41. Protective

38.6K 3.9K 484
                                    

Pagi ini Lisa bersiap untuk kembali bersekolah setelah kurang lebih satu minggu absen. Walaupun besok sudah kembali libur karena akhir pekan, tapi Lisa sangat ingin untuk kembali ke sekolah. Dia harus menjelaskan ketidakhadirannya pada Mina yang pasti sangat bertanya-tanya kemana dia pergi. Dan tentunya Lisa harus menyiapkan sebuah kebohongan untuk Mina.

Lagipula Lisa juga sudah berjanji pada Rosé jika dia akan memperlihatkan hasil lukisannya. Walaupun sudah berkali-kali Lisa bilang jika lukisan itu tidak bagus. Tapi Rosé menginginkannya kerena hal sekecil apapun yang berhubungan dengan Lisa akan menarik untuknya.

Sesampainya di meja makan, semua anggota keluarganya sudah lengkap. Namun mereka belum memulai sarapan karena menunggu dirinya.

"Haraboji kapan sampai?" tanya Lisa pada Hyejun karena lelaki tua itu sudah lebih dari seminggu melakukan perjalanan bisnis ke luar negeri.

"Semalam, Nak. Kau sudah tidur."

Lisa hanya mengangguk paham lalu meminum jus pisang yang baru saja disodorkan oleh seorang maid. Jika biasanya dia meminum susu cokelat di pagi hari, maka sekarang tidak lagi. Selain karena dia harus meminum obat agar obat itu tidak netral, pisang juga baik untuk penderita Leukimia seperti dirinya.

Sarapannya pun harus berbeda dari yang lain. Semangkuk sereal gandum dan beberapa potong strawberry dan blackberry. Menu yang tentu disarankan oleh Dokter Lee.

"Lisa-ya," Lisa mendongak ketika Jiyong memanggilnya.

"Kakek bilang, di London ada sebuah rumah sakit yang sangat baik dalam menangani penderita Kanker Darah. Bagaimana jika kita kesana?"

Setelah mendengar penuturan Ayahnya, mendadak nafsu makan Lisa menghilang. Melakukan pengobatan di negara kelahirannya saja sudah terasa buruk, apalagi jika di negeri orang?

"Tidak mau." Jawab Lisa singkat.

"Tapi--"

"Disini saja aku sudah merasa lelah. Jangan buat aku merasa bertambah lelah, Appa. Tidak kah kau mengerti?" napas Lisa mulai memburu. Gadis yang penyabar seperti dia mungkin sebentar lagi akan menghilang. Karena efek kemoterapi itu juga mulai menghancurkan kepribadian lembutnya.

"Aku akan membuktikannya, jika aku bisa lolos dari penyakit ini. Jadi jangan bawa aku kemanapun." Pinta Lisa yang mendapat tatapan sendu dari semua penghuni meja makan.

"Lisa--"

"Appa, jangan paksa Lisa. Aku percaya dia bisa sembuh walaupun hanya berobat di sini. Lagipula, pengobatan di Korea tak kalah dari luar negeri." Barulah ketika Jennie memberi pembelaan untuk adiknya, Jiyong bungkam. Dia akan kalah jika membahas medis bersama Jennie.

"Maafkan, Appa. Sekarang lanjutkan makanmu. Jika tidak habis, Appa tidak akan mengijinkanmu pergi ke sekolah."

Lisa mengangguk, lalu kembali meminum jus pisangnya dan teringat jika dia tadi sempat berujar dengan nada tinggi kepada ayahnya.

"Appa, maaf aku sempat bernada tinggi padamu." Ujar Lisa penuh dengan penyesalan. Tidak pernah sekalipun Nenek dan Bibinya mengajari Lisa seperti itu. Dan dia sekarang merasa amat buruk karena mulai sering bernada tinggi pada ayahnya.

"Tak apa, Sayang." Jawab Jiyong dengan senyum lembut. Dia mengerti jika Lisa tak bermaksud seperti itu. Dokter Lee sudah menjelaskan perihal semua efek dari kemoterapi. Termasuk berubahan sikap Lisa perlahan menjadi sensitif.

Kemudian, di meja makan itu kembali hening. Semuanya sibuk dengan santapan masing-masing, hingga Lisa kembali bersuara karena mengingat sesuatu.

"Appa, tentang janji kita waktu itu. Bisakah besok kita melakukannya?" tanya Lisa ragu. Karena ayahnya adalah orang yang sangat sibuk dan tidak memiliki banyak waktu senggang.

Hey, Lisa ✔ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang