17. One Step Closer

58.1K 5.2K 648
                                    

"Istirahatlah." Dara menarik selimut Lisa hingga sebatas dada. Mengecup keningnya sekilas lalu keluar dari dalam kamar milik anaknya itu.

Tak lama setelah Dara keluar, Rosé muncul dan duduk di pinggir ranjang Lisa. Membuat Lisa yang sudah bosan tidur memilih untuk duduk. Di rawat sampai dua hari di rumah sakit membuat punggung Lisa pegal karena terlalu sering tidur.

"Kau merencanakan sakitmu agar Appa menundanya?" tempo hari Rosé menepis dugaan kakaknya, tapi setelah malam tadi mereka kembali mengobrol tentang hal yang sama. Rosé ikut berasumsi sedemikian rupa.

"Aniyo," Lisa bersandar, memandang santai kakaknya dan tidak marah karena dituduh seperti itu.

"Tidak kusengaja, tapi aku cukup bersyukur."

Rosé memutar bola matanya jengah. Adiknya ini terlalu aneh. Ayolah, dia akan diakui di keluarga ini tapi kenapa Lisa seakan tidak mau berada di keluarga Kwon?

"Pengumuman itu yang paling aku hindari. Akan ada banyak hal buruk yang mungkin menimpa keluarga ini karena aku." Lisa menoleh ke sembarang arah. Mengalihkan tatapan tak berdaya Lisa agar tidak terlihat oleh Rosé.

"Cukup percaya pada Appa," Rosé meraih tangan adiknya. Meremasnya guna memberi keyakinan jika semuanya akan baik-baik saja.

"Aku tidak bisa menahannya terus. Aku akan pasrah."

......

Sepulangnya dari kantor, Jiyong langsung memasuki kamar Lisa dengan wajah lelah. Mengabaikan jika anaknya itu sedang makan dan disuapi oleh Dara, Jiyong mendekatinya dan mengecup seluruh wajah anak bungsunya.

"Bisakah kau mandi sebelum kesini?" tanya Dara kesal. Biar bagaimanapun, suaminya itu sudah seharian di luar rumah yang rentan akan kuman dan virus. Bisa-bisanya dia tanpa membersihkan diri langsung menghampiri Lisa.

"Maaf tadi Appa tidak bisa menjemputmu." Jiyong mengabaikan kekesalan sang istri. Berucap penuh penyesalan karena siang tadi tidak bisa menjemput Lisa pulang dari rumah sakit. Kolega bisnis asing yang datang jauh-jauh dari Amerika harus Jiyong temui.

"Gwenchana. Ada Eomma."

Jiyong tersenyum, mengusap surai kecokelatan anaknya.
"Apakah sudah lebih baik?"

"Apa kau ingin membahas masalah grand opening itu?" Dara menyahut menggantikan Lisa. Karena sedari kemarin, suaminya itu sangat sering membahas acara grand opening perubahaan barunya. Padahal jelas-jelas Lisa belum sembuh total.

"Dara-ya, kita harus melakukannya secepat mungkin. Mereka harus tahu secepatnya." Ucap Jiyong yang sudah lelah mendebatkan hal ini pada istrinya.

"Tapi kau lihat sendiri, anakmu masih sakit. Pentingkan anakmu diatas segalanya, Jiyong." Ayah empat anak itu sadar jika istrinya sedang marah. Terbukti dari panggilan Dara yang hanya menyebutkan namanya.

"Aku sudah tidak apa-apa. Tapi Appa, bisakah jika menunggu kaki Jisoo Unnie membaik? Dia tidak bisa ke acara besar dengan keadaan kakinya seperti itu." Lisa memang benar. Bukan untuk menahan Jiyong yang akan mengumumkan Lisa sebagai anaknya. Tapi dia cukup tidak tega dengan Jisoo yang harus pergi ke acara besar dengan cidera kakinya.

"Arraseo, apapun untuk anakku." Putus Jiyong akhirnya. Dan harus menunggu sekitar 4 hari lagi dengan sabar.

.....

Keesokan harinya, Lisa sudah kembali bersekolah seperti biasa. Awalnya Dara menolak mentah-mentah keinginan Lisa itu tapi dengan bujuk rayunya, Lisa berhasil membuat Dara menganggukan kepala mengiyakan.

Hey, Lisa ✔ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang