46

381 32 5
                                    

Jadilah pembaca yang BIJAK dan bisa menghargai karya seseorang
Karna nulis gak cuma sekedar nulis belaka

Harap dukungannya berupa
⭐⭐vote⭐⭐
dan
💌💌komen💌💌

Supaya author lebih semangat nulisnya dan bisa menamatkan cerita ini sampai selesai

Terima kasih
💕💕💕

-----

Tiba tiba saja Kanda terjatuh di hadapannya. Seana menangkap Kanda yang sudah lemas dan masih berusaha memeluk Seana dengan sisa tenaga yang dimilikinya.

"Biar kamu tenang." Kanda mempererat pelukannya dan menenggelamkan kepalanya di tengkuk leher Seana. Kanda masih hafal betul dengan pertolongan pertama yang harus ia berikan kepada Seana jika Seana dalam kondisi seperti saat sekarang ini.

-----

"Kanda!! Kamu gak papa kan?!? Jangan gini!!" Seana menangkap wajah Kanda dan sesekali mengelap air hujan yang mengenai wajah Kanda.

"Kamu ngelanggar janji, kamu buka mata sebelum aku datang kesini." Ucap Kanda dengan suara terdengar sangat lemah.

"Kamu gak jawab teriakan aku!! Makanya aku buka mata aja!"

"Aku gak kuat teriak lagi, dan syukurnya kamu malah teriak teriak gak jelas, jadi aku bisa nemu jalan ini." Ucap Kanda dengan senyumannya kemudian meraih pipi Seana dan mengelap air mata Seana yang mengalir.

"Ya ampun tangan kamu dingin banget!!" Seana meraih kedua tangan Kanda, dan berusaha memberikan kehangatan.

"Gak papa, yang penting kamu udah gak takut lagi." Kanda kembali memeluk Seana.

"Terus gimana kita keluar dari sini?!?!" Tanya Seana karna ia sangat khawatir dengan kondisi Kanda yang sangat buruk saat ini.

"Telfon Bara." Seana bergegas meraih hp nya yang terletak di dalam sling bag miliknya.

"Halo Kak? Ini aku Seana!! Tolong aku sama Kanda kak, penyakit Kanda kambuh!! Aku gak tau harus ngapain!!"

"Gue—ba-—sampai di—CCTV!! Bent— biar gue—pantau dul—posisi kalia—"

"Suara kakak putus putus!!" Seana panik karna tidak mengerti dengan apa yang Bara maksud.

"Iya gue udah tau dimana posisi kalian!! Semua orang disini panik karna kondisi kalian!! Lo tunggu sebentar disitu, biar petugas yang datang ke lokasi, lo jaga Kanda!!"

Kini Seana bisa mendengar dengan jelas suara Bara tanpa putus putus.

"Iya kak makasih banyak kak, aku tunggu."

"Bagus" Bisik Kanda.

Seana kembali menggosok kedua tangannya dengan tangan Kanda, berharap hal tersebut bisa membantu. Air matanya selalu saja bercucuran.

"Tuhan tolong, redakan hujan ini!! Aku gak sanggup liat kondisi Kanda." Seana menangis sambil menengadahkan wajahnya ke arah langit. Berharap hujan cepat reda dan setidaknya Kanda tidak terlalu kedinginan lagi.

"Air mata kamu panas." Ucap Kanda yang berhasil membuat tangisan Seana bertambah pecah.

Bagaimana tidak? Dalam kondisi seperti saat ini pun Kanda masih bisa tersenyum dan melanturkan lelucon lelucon yang Seana anggap hal tersebut terlalu dia paksakan.

"Kok malah tambah nangis." Kanda memeluk badan Seana yang berguncang hebat.

"Ma-maafin aku, karna a-aku kamu jadi tersiksa kayak gi-ni." Seana menangis tersedu sedu.

"Kata siapa aku tersiksa?" Kanda menatap mata Seana dalam.

"Kar-karna aku ka-kamu jadi sakit kayak gin-gini."

Kemudian Seana bisa melihat mata Kanda meneteskan air.

"Kamu ja-jangan ikutan nangis." Seana memeluk Kanda, kembali. Entah sudah berapa kali mereka berpelukan.

"Gak kok, aku gak nangis, air hujan yang jatoh ke muka aku kok itu." Kanda mengelus puncak kepala Seana.

"Kamu pucet banget Kanda, badan kamu menggigil, tangan kamu dingin, kaki kamu dingin." Seana serasa di peluk oleh batu es.

Seana kembali memberikan kehangatan ketangan Kanda dengan meniup niupnya atau sekedar meletakkan kedua tangan Kanda di kedua pipinya.

"Kamu lupain semua masalah yang kita hadapin hari ini ya?" Kanda berbicara dengan nada lebih lemah dari pada tadi.

"Udah, aku udah lupain semuanya."

"Kamu jangan marah sama aku ya sayang?"

"Gak Kanda, gak sama sekali."

"Sea??"

"Hmm??"

"Aku ngantuk." Kemudian Kanda menutup matanya rapat rapat.

Dug dug dug dug

Suara degub jantung Seana dapat ia dengan dengan telinganya sendiri. Segala pikiran buruk kembali hadir. Ada apa dengan Kanda?? Apa Kanda pingsan? Atau ia sudah meninggal? Apa Kanda meninggal karna dirinya? Apa setelah ini kehidupan Seana akan berakhir karna ia telah membunuh nyawa seseorang?

"KANDA!! BANGUN NDA!!" Seana mengguncang tubuh Kanda. Namun tidak ada respon dari Kanda. Matanya tetap tertutup rapat.

Kemudian Seana terdiam beberapa detik sambil menahan nafas. Ia berusaha melihat apakan masih ada pergerakan di dada Kanda? Apakah ia masih bernafas?

Namun Seana tidak bisa fokus dan tetap menangis. Sehingga ia tidak bisa melihat dada Kanda naik turun atau tidak.

Langkah kedua Seana mendekatkan telinganya ke arah dada kiri Kanda. Mendengar apakah masih ada dagup jantung di dalam sana atau tidak. Dan syukurnya ia masih bisa mendengar degup tersebut.

"Ndaa.. Sabar ya, bentar lagi petugas datang, kamu bisa nahan sebentar lagi kan?" Seana mengusap wajah Kanda dan membenarkan rambut Kanda yang mengganggu wajah Kanda.

Seana mengelus elus kepala Kanda sambil terus berdoa. Semoga petugas cepat datang dan bisa memberikan pertolongan pertama kepada Kanda.

"Tolong!!! Disini!! Kami disini!!" Seana berteriak, karna ia yakin pasti sudah ada petugas yang berada di dalam kawasan labirin raksasa tersebut. Namun belum ada respon dari arah mana pun.

Kepanikan Seana menjadi jadi. Ia takut segala hal buruk akan terjadi kepada dirinya dan juga Kanda. Kini nafasnya mulai sesak. Detak jantungnya sudah tidak berdetak dengan kecepatan normal. Badannya mulai lemas. Ditambah dia selalu menangis.

"Maafin aku" Kata kata terakhir yang Seana ucapkan sebelum penglihatannya berubah menjadi hitam.

-----

Penglihatan author auto hitam juga
Karna author nulisnya malam
Jadi author auto ketiduran setelah ini
MAKASIH BANYAK 6K NYA 💛💛
Good night 😴

ANXIETY[✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang