15

807 67 6
                                    

Jadilah pembaca yang BIJAK dan bisa menghargai karya seseorang
Karna nulis gak cuma sekedar nulis belaka

Harap dukungannya berupa
⭐⭐vote⭐⭐
dan
💌💌komen💌💌

Supaya author lebih semangat nulisnya dan bisa menamatkan cerita ini sampai selesai

Terima kasih
💕💕💕

-----

"Jangan pergi." Ucap Seana sambil menggenggam tangan kiri Kanda dengan kedua tangannya.

-----

"Kenapa ?" Tanya Kanda heran.

"Temenin gue bentar."

Kanda hanya menaikkan alisnya heran. Kemudian Seana berjalan ke arah dapur dengan hati hati, tak lupa ia menarik Kanda ikut bersamanya.

"Ada apaan sih? Kek maling gitu jalannya." 

"Sssttt!!" Seana meletakkan jari telunjuknga di depan bibir mengode agar Kanda diam. Kanda hanya mengikuti arah jalab Seana, tentu juga pelan pelan.

"Itu disitu..." Seana menunjuk nujuk ke arah cucian piringnya.

"Apaan ? Hantu?" Tanya Kanda ngaur.

"Iis apaan sih lo, bukan itu maksud gue."

"Lah terus apaan?"

"Di--disana ada ci-cicak besar tadi, gue jijik banget parah." Seana menggeliat mengacak rambutnya karna ia sangat jijik membayangkannya.

"Elah cicak doang ? Mana ?" Kanda berjalan ke arah tumpukan piring Seana yang ia sebut disana ada cicak besaf. Seana memrgang baju Kanda dari belakang, takut di kejar cicak. Namun tiba tiba----

"IDIH ANJIRR!!!!!!" Kanda kaget dan bergegas balik badan dan berniat untuk berlari. Tapi----

BRUK!!!

Kanda terjatuh dan disusul oleh Seana. Untung saja Kanda berhasil menahan kepala Seana dengan tangannya agar tidak terhempas ke lantai.

"Auuuwww sakit." Seana mengeluh kesakitan.

"Mana mana yang sakit, buruan bangun." Kanda panik dan segera mendudukkan Seana. Paha kanan Seana sedikit tergores dan memar. Seana hanya mendengus kesakitan, namun itu tidak parah. Seana menggunakan hotpants sekarang, makanya pahanya bisa terluka, andaikan ia memakai celana yang agak panjang sedikit, pasti pahanya tidak akan luka.

"Buruan gue obatin." Ucap Kanda panik dan merasa bersalah. Kanda menggendong Seana menuju ruang tamu yang jaraknya tidak jauh dari dapur dan mendudukkan Seana di atas sofa. Seana kaget ketika tiba tiba di gendong oleh Kanda. Ia ingin menolak, tapi telat, karna Kanda menggendongnya dengan sedikit berlari.

"P3K lo dimana?" Ucap Kanda masih dalam kondisi panik.

"Di situ." Seana menunjuk ke arah lemari. Kanda lansung berlari ke arah yang ditunjuk oleh Seana, dan mengambil kotak P3K.

Kanda mengambil alkohol untuk membersihan luka Seana dari kuman. Dia berjongkok di lantai depan Seana agar jarak tangannya tidak begitu jauh dengan kaki Seana.

"Maaf ya." Kanda meminta maaf karna awalnya ia ragu untuk memegang paha Seana, tapi karna ia rasa ini hal mendesak ia terpaksa harus memakainya demi Seana.

Kemudian dia mengambil betadine dan balsem. Ia meneteskan betadine ke lukanya yang berdarah kemudian meoleskan balsem ke luka nya yang memar.

"Jangan kenain ke yang berdarah." Ucap Seana ngilu.

"Iya." Jawab Kanda singkat karna masih sambil mengoleskan balsemnnya. Seana menundukkan kepalanya untuk melihat secara dekat luka yang tengah di obati oleh Kanda.

"Udah selesai, masih sakit gak?" Tanya Kanda mendongak menatap Seana yang tengah duduk di atas sofa. Seana kaget dan balik menatap Kanda. Jarak wajah mereka sangat tipis. Aksi saling tatap pun tak dapat terelekkan. Hingga akhirnya hp Seana berdering, dan ia mengangkat telfonnya.

"Ya halo?"

"...."

"Gak kok gak papa, aku ketiduran tadi."

"...."

"Iyaa, sekali sekali gak papa lah."

"...."

"Iya Kak iyaaa, cerewet amat." Ucap Seana lalu nyengir. Kanda hanya menyimak perbincangan Seana dengan orang di sebrang sana.

"Aye aye capten!!"

"...."

"IYA KAK IYAA. CEREWET AMAT." Ucap Seana sedikit tertawa.

"...."

"Bye juga Kak Bara Cerewet." Kemudian Seana mematikan sambungan telfonnya.

"Siapa? Kak Bara?" Tanya Kanda sambil membereskan kembali obat obatan yang dikeluarkannya. Muka Kanda terlihat masam.

"Hilih aneh, nanya sendiri jawab sendiri."

"Oh" Respon Kanda singkat. Ketika Kanda berdiri hendak meletakkan kembali kotak P3K nya, Seana melihat ada darah di tangan belakang Kanda.

"Eh tunggu tangan lo juga berdarah." Seana memegang tangan Kanda.

"Gak papa kok kecil." Jawab Kanda dingin.

"Lo mah gitu, perubahan mood lo cepet banget, malah lebih parah pada cewek PMS, suer dah." Seana tetap menarik Kanda dan berhasil membuat Kanda terduduk di sebelah Seana. Seana memutarkan tangan Kanda. Alangkah terkejutnya Seana melihat banyak darah mengalir dari luka kecil tersebut.

"Ya tuhan darahnya banyak banget Kan." Seana kaget bukan main.

"Iya udah biarin."

"Lo gak papa kan? Lo gak kekurangan darah kan? Lo lemes gak? Perlu gue panggilin dokter gak?" Tanya Seana bertubi tubi. Kanda heran harus jawab yang mana duluan. Seana  bertanya sambil membersihkan luka Kanda. Tiba tiba mata Seana berkaca kaca. Seana menangis.

"Lah lah kenapa lo nangis lagi? Kaki lo sakit lagi?" Tanya Kanda kaget.

"Gak kok, lo jangan sakit sakit lagi ya, pokoknya lo harus sembuh." Ucap Seana ngawur.

"Lo kenapa sih Seana ? Gue baik baik aja kok." Ucap Kanda menegaskan. Seana kini telah selesai mengobati tangan Kanda.

"Lo jangan sakit lagi, apalagi kalau sakit lo karna gue lagi, gue gak mau lo mati gara gara gue." Ucapan Seana gambah ngawur. Kini Kanda tau penyebab ucapan Seana ngawur, penyakit Seana kambuh. Kanda hendak memeluk Seana guna menenangkan. Tapi ketika Seana sudah dalam pelukannya, Seana berusaha melepaskan pelukan Kanda dan sedikit mendorong Kanda.

"Gak papa gue gak papa, gue ke atas dulu." Ucap Seana berlari ke lantai 2, tempat kamarnya berada.

"Minum obat lo Seana!" Pekik Kanda ketika Seana sudah masuk ke kamarnya.

-----

"Gue pulang dulu, udah sore." Ucap Kanda setelah selesai mengikat tali sepatunya.

"Iya hati hati." Ucap Seana singkat. Seana sudah tidak menangis lagi. Dan ia juga sudah selesai meminum obatnya.

"Oke, jangan nangis lagi, awas aja lo kalau nangis lagi." Ancak Kanda.

"Iyaa iyaa kagak." Seana mengerucutkan mulutnya. Tiba tiba Kanda mendekatkan wajahnya ke wajah Seana. Seana lansung menahan napasnya. Mulutnya yang awalnya mengerucut perlahan ia kembalikan ke bentuk semula.

"Jangan kayak gitu, nanti gue khilaf." Ucap Kanda tepat di depan wajah Seana. Jaraknya hanya tersisa 1 jengkal. Tapi berhasil membuat jantung Seana berdetak sangat kencang.

ANXIETY[✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang