Jadilah pembaca yang BIJAK dan bisa menghargai karya seseorang
Karna nulis gak cuma sekedar nulis belakaHarap dukungannya berupa
⭐⭐vote⭐⭐
dan
💌💌komen💌💌Supaya author lebih semangat nulisnya dan bisa menamatkan cerita ini sampai selesai
Terima kasih
💕💕💕-----
"Gue cuma pengidap anxiety."
Kanda menegang ditempatnya, mencoba mencerna perkataan Seana sebentar ini.
-----
"Jadi pas itu, lo jugaaa---"
"Iya" Jawab Seana singkat.
"Terus kalo itu kambuh, lo emang biasa minta peluk ke orang gitu?"
"Ya nggak" Ucap Seana nge-gas
"Ya mana gue tau."
"Pas itu obat gue habis, makanya satu satunya cara ya itu, lo peluk gue, maafin gue ngerepotin lo pas itu."
"Woles."
"KERJAAN KALIAN UDAH BERES ? MALAH NGOBROL!!"
"Udah buk."
"MASUK KELAS."
"Kecemasan lo nggak berartikan ? Tuh, dibolehin masuk kelas."
-----
Seana kini mengikuti pelajaran seperti temannya yang lain. Tak menghiraukan celotehan Mimi yang sedari tadi nyinyir bertanya kenapa Seana bisa telat. Seana gak pernah telat selama ia sekolah disini, baru kali ini.
"Ceritain ke gue anying!!"
"Nanti gue ceritain, maksa amat sih ketek uler."
"Uler gak punya ketek btw."
Mereka pun tertawa kecil.
-----
"Oh iya Na, tadi Kak Bara nitip ini." Mimu memberikan sebuah kotak kepada Seana.
"Apaan nih?"
"Ya mana gue tau anjir."
Sekarang sudah waktunya jam istirahat. Mereka akan segera menuju kantin.
"Lah, ini roti bakar." Ucap Seana kaget.
"Aaacciiie di kasih bekel sama Kak Bara."
"Pelanin suara lo bambang."
Mimi menutup mulutnya dengan tangannya sendiri.
"Ya maaf."
-----
Kini Mimi dan Seana duduk di meja kantin. Tak lupa Seana membawa kotak bekal yang sudah diberikan Kak Bara kepadanya.
"Uang jajan gue bisa hemat dong." Seana terlihat sangat senang.
Dari kejauhan Bara melihat itu. Bara tersenyum simpul sambil mengunyah makanannya.
"Lo jatuh cinta sama Kak Bara, Na ? Apa sama Kanda?"
"Gak keduanya."
"Lah terus ? Ini makanan dari Kak Bara lo makan."
"Salah gue makan ? Harus ngehargai pemberian orang dong."
"Terus di anter jemput sama Kanda itu gimana?" Iya, Seana sudah menceritakan kejadian tadi pagi kepada Mimi.
"Ya kan gue pernah bilang, suka bukan berarti cinta kan, MIMI ?" Seana menekankan kalimatnya pada nama Mimi.
"Lo gak ada baper baper nya gitu sama Kanda?"
"Gak, biasa aja." Seana tak seutuhnya jujur akan perkataannya.
"Beneran nih?" Mimi mencolek pipi Seana.
"Iyaa njirrr."
Tiba tiba Kanda datang ke arah Mimi dan Seana, dan duduk di sebelah Seana. Sedangkan Ziko yang merupakan sahabatnya duduk di sebelah Mimi. Kanda mengambil roti bakar Seana dari dalam kotak.
"Iih ngapain lo ambil."
"Suka suka gue." Kanda melahap roti tersebut dengan satu suapan besar.
"Ngapain lo deket deket, sana jauh jauh."
"Iih siapa juga yang mau deket deket ama lo, jan ke-GR-an lo."
Baru tadi pagi Seana sama Kanda baikan. Sekarang udah perang lagi. Seana hanya diam melanjutkan aksi makannya. Sedangkan Kanda berbincang dengan Ziko. Mimi ? Hanya diam duduk di sebelah Ziko, tumben? Biasanga dia yang paling banyak omong. Sampai akhirnya seseorang mendekat ke arah meja mereka.
"Udah habis rotinya?"
Sontak Seana melihat ke sumber suara.
"Eh Kak Bara, udah kok kak, nih udah kosong." Seana membalikkan kotak bekalnya yang telah kosong.
"Eh lo juga di kelompok gue kan pas mos? Nama lo siapa ? Gue lupa."
"Kanda."
"Oiya Kanda, eh btw Seana, gue balik ke kelas dulu ya." Bara tersenyum ke arah Seana. Dibalas oleh anggukan Seana.
"Gue pamit dulu semuanya." Kemudian Bara jalan menjauh dari mereka.
"Iih sweet banget siih." Ucap Mimi sambil meremas remas jarinya.
"Ssttt, apa apa an sih lo." Ucap Seana memukul tangan Mimi.
Ziko hanya tersenyum simpul melihat mereka berdua. Sedangkan Kanda, masih dengan ekspresi datarnya.
"Ya udah sana pergi jauh jauh, gak usah deket deket, hussh hussshh."
Sontak Seana, Mimi, dan Ziko heran mendengar ucapan Kanda dengan alis mereka yang naik sebelah. Mengapa Kanda bisa se emosi itu ? Sebelumnya dia santai saja, dia gak lagi kesambet jin botol kan?
-----
Siiihhhaaaaaa
KAMU SEDANG MEMBACA
ANXIETY[✔️]
Teen Fiction"Ketika aku hidup dalam kecemasan tak berarti" -Seana Start : 30 September 2019 Finish : 20 Desember 2020 ©maurinem_