk angguk aja lo, hahaha."

Double kill. Seana malu untuk yang kedua kalinya hari ini. Pipi Seana memanas, blushing.

"Longgar anjirrrr." Ucap Seana sedikit sebal dan banyak malunya.

"Hahaha blushing, lagian sih kepala lo kekecilan, sini gue sempitin helmnya."

Kanda turun dari motor nya dan mendekati Seana. Ia sedikit menunduk dan mengangkat dagu Seana ke atas sedikit.

"Anjir kek orang pen ciuman." Batin Seana.

Kanda menarik tali helm yang ada di bawah dagu Seana. Sehingga helm itu tidak lagi terasa longgar di kepala Seana.

"Ya udah naik." Kanda sekarang sudah di atas motornya lagi.

Seana berpegangan ke bahu Kanda, dan menaiki motor Kanda yang sangat tinggi dan besar ini, menurut Seana.

"Udah ?"

"Udah"

Kanda pun menyalakan motornya dan bersiap untuk pergi, hingga akhirnya suara ponsel Kanda berbunyi nyaring di dalam saku jaketnya.

"Lah siapa lagi yang nelfon, ck" Ucap Kanda kembali mematikan motornya dan mengangkat telfonnya.

"Halo"

"...."

"Wajib sekarang dek?"

"...."

"Besok aja ya siang, kakak cariin."

"...."

"Iya iya oke, tunggu"

Perasaan Seana memburuk, apa Kanda tidak jadi mengantarnya pulang ? Lalu Seana kembali melepaskan helm sialan ini dan berjalan sendirian ke halte dan menunggu bus malam malam begini? Sial.

ANXIETY[✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang