"Siapa Tifanny?"
Jiyong terhenyak ketika baru saja membuka pintu kamarnya dan sang istri menghujaminya dengan tatapan kesakitan.
"M-Mwo?" di tempatnya berdiri, Jiyong sudah gemetaran. Terlebih Dara berjalan mendekatinya, lalu melempar beberapa foto tepat di wajahnya.
"Kau menghianatiku, Jiyong!" Dara berteriak histeris. Menangis tersedu karena suaminya hanya diam tanpa menyangkal semua apa yang dia tuduhkan. Padahal jika Jiyong menyangkal, Dara akan percaya walaupun suaminya itu berbohong.
"Wae? Apa kekurangaku hingga kau tega?" lirih Dara yang mampu menusuk perasaan Jiyong. Penyesalan mulai menelisik perlahan di dadanya, menjadikan itu sebuah rasa sakit yang Jiyong sendiri tidak tahu cara menyingkirkannya.
"Ada apa ini?" Dua orang paruh baya datang ke kamar Jiyong dan Dara.
"Sayang, kenapa kau menangis?" ibu Jiyong mendekati menantunya. Memeluknya dan menenangkan Dara walaupun dia tak tahu penyebab menantunya menangis.
Kwon Hyejun menatap penuh tanya foto yang berceceran di lantai. Lalu dengan penuh keingintahuan, lelaki itu memungutinya satu persatu. Melihat semua dengan teliti.
Plak
Jiyong pasrah ketika merasakan tamparan dari sang ayah. Walau darah mulai menetes dari sudut bibirnya, Jiyong tak protes karena memang dia merasa pantas mendapatkan itu.
"Dimana pikiranmu, Jiyong?" tanya Hyejun sendu. Lalu kembali memandang foto di genggamannya. Dia menggeram lalu melempar semua foto itu. Foto adegan manis Jiyong dengan seorang wanita yang Hyejun tahu adalah cinta pertama anaknya dulu. Ada rasa sesal karena dulu melarang sang anak menikahi gadis itu karena selain Tiffany berasal dari keluarga sederhana, dia juga adalah keturunan orang asing.
"A-Aku..." bibir Jiyong terasa kaku. Terlebih suara tangis istrinya terus menggema di kedua gendang telinganya.
"Mian, aku... Akan meninggalkan gadis itu untukmu, Dara-ya." Jiyong menunduk, merasa sakit karena telah mengatakan hal tersebut. Dia masih terlalu mencintai Tiffany walaupun nyatanya dia sudah memiliki 3 anak dari Dara.
"Kau ingin meninggalkan wanita yang sedang mengandung anakmu, Jiyong?" semua terkejut dengan penuturan tajam Dara.
"Bawa dia kemari. Jangan seperti pengecut yang membuang sesuatu setelah kau mencobanya." Dan perkataan lanjutan Dara itu benar-benar menghujam jantung Jiyong.
Semuanya terlalu larut dalam kesalahan besar Jiyong, hingga mereka tak menyadari ada anak kecil berumur 2 tahun yang harusnya tak mengerti apa-apa, menyaksikan itu semua.
.....
Dara mengusap perut Tiffany lembut. Sudah 2 bulan Jiyong membawa Tiffany ke mansion mereka, dan entah kenapa Dara yang paling antusias dengan kelahiran anak di dalam perut Tiffany.
"Dua bulan masih sangat lama," keluh Dara duduk lesu di samping Tiffany.
"Hasil USG anak ini perempuan, kenapa Unnie masih sangat antusias?" tanya Tiffany penasaran. Pasalnya Dara sudah memiliki 3 anak perempuan yang cantik, tapi masih terlalu senang menunggu kehadiran anak Tiffany yang juga perempuan. Jika laki-laki, Tiffany mungkin akan memakluminya.
"Ya! Apa salahnya? Dia juga akan menjadi anakku." Seru Dara kesal.
Tiffany hanya tersenyum saja. Dalam hati merasa sangat bersyukur karena Dara sangat baik padanya dari awal bertemu. Tidak ada caci maki atau sumpah serapah yang dilayangkan ibu tiga anak itu pada Tiffany, malahan saat Tiffany datang Dara langsung memeluknya hangat. Mengatakan jika mereka akan merawat putri yang dikandung Tiffany bersama-sama.
