1. She is Lalice

84.3K 6.1K 681
                                    

Gadis itu merenggangkan otot-ototnya setelah menutup dan menggembok pintu mini market tempatnya bekerja. Sudah menjelang tengah malam, jadi wajar jika ototnya kaku setelah 9 jam menjaga mini market itu.

Ting!

Ponselnya berdering, membuat gadis dengan topi hitam itu menghentikan aktivitasnya tadi.

"Eoh," gadis itu mengerjit ketika tak langsung mendapatkan jawaban. Malah suara berisik yang dia dapat.

"Lalice, Nenekmu pingsan lagi!"

Dan setelah itu, dia berlari kencang tanpa mengiharukan dinginnya malam yang menyapa. Membelah jalanan hanya dengan kaki kurusnya.

.....

"Bibi?" Lalice terkejut ketika mendapati Bibi kandungnya atau bisa disebut adik dari ibunya sudah berada di depan ruang IGD bersama seorang pemuda yang menghubunginya tadi.

"Junhoe tadi menghubungiku," jelas wanita itu. Memang sebelumnya dia berada di rumah calon mertuanya untuk mendiskusikan masalah pernihannya dengan sang kekasih, anak tetangganya itu memberitahu jika ibunya pingsan di teras rumah.

Lalice saja heran kenapa Bibinya baru ingin menikah sekarang. Padahal umurnya sudah tidak muda lagi. Walaupun masih terlihat sangat cantik.

Klek~

Lalice dan yang lain segera mendekati seorang Dokter yang baru keluar dari ruang IGD. Melayangkan tatapan tanya kepada sang Dokter.

"Pasien kritis. Jantung dan ginjalnya kembali bermasalah."

Lalice lemas bukan main. Sudah 2 tahun ini Neneknya mengalami komplikasi yang serius. Dan tak sekali Neneknya itu seperti ini. Tapi tetap saja, hati Lisa tak akan kuat mendengar berita buruk mengenai kondisi sang Nenek.

"Pulanglah, Lalice. Kau harus sekolah besok. Bibi yang akan menjaga Nenek." Hwang Jessica mengusap surai brown keponakannya. Merasa kasihan karena guratan lelah tercetak di wajah semuda itu. Dan menyesal karena dia tak bisa membantu apapun dari segi keuangan.

"Bibi--"

"Junhoe, tolong antar keponakanku pulang."

Junhoe hanya mengangguk lalu menarik tangan Lalice. Sahabat sekaligus tetangga Lalice itu adalah satu-satunya lelaki yang selalu membantu keluarga Lalice kapanpun. Dan Lalice sangat bersyukur akan hal itu.

.....

Cahaya matahari pagi masuk melalui celah kaca di kamar besar itu. Membuat si empunya kamar terganggu dan berakhir memilih bangun dari tidurnya.

Dia memandang sekitar kamarnya, lalu menguap lebar setelahnya.
"Tumben sekali Eomma tidak membangunkanku,"

Gadis itu turun dari ranjang dan keluar dari kamarnya. Dia langsung disuguhkan oleh beberapa maid yang sedang menjalankan tugas.

"Selamat pagi, Nona." Sapa salah satu maid yang sedang membersihkan lantai mansion.

"Eoh, apakah kau melihat Eomma?"

"Nyonya sedang ada di gudang. Beliau mencari beberapa barang yang bisa disumbangkan ke panti asuhan," jelas seorang maid membuat gadis itu mengangguk mengerti.

Dia berpamitan pada sang maid, lalu berjalan menuju ruangan paling ujung di lantai dua itu. Menemukan sang ibu dan beberapa maid sedang memasukkan barang ke dalam kardus.

"Rosé, jangan masuk. Terlalu banyak debu disini," Dara yang melihat anak ketiganya hendak melangkah memasuki gudang, langsung berseru.

"Kenapa tidak membeli barang yang baru untuk disumbangkan? Biasanya juga begitu, Eomma." Ujar Rosé merasa heran dengan sang ibu. Keluarga mereka memang rutin menyumbang ke beberapa panti asuhan setiap bulan. Tapi biasanya mereka akan memberikan barang baru, bukan bekas seperti sekarang ini.

Hey, Lisa ✔ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang