Langkah kaki sepatu sneaker berwarna hitam itu terlihat santai. Selama perjalanan, pemilik sepasang kaki itu selalu menyapa orang yang dilewatinya. Tentu dengan senyum khas yang membuat pria itu semakin tampan.
Di tangannya ada bunga yang cukup besar. Sesuatu yang menurutnya harus dibawa saat menjenguk orang yang sakit. Karena pikirnya, jika membawa makanan pastilah makanan itu tidak akan dimakan karena biasanya orang sakit akan sulit untuk mengkonsumsi makanan.
Dia Taehyung. Sudah berjanji akan menjenguk Lisa di pagi ini. Mereka tentu sudah dekat. Mengingat Taehyung sering berkunjung ke rumah Jiyong dan tentu berkomunikasi dengan Lisa. Walaupun tidak sedekat dengan kedua adik Jisoo lainnya, namun Taehyung masih berusaha untuk lebih dekat lagi dengan Lisa. Contohnya dengan menjenguk dikala Lisa sakit seperti sekarang.
Sepasang kakinya hampir saja melangkah ke dalam lift ketika tak sengaja matanya menangkap sosok sang kekasih keluar dari lift di sebelahnya.
Tentu Taehyung memilih mengejar Jisoo. Karena lelaki itu melihat keadaan sang kekasih tidak sedang baik-baik saja. Gadis itu tampak sedang menangis seraya membekap mulutnya kuat-kuat.
Langkah kaki pemuda tampan itu memelan ketika melihat Jisoo berhenti di pojok lorong yang sepi. Menangis dengan suara keras disana, tanpa ada yang bisa mendengar kecuali Taehyung.
Tