Siang itu, mansion tampak sepi ketika Lisa keluar dari kamarnya. Padahal ini hari libur, yang seharusnya orang rumah tidak pergi kemanapun.
Lisa memijat pangkal hidungnya karena kepalanya terasa pusing. Demam gadis itu belum juga reda. Mungkin karena Lisa mengabaikannya.
Bruk~
Ketika berjalan dengan kepala pusing serta melamun, Lisa tentu tidak fokus dan menabrak seseorang yang mungkin juga tidak memperhatikan jalan seperti dirinya.
"Kau sengaja?" Lisa mendongak ketika mendengar suara tajam itu. Dan benar saja, tatapan menusuk dari Jennie seakan menerkam Lisa hidup-hidup.
"A-Aniyo," Lisa gemetar sendiri di tempatnya berdiri ketika memandang baju Jennie yang sudah basah karena terkena tumpahan air yang dia bawa sendiri. Pasti itu akibat dari bertabrakan dengan Lisa barusan.
"Kau kesal padaku karena tidak menerimamu?" tuduh Jennie dan langsung dijawab gelengan cepat oleh Lisa. Dia benar-benar tidak sengaja menabrak Jennie.
"Aku tidak--" Ucapan Lisa terhenti ketika dengan teganya, Jennie menyiram sisa air di gelasnya ke wajah Lisa.
"Aku muak padamu. Dan seharusnya kau tau diri," sinis Jennie hendak melangkah meninggalkan Lisa.
"Kenapa kau begitu membenciku?" tanya Lisa dengan suara serak. Mampu menimpulkan senyum meremehkan dari bibir Jennie.
"Benar kataku. Kau memang tidak tau diri," Jennie kembali mendekat. Memandang Lisa dari ujung kaki hingga kepala.
"Kau itu hanya sampah, sama seperti ibumu. Yang datang ke keluarga kaya untuk meraup keuntungan dari mereka. Ibumu dengan tidak punya hatinya, merebut hati ayahku dan--"
"Jennie!" Jiyong mendatangi mereka dengan wajah penuh amarah. Memadang wajah kedua putrinya yang menampakkan ekspresi berbeda, secara bergantian.
"Kau datang untuk membela putri kesayanganmu, Appa? Kau tidak sadar jika kau sedang di manfaatkan oleh gadis tak tahu diri ini?"
Jiyong mengangkat tangan kanannya, hendak menampar pipi mandu milik putri keduanya yang menurut Jiyong sudah keterlaluan pada adiknya sendiri. Namun dengan tak kalah cepat, Lisa menahan tangan ayahnya. Lalu menghempaskannya begitu saja.
"Jangan buat aku semakin buruk di keluarga ini." Ujar Lisa datar, lalu pergi begitu saja dari hadapan kedua manusia itu.
"Kau bahkan tega ingin menamparku demi gadis itu, Appa." Jennie menatap Jiyong dengan mata berkaca-kaca, lalu ikut meninggalkan ayahnya di lantai dua mansion itu sendiri.
.....
"Jangan ikuti aku!" Lisa berseru kesal pada Taecyeon yang terus membuntutinya sedari keluar dari mansion tadi. Hingga kini mereka tiba di sebuah taman yang Lisa baru tahu hari ini.
"Itu tugasku." Jawab Taecyeon santai.
"Oppa, kumohon. Aku butuh waktu sendiri."
"Dan kabur seperti waktu itu?" Lisa mendengus kesal memandang Taecyeon yang kini tersenyum sok polos. Lalu membiarkan lelaki yang ditugaskan menjaganya itu mengikutinya hingga dia duduk di pinggir danau yang ada di taman itu.
"Oppa, ketika aku hendak kabur lagi. Tolong jangan halangi aku ya?" Taecyeon tentu melotot mendengar ujaran Lisa itu. Mana mungkin dia membiarkannya? Bisa dibunuh secara keji dia, jika Jiyong tahu dia membiarkan Lisa pergi.
"Kau ingin aku mati ditangan ayahmu?" Lisa terkekeh mendengar pertanyaan horor Taecyeon itu.
"Ani." Jawab Lisa singkat lalu memandang danau yang tidak terlalu luas dihadapannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, Lisa ✔ [TERBIT]
Fanfiction[BEBERAPA PART DIHAPUS SECARA ACAK UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN] "Aku tidak peduli." - Jisoo Kwon "Kenapa kau menghancurkan keluargaku?" - Jennie Kwon "Aku belum siap, maaf." - Chaeyoung/Rose Kwon "Aku juga tidak ingin hadir di antara kalian." - Lis...