"Kau akan memberikannya nama siapa?" tanya Dara kembali mengelus perut Tiffany.
"Lalice."
"Nama yang cantik," ujar Dara sambil mengangguk.
"Nde,"
"Bagaimana jika dia diberi dua nama? Seperti Rose?" tanya Dara menyebutkan anak ketiganya yang masih betumur 1 tahun.
"Boleh,"
"Lisa. Kwon Lisa. Bagaimana?"
"Itu juga bagus, Unnie."
......
Malam itu hujan turun dengan lebat. Awan sangat kelam tanpa setitik kecerahan. Dan tawa yang seharusnya muncul, berganti menjadi tangis pilu.
Pukul 10 malam, saat bayi itu hadir di dunia. Tiffany menghembuskan napas terakhirnya tanpa menatap sang anak sedikitpun. Kanker yang bersemayam ditubuh Tiffany merenggutnya tanpa membiarkan wanita itu setidaknya melihat sang buah hati.
Menyisakan Dara yang menangis histetis, dan Jiyong yang seolah berdiri tanpa jiwa seraya menggendong sang putri yang baru merasakan oksigen di bumi.
Jiyong tak tahu. Semuanya tak tahu jika selama ini Tiffany merasakan sakit dibalik senyum lembutnya. Wanita itu sangat baik, bahkan sempat menolak saat diajak hidup di mansion Jiyong. Memilih ingin pergi dan mengurus anaknya sendiri. Tapi nyatanya kini, anak itu tak akan pernah melihat rupa ibunya sampai kapanpun.
.....
1 tahun berlalu, tapi bayang-bayang senyum hangat Tiffany belum dapat mereka lupakan. Terlebih senyum Lisa sangat mirip dengan sang ibu.
"Eomma, Lisa mengompol!" Jisoo berteriak ketika sedang memangku adiknya. Merasa ada sesuatu yang basah namun hangat mengalir di celana yang dia gunakan.
"Lisa bau!" Rose menutup hidungnya ketika sang ibu mengangkat Lisa dari pangkuan Jisoo.
"Omo! Pasti anak Eomma terlalu banyak minum," Dara melepas celana Lisa, lalu membawanya menuju kamar. Tapi saat ingin menaiki tangga, dia melihat Jiyong datang dengan seorang wanita paruh baya di belakangnya.
"Dara-ya,"
"Ada apa?" Dara mendadak gusar mendengar suara lirih Jiyong. Terlebih melihat tatapan tajam dari wanita paruh baya itu.
"Berikan anak itu padaku!" Dara sangat terkejut ketika wanita itu membentaknya. Belum sempat Dara berucap, wanita paruh baya tadi maju dan merenggut Lisa dari gendongannya. Membuat anak kecil itu menangis karena mendapat perlakuan kasar.
"Ini adalah cucuku. Anak dari putriku, dan aku tidak sudi jika dia hidup dengan keluarga kaya dan biadab seperti kalian." Wanita itu memeluk Lisa. Merasakan kehangatan yang sama saat dia sedang memeluk putrinya dulu.
"Ahjuma--"
"Kalian sudah merenggut kehidupan putriku, dan aku tidak ingin cucuku seperti itu." Ibu Tiffany mulai terisak. Bahkan dia tak bisa ada di samping sang putri saat putrinya itu menghembuskan napas terakhir. Dan dia menuding keluarga Kwon yang sudah membunuh putrinya secara perlahan.
"Ahjuma kau salah paham,"
"Sekalipun aku salah paham, aku tak akan membiarkan cucuku disini."
Dan setelah itu, ibu Tiffany membawa Lisa pergi dari sana. Tanpa sanggahan Jiyong walaupun Dara sudah histeris dibuatnya.
Jakarta, 18 Januari 2020
Note.
Welcome to my new fanfic🙌
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, Lisa ✔ [TERBIT]
Fanfiction[BEBERAPA PART DIHAPUS SECARA ACAK UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN] "Aku tidak peduli." - Jisoo Kwon "Kenapa kau menghancurkan keluargaku?" - Jennie Kwon "Aku belum siap, maaf." - Chaeyoung/Rose Kwon "Aku juga tidak ingin hadir di antara kalian." - Lis...