21. Night Market

56.3K 5.1K 867
                                    

Ketika bel istirahat berbunyi, Lisa memilih berlari ke toilet daripada menuju kantin untuk makan siang. Gadis itu dengan kasar membuka almamaternya dan menyingkap lengan seram panjangnya hingga siku.

Lisa dengan wajah tak percaya memandang sekitar 3 memar yang terdapat di tangannya. Padahal ketika mandi tadi, memar itu belum ada. Bahkan jika Jennie tidak melihatnya, Lisa tidak akan tahu.

Gadis dengan rambut sebahu itu mengingat dimana dia mendapatkan benturan yang menyebabkan 3 memar itu. Seingatnya, dia tak pernah terantuk sesuatu. Bahkan pagi tadi Lisa harus berbohong pada Jennie, karena tidak tahu harus menjawab apa.

"Lisa-ya!" Itu suara Mina, yang membuat Lisa spontan menurunkan kembali lengan bajunya.

"Aku mencarimu kemana-mana," Mina sibuk menarik napasnya karena baru saja berlari. Lalu mengangkat ponselnya yang baru saja berdering nyaring memenuhi toilet yang semula sunyi itu.

"Rosé terus saja menanyakanmu. Lihatlah, bahkan dia melakukan video call."

Lisa menghela napas. Tak mengerti apa yang salah dengan kakaknya sehingga gadis blonde itu harus menghubunginya terus-menerus.

"Ya! Kenapa tak menjawab teleponku!" Baru saja wajah Roseé terlihat di layar ponsel Mina, suara gadis itu sudah memenuhi seisi toilet.

"Ponselku di kelas, dan aku sedang di toilet." Jawab Lisa seadanya karena memang itu yang sebenarnya.

"Bawa terus ponselmu kemana pun! Jangan makan sembarangan! Jangan berada di tengah lapangan karena sekarang musim panas! Jika bukan karena flu sialan ini aku akan mengekorimu kemana pun." Lisa meringis mendengar ocehan panjang lebar Rosé. Beruntung dirinya sedang di dalam toilet yang sepi. Jika tidak, pasti sekarang dia sudah menjadi pusat perhatian karena suara Rosé yang tinggi.

"Unnie, yang sedang sakit itu kau. Kenapa yang diocehi aku?" protes Lisa dengan wajah lesu. Tidak pernah terfikirkan olehnya jika Rosé akan seprotektif itu padanya.

"Ya! Aku hanya flu!"

"Aku bahkan tidak apa-apa," gerutu Lisa seraya memutar bola matanya jengah.

"Kau membantahku?" tanya Rosé dengan wajah seram yang dia dapati sama seperti tadi malam.

"Arraseo. Jangan mengoceh terus, kau akan cepat keriput." Lisa dengan cepat langsung mematikan panggilan Rosé, bahkan mematikan ponsel Mina dan memberikan pada pemiliknya.

"Jangan hidupkan dulu." Suruh Lisa berjalan keluar dari toilet diikuti Mina dari belakang.

"Tapi nanti dia marah padaku."

"Nyalakan saja. Tapi jangan harap aku mau menjawab telepon darinya yang masuk ke ponselmu." Ujar Lisa melengos pergi. Perutnya sudah berdemo ingin diisi, jika dia berdebat dengan Mina maka rasa laparnya akan semakin menjadi.

"Ya! Tunggu aku!"

.....

Rosé menghapus ingusnya yang baru saja mengalir dengan kasar. Dia sangat membenci flu. Rasanya dia ingin melepas hidungnya ketika sedang terserang flu.

Sekarang, gadis itu hanya menikmati rasa demam dan flu nya sambil menonton drama korea melalui ponsel. Memenuhi kamarnya dengan tissue yang berserakan dimana-mana. Ketika flu menyerang, memang dia sangat malas melakukan apapun. Kecuali ketika mengocehi Lisa tadi. Itu adalah sebuah keharusan untunya walaupun Rosé tahu Lisa tak akan macam-macam.

Rosé menganga melihat adegan di layar ponselnya. Menelan saliva ketika pemeran utama pria dan wanita mulai mendekatkan wajah mereka satu sama lain. Namun belum sempat adegan favorite Rosé terpampang, layar itu tiba-tiba berubah menjadi sebuah panggilan.

Hey, Lisa ✔ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang