Menjelang sore hari, Dara dan Jiyong yang sudah berganti pakaian tanpa pulang ke mansion, kembali mendatangi ruangan Dokter Lee. Perawat bilang, hasil tes Lisa sudah keluar dan Dokter Lee menginginkan kedua orang itu untuk mendatangi ruangannya.
"Dokter Lee?" Jiyong menyapa terlebih dahulu karena melihat Dokter Lee yang sedang menopang keningnya sambil melamun.
"Ah. Tuan, Nyonya silahkan duduk."
Jiyong dan Dara tentu menurutinya. Mereka berdua saling tatap dan melempar senyum tipis sebelum keduanya bergandengan tangan dengan erat.
Mengingat kondisi Lisa yang mulai membaik membuat mereka berpikir jika semuanya akan baik-baik saja. Melihat Lisa yang tertawa ketika menonton kartun bersama Jisoo melalui tabletnya membuat sepasang suami istri itu lega bukan main.
Tidak ada lagi rintihan. Hanya ada suara protes karena awalnya Lisa ingin menonton Tom & Jerry favoritenya namun Jisoo malah menjejali Lisa dengan Pikachu. Anak pertama Kwon Jiyong itu ingin membuat Lisa menyukai hal yang sama sepertinya. Walaupun dengan paksaan.
Jiyong dan Dara tentu saja senang melihat itu semua. Meninggalkan Lisa bersama ketiga kakaknya untuk mendengar hasil pemeriksaan Lisa yang keduanya harapkan menampilkan hasil yang baik.
"Aku pikir hasil pemeriksaan awalnya salah. Tapi ketika kami sudah melakukannya dua kali, hasilnya tetap sama." Pembukaan dari Dokter Lee itu membuat senyum Dara dan Jiyong memudar. Melihat tatapan serius dari Dokter Lee mengakibatkan detakan jantung mereka berpacu lebih cepat.
"Awalnya aku curiga karena dia mengalami sesak napas." Dokter Lee menarik kertas yang ada di atas meja. Menyerahkannya pada sepasang suami istri itu. Dan Jiyong lah yang menerimanya karena saat ini kedua tangan Dara sudah gemetaran.
"Kankernya meningkat menjadi stadium 3A. Ditandai organ paru-parunya yang mulai mengalami kelainan."
Seluruh tubuh kedua orang yang duduk di hadapan Dokter Lee itu seperti habis tersengat listrik dengan tegangan tinggi. Jika keduanya beranjak berdiri, dapat dipastikan mereka akan tersungkur di lantai karena dari ujung kepala hingga kaki terasa mati rasa.
"Jadwal kemoterapi Lisa harus segera dimajukan."
Jiyong yang saat ini merasa harus berkonsultasi dengan Dokter Lee, berusaha menguatkan batinnya untuk bicara. Membasahi bibirnya terlebih dahulu sebelum menatap miris pada Dokter Lee.
"Kemungkinan Lisa sembuh--"
"13 dari 100 orang." Jawaban tegas Dokter Lee itu membuat tubuh Dara limbung. Akan terjatuh ke lantai jika Jiyong tidak secera menahannya.
"Maaf. Aku tidak menyangka jika kanker di tubuh Lisa berkembang sangat cepat." Di balik meja, kedua tangan Dokter Lee saling meremas. Menyesal lebih tepatnya karena merasa kanker Lisa begitu mudah untuk dia tangani.
"A-Aku... Harus bagaimana? Kami harus bagaimana?" seumur hidup, Jiyong tidak pernah merasa seputus asa ini. Dimana dia harus menangis di depan Dokter Lee sembari memeluk istrinya yang tentu sudah histeris.
"Tuan, Nyonya. Aku akan berusaha semaksimal mungkin."
"Kau selalu bilang berusaha semaksimal mungkin! Tapi ini apa?" Dara dengan sisa tenaganya berteriak kepada Dokter Lee. Membuat wanita muda berjas putih itu menunduk.
"Katakan. Katakan apapun itu yang bisa membuat Lisaku hidup lebih lama. Aku akan menyetujuinya." Jiyong kembali menarik istrinya kedalam pelukan. Berusaha menenangkan Dara yang sudah kehilangan akal sehatnya.
"Aku masih tetap menyarankan untuk kemoterapi."
"Lakukan." Suara Jiyong sudah bergetar hebat. Membuat Dokter Lee ingin sekali menangis karena baru kali ini melihat seorang ayah yang sangat hancur seperti akan kehilangan permata mahalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, Lisa ✔ [TERBIT]
Fanfiction[BEBERAPA PART DIHAPUS SECARA ACAK UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN] "Aku tidak peduli." - Jisoo Kwon "Kenapa kau menghancurkan keluargaku?" - Jennie Kwon "Aku belum siap, maaf." - Chaeyoung/Rose Kwon "Aku juga tidak ingin hadir di antara kalian." - Lis...