13. Make Peace

49.7K 5.2K 549
                                    

Sudah tiga hari Lisa pergi dari mansion Jiyong. Juga tiga hari tidak keluar dari apartemen Ten. Dan pagi ini, gadis itu mengoceh di depan cermin besar milik Ten yang ada di dalam kamar. Merutuki kebodohannya yang menyuruh agar Ten tidak menemuinya dahulu.

"Kau bisa berubah jadi mie jika memakan itu terus, Lalice!" Lisa sudah geram sendiri pada dirinya.

"Aku harus menemui Ten Oppa dan meminta pekerjaan," tekad Lisa akhirnya. Meraih kemeja kebesaran serta topi abu-abunya yang baru dibeli tiga hari lalu. Berharap saat dijalan nanti tidak bertemu dengan orang-orang Jiyong yang bisa saja menyeret dirinya seperti waktu itu. Ketika dia mencoba kabur untuk pertama kalinya.

.....

Tiga hari yang berat untuk Lisa, juga tiga hari yang sama beratnya untuk Rosé. Berusaha mengurangi egonya dan menelusuri jalanan Seoul dengan mobil yang tiga hari pula menemaninya mencari Lisa. Mengabaikan fakta jika tiga hari ini dia selalu terlambat ke sekolah.

"Gadis bodoh, kau kemana?" gerutu Rosé yang menghentikan mobilnya di tepi jalan. Merasa sudah kebingungan karena tiga hari pencariannya namun tak mendapatkan hasil apapun.

Di tengah kegundahaannya, Rosé akhirnya memikirkan tujuan yang harus dia datangi. Dan kemungkinan besar dia menemukan Lisa disana. Maka dengan perasaan menggebu-gebu, gadis itu kembali menjalankan mobil berwarna merahnya.

.....

Setelah menyuapi Jisoo sarapan pagi ini, Dara memilih untuk masuk ke dalam kamar Lisa yang sudah tiga hari tidak ditempati. Aroma buah-buahan khas gadis berponi itu menyeruak, membuat perasaan Dara sedikit tenang menghirupnya.

Kamar besar itu tak banyak berubah. Lisa tidak menambahkan apapun di dalamnya. Kecuali sebuah Easel dengan kanvas yang sudah terpasang, di letakkan di dekat jendela kamar.

Dara menghampirinya. Tersenyum haru ketika melihat sebuah lukisan wajah yang belum selesai dikerjakan Lisa. Itu wajahnya, dan sangat indah walau belum tersempurnakan.

"Kau dimana, Nak? Eomma merindukanmu," Dara mengusap hasil lukisan Lisa itu. Menitihkan air mata ketika mengingat senyum khas anak bungsunya.

Dara menyayanginya, sungguh. Menganggapnya anak kandung yang dia lahirkan sendiri, walaupun kenyataannya bukan. Dara tidak membedakan antara Lisa dan anak kandungnya, karena menurut Dara mereka sama.

Hanya saja, Dara tidak mengerti kenapa ketiga anaknya menempatkan Lisa di posisi yang sulit. Seakan Lisa adalah kesalahan. Tapi bagaimana bisa Lisa disebut kesalahan, jika masih di dalam kandungan saja, Dara sudah menginginkannya. Membayangkan bagaimana dia membesarkan Lisa, dan menurutnya itu sangat menyenangkan. Terbukti satu tahun penuh setelah kepergian Tiffany, dia mengurus Lisa dengan penuh kasih sayang. Memperlakukannya seperti anak bungsu pada umumnya.

"Pulanglah, Nak. Tempatmu disini," ujarnya penuh dengan kerinduan yang mendalam. Sudah cukup dia memendam rasa rindu selama 15 tahun pada Lisa. Dan dia tak akan sanggup melakukannya lagi.

.....

Lisa turun dari bus yang mengantarkannya ke dekat mini market tempat Ten bekerja dengan napas lega. Sisa uang di dompetnya tidak cukup untuk membayar ongkos, namun keberuntungan berpihak padanya. Supir bus itu membiarkan Lisa naik dan membayar sisa kekurangan ongkos Lisa.

Gadis itu sekarang merasa lebih miskin dibandingkan saat tinggal bersama Nenek dan Bibi nya dulu. Lisa bahkan tidak pernah kekurangan ongkos seperti ini. Benar-benar acara kabur yang tidak direstui, membuat Lisa selalu kesulitan.

Kini, Lisa harus segera menghampiri Ten. Menanyakan apakah ada pekerjaan untuknya atau tidak. Jika tidak, mungkin Lisa akan kembali ke apartemen Ten dengan meminjam uang untuk ongkos pulang serta membeli makanan selain mie instan.

Hey, Lisa ✔ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang