Jadilah pembaca yang BIJAK dan bisa menghargai karya seseorang
Karna nulis gak cuma sekedar nulis belakaHarap dukungannya berupa
⭐⭐vote⭐⭐
dan
💌💌komen💌💌Supaya author lebih semangat nulisnya dan bisa menamatkan cerita ini sampai selesai
Terima kasih
💕💕💕-----
"Dia masuk rumah sakit lagi tadi malam." Ucap Ziko yang membuat Seana terkejut.
"RUMAH SAKIT?!?!?!!?"
-----
Seana kini tengah berada di depan sebuah rumah sakit swasta yang telah ditunjuk oleh Ziko tadi. Seana berlari dan menatap sekeliling rumah sakit itu. Setelah menemukan ruang inap Kanda, Seana hanya berdiri mematung di depan pintunya. Seana tampak ragu untuk masuk menemui Kanda. Ia merasa bersalah, apa Kanda sakit karna mengantar dia pulang kemaren ? Air mata Seana menetes satu per satu. Kemudian dia menghapus air matanya. Dia menggeser pintu kamar Kanda, dan menampakkan Kanda yang sedang tertidur pulas. Tidak ada siapa siapa di ruangan itu, kecuali Kanda, dan Seana.
"Nda??" Seana mendekat ke arah Kanda sambil menghapus air matanya yang masih saja mengalir. Tidak ada respon dari Kanda. Seana kemudiab duduk di sebelah ranjang Kanda dan mengelus pipi Kanda.
Bibir Kanda sangat pucat. Seana tak kuasa melihat alat bantu pernafasan yang terpasang di hidung Kanda.
"Kamu kenapa lagi? Gak capek apa sakit terus?" Seana hanya bermonolog sambil menggenggam tangan Kanda dengan erat.
Tangan Kanda terlihat pucat, dan dingin. Jarum infus tertanam di dalam dagingnya.
"Kamu cemen banget sih Nda!!" Seana menangis tersedu sedu setelah mengucapkan kalimat itu.
"Maafin aku, ini semua salah aku." Seana menangis sambil mengelus tangan Kanda dan membawanya ke pipi Seana.
Mata Kanda perlahan terbuka. Sebutir air mata terjun dari matanya. Kanda menghapus air mata Seana dengan tangannya yang bebas dari genggaman tangan Seana. Seana terkejut dan lansung menegakkab badannya.
"Kamu bangun?" Seana menggapus air matanya sambil sesekali menghapus ingusnya.
Kanda hanya tersenyum tipis sambil menghapus air mata Seana. Namun Kanda bodoh, ia berusaha menghapus air mata Seana, namun air matanya sendiri tak berhenti mengalir.
"Kamu kenapa nangis??" Lirih Kanda.
"Gak kok aku gak nangis, kamu yang nangis." Seana menampakkan senyum palsunya.
Kemudian Kanda hanya kembali tersenyum, dan air matanya jatuh kembali.
"Kamu kenapa nangis?? Apa yang sakit?? Aku panggilin dokter ya??" Kini giliran Seana yang menghapus air mata Kanda.
"Gak usah, aku cuma butuh kamu." Ucap Kanda pelan.
"Maafin aku Nda, maafin aku, seharusnya aku pulang sendiri aja kemaren, maafin aku." Tangis Seana kembali pecah.
"Gak sayang." Singkat, padat, namun berhasil membuat darah Seana berdesir.
"Aku yang minta maaf, seharusnya pada saat kayak gini aku bahagiain kamu, kita pergi main, kita seneng seneng, tapi karna aku, semua kebahagiaan itu gak bisa terwujud, maafin aku." Kanda berbicara dengan perlahan.
"Gak kok, gak papa, aku gak butuh itu semua, aku cuma mau kamu sembuh." Ucap Seana.
Kanda kemudian tersenyum dengan bibir pucatnya.
"Sini deketan dikit." Ucap Kanda.
Seana kemudian mendekat ke arah Kanda. Kemudian Kanda memeluk Seana. Seana kemudian membalas pelukan Kanda. Seana tak henti hentinya menangis. Karna jika sudah menangis satu kali, Seana bakalan susah untuk diam.
Cukup lama mereka berpelukan. Pelukan Kanda perlahan melonggar. Perasaan Seana tak enak, dia mencoba untuk melepaskan pelukannya.
"Nda!!! Bangun Nda!!" Mata Kanda tertutup rapat.
"Kanda bangun!!!" Seana mengguncang badan Kanda.
"Doookk!!! Dokterrr!! Suster!!" Seana meneriaki dokter dan suster madih sambil mengguncang tubuh Kanda. Seana juga menekan bel di atas kepala Kanda dengan sarkartis.
Tak lama kemudian dokter dan suster pun datang ke kamar Kanda.
"Tolongin Kanda dok!!" Seana menangis sejadi jadinya. Suster berusaha menjauhkan Seana dari Kanda, dan membawanya keluar ruangan.
"Mbak harus tunggu diluar, dokter akan melakukan yang terbaik." Kemudian suster itu meninggalkan Seana di depan pintu. Seana terduduk di depan kamar Kanda. Kakinya mendadak menjadi sangat lemas.
"Lagi lagi ini karna salah lo Seana!! Lo emang pembawa sial!!" Kutuk Seana kepada dirinya sendiri.
Seana menangis sambil memeluk kakinya sendiri. Hingga akhirnya seseorang berlutut di depannya.
"Lo bodoh ya? Kan ada kursi, kenapa duduk di lantai?"
-----
Heyheyhey
Update nya kelamaan ya?
Gak ada waktu deng, sumpah :'(
Ini aja bisa nulis karna lagi sakit, jadi bisa santai sambil main hp
Kalau hari hari biasa aku harus kerja bantuin mama, jadi jarang main hp :(Tapi aku janji bakal lanjutin Anxiety sampai tamat
Walaupun jadwal updatenya
mungkin rada berantakanMaaf ya ♥
Terus pantengin cerita ini ya ♥

KAMU SEDANG MEMBACA
ANXIETY[✔️]
Teen Fiction"Ketika aku hidup dalam kecemasan tak berarti" -Seana Start : 30 September 2019 Finish : 20 Desember 2020 ©maurinem_