Taecyeon berjalan mengendap memasuki kamar mandi wanita di sekolah itu. Untungnya kamar mandi itu sepi karena letaknya ada di paling belakang gedung sekolah. Jadi sangat jarang yang mengunjunginya.
"Nona?" Taecyeon menelusuri setiap sudut kamar mandi dengan matanya.
"Aku di bilik nomor dua." Setelah mendengar suara Lisa, Taecyeon segera menuju bilik nomor dua. Dan ketika dia sampai disana, pintu bilik terbuka. Menampakkan Lisa yang kini basah kuyup.
"Nona, gwenchana?" Taecyeon tentu saja panik sebagai penjaga gadis itu. Dia merasa telah kecolongan.
"Mana pesananku?" Lisa tak mengindahkan pertanyaan Taecyeon. Menagih apa yang dimintanya beberapa menit lalu melalui pesan singkat.
"Ini. Tapi kenapa kau bisa basah? Di luar tidak hujan," Taecyeon berujar bingung seraya menyerahkan paper bag cokelat pada Lisa yang berisi seragam baru.
"Ceritanya panjang." Lisa meraih paper bag itu dan menutup pintu bilik. Tubuhnya sudah kedinginan dan dia harus berganti pakaian segera. Jam istirahat sudah hampir habis, dia pun tak mungkin memasuki kelas dengan baju basah seperti itu.
"Nona, jika kau punya masalah ceritakan saja padaku." Taecyeon menyandar pada wastafel kamar mandi. Memandang dalam pintu bilik tempat Lisa berganti baju.
"Hm,"
Taecyeon terkekeh. Nonanya ini benar-benar unik. Terkadang cuek tapi juga terkadang hiperaktif. Walaupun Taecyeon lebih sering melihat Lisa yang cuek.
"Aku bisa menjaga rahasia. Kau tenang saja,"
Tak lama, pintu terbuka. Lisa terlihat lebih baik karena bajunya tidak lagi basah. Hanya rambut sebahunya yang menadakan jika dia baru saja digulur air.
"Pulanglah, Oppa. Jangan sampai terlihat oleh orang lain." Ujar Lisa lalu meninggalkan Taecyeon yang membeku.
"Gadis yang aneh. Bukankah dia harusnya senang karena hidup di keluarga kaya? Tapi kenapa sebaliknya?"
.....
Menjelang sore hari, Lisa sampai di mansion itu lagi dengan Taecyeon di belakangnya. Berhenti sejenak ketika melihat Jisoo yang turun dari lantai dua sembari membawa beberapa berkas.
Entah bagaimana awalnya, berkas-berkas itu terjatuh. Dan Jisoo tentu saja mengeram marah. Membuat Lisa tersenyum kecil karena lagi-lagi bisa melihat ekspresi lain dari wajah Jisoo.
Lisa melangkah ringan, membantu memunguti beberapa kertas yang dia tak tahu seberapa penting untuk Jisoo. Tidak berharap mendapatkan ucapan terima kasih karena itu hal yang mustahil.
"Jangan mengharapkan rasa terima kasih." Ujar Jisoo datar ketika Liaa menyodorkan kertas-kertas yang dia kumpulkan.
"Tidak sama sekali," Lisa tersenyum tipis, membuat Jisoo menatapnya aneh.
"Kau tau, aku sebenarnya tidak peduli jika kau hidup disini. Tapi nyatanya keberadaanmu menyakiti hati adikku. Jadi kuharap, kau akan segera sadar."
"Nona!" Taecyeon berseru kaget mendengar ucapan Jisoo. Tidak menyangka anak pertama Tuan besarnya itu bisa berkata sangat kasar pada adiknya sendiri.
"Aku juga ingin pergi. Tapi terlalu sulit," lirih Lisa memandang sepasang sepatu miliknya.
"Aku tidak peduli."
Jisoo melenggang pergi begitu saja, menyisakan senyum miris Lisa dan tatapan kaget Taecyeon.
"Aku berharap, bisa memanggilnya Unnie suatu saat nanti." Lisa mendongak, memandang tangga yang menjulang di hadapannya. Meratapi hidupnya yang tak kunjung bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, Lisa ✔ [TERBIT]
Fanfiction[BEBERAPA PART DIHAPUS SECARA ACAK UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN] "Aku tidak peduli." - Jisoo Kwon "Kenapa kau menghancurkan keluargaku?" - Jennie Kwon "Aku belum siap, maaf." - Chaeyoung/Rose Kwon "Aku juga tidak ingin hadir di antara kalian." - Lis...