2

2K 165 13
                                    

Jadilah pembaca yang BIJAK dan bisa menghargai karya seseorang
Karna nulis gak cuma sekedar nulis belaka

Harap dukungannya berupa
⭐⭐vote⭐⭐
dan
💌💌komen💌💌

Supaya author lebih semangat nulisnya dan bisa menamatkan cerita ini sampai selesai

Terima kasih
💕💕💕

-----

"LO UTANG PENJELASAN KE GUE YA SEANA VALORA." Ucap Mimi dengan tampang iblis.

"Serah lo ae, wlek." Kemudian Seana berlari meninggalkan Mimi.

-----

"WHAT THE HELL ?"

Seana hanya menganggukkan kepalanya tak lupa menyeruput minumannya. Seana dan Mimi tengah duduk di sebuah kafe sekarang. Terlalu malas untuk kembali ke rumah dalam waktu cepat.

"Kok bisa ? Obat penenang lo kemana ?"

"Pas gue jatoh, obatnya mrnggelinding terus kebawa arus got."

"Ya ampun Seanaaaa, kenapa lo nggak ngajak gue aja, pasti nggak bakal kayak gini kejadiannya."

"Lagi pengen sendiri."

Keduanya kembali diam. Hingga akhirnya Mimi membuka pembicaraan.

"Terus terus, gimana perasaan lo pas dipeluk Kanda?"

"Gak gimana gimana, mungkin karna gue pas itu bener bener ketakutan, jadi gue gak rasain apa apa."

"Yang bener loooo?? Ceritain ke gue dari awal kejadiannya, sampe akhir, sampe lo nyampe dirumah lagi, sekarang!"

Seana tadi hanya menjelaskan kalau ia dibantu Kanda ketika penyakitnya tiba tiba kambuh. Jadi Mimi belum tau gimana cerita lengkap dari kejadian itu.

Flashback on

Seana berjalan menyusuri kota dengan hati luka. Ia baru saja balik dari tempat peristirahatan terakhir ayahnya.

Iya, ayahnya meninggal tepat 3 tahun lalu, ketika ia kelas 2 SMP, masa dimana ia membutuhkan kasih sayang dan dukungan dari seorang ayah.

Ia berjalan dengan langkah lemah. Nafasnya mulai sesak. Napasnya terasa berat. Kepalanya mulai sakit. Badannya mulai menggigil.

Hingga hujan lebat pun mengguyur kota ini.

"Ayah, Seana takut."

Seana pun terduduk di tengah jalan. Ia tak kuat lagi berjalan. Penyakitnya kambuh !

"Ayaah, tolong Seana."

Seana kini menangis jejeritan. Ia tak sanggup lagi berjalan. Ia meraih tasnya untuk mencari sesuatu. Namun benda itu tidak ia temukan. Ia hanya terdiam dan menangis disana. Berharap ada seseorang yang bisa membantunya.

"Eh, ngapain lo duduk disitu ? Lo udah gila ya ?"

Seana dapat mendengar seseorang memanggilnya. Namun tenaganya sudah terlanjur habis. Hingga ia tidak merasakan lagi rintik hujan mengenai kulitnya.

"ELO KAN--"

"PELUK GUE !! GUE MOHON !! PELUK GUE !!"
Seana meneriaki kalimat itu. Ia tak peduli lagi dia siapa, yang jelas sekarang dia membutuhkan bantuan dari orang tersebut.

"O-oke"

Pria tersebut berhasil mengaliri hawa panas dari pelukannya, meskipun mereka tetap kehujanan. Tapi sekarang ia merasa terlindungi. Ia sudah merasa aman. Perlahan ia mulai tenang. Dan melepaskan pelukannya.

Alangkah terkejutnya Seana mendapati pria tersebut adalah  Kanda.

"M-makasih lo u-udah ma-mau bantu gu-gue" Ucap campur aduk antara terkejut dan tersedu sedu.

"Sama sama" Ucap Kanda sambil mengelus kepala Seana.

"Eh btw ini masih hujan, kita berteduh dulu di halte itu." Kanda membantu Seana berdiri dan mengemasi barang Seana yang berserakan. Mereka kini duduk di halte dalam keadaan basah.

"Sekali lagi makasih lo udah mau bantu gue." Ucap Seana malu malu.

"Woles, lo dulu pernah satu kelompok sama gue kan ? Kelompok lebah?"

Seana mengangguk membenarkan kalimat itu.

Kanda ragu untuk bertanya mengapa ia duduk di tengah jalan itu. Kanda rasa itu merupakan hal privasi dari Seana. Tapi Kanda masih saja kepo.

"Gue tau lo bingungkan kenapa gue kayak tadi?" Tiba tiba mulut Seana melontarkan kalimat itu. Entah mengapa rasanya ia ingin saja berbagi cerita dengan Kanda.

Kanda menatap Seana yang kini sedang menunduk sambil menggosokkan kedua telapak tangannya. Kanda iba, kemudian ia memberikan jaketnya kepada Seana.

"Pake ini, basah dikit sih, tapi masih bisalah sekedar ngelindungi badan dari terpaan angin."

Seana ragu menerima tawaran Kanda. Jelas saja Seana melihat bahwasanya Kanda hanya menggunakan sehelai kaus tipis yang kini juga tengah basah karna membantunya tadi, Seana jadi merasa tak enak. Tapi tiba tiba Kanda meletakkan jaket itu di atas paha Seana. Seana menggunakan jaket itu, dan rasa dingin itu mulai berkurang.

"Gue kayak tadi itu kar--"

"Gak usah cerita kalo lo sendiri ragu mau cerita ke gue." Ucap Kanda menatap lurus ke depan.

"Lo bisa cerita lain kali." Ucap Kanda menolehkan kepalanya kepada Seana.

Seana kembali merasakan betapa hangatnya seorang Kanda. Ia tau Kanda itu baik. Gak sia sia dia memiliki rasa kepada orang yang baik seperti Kanda. Meskipun ia tau, memiliki Kanda suatu hayalan belaka.

"Oke" Ucap Seana lirih.

"Ngapain lo malam malam jalan sendirian di sekitaran sini ?" Tanya Seana.

"Motor gue tiba tiba mogok, gue jalan cari halte, terus tiba tiba liat lo duduk disana."

"Gue pinjem uang lo ya buat naik bus." Ucapnya sambil nyengir.

Flashback off

"Lo deg degan kan ngomong sama dia ?"

"Entah kenapa gue ngerasa udah akrab banget sama dia, jadi gak deg degan, anehkan ?"

Mimi hanya geleng geleng kepala melihat sikap temannya ini.

"Sebenernya lo suka sama dia atau nggak sih ?"

Seana terdiam mengulang ulang pertanyaan Mimi di dalam otaknya.

Update again guys
Baca terus vote :)

ANXIETY[✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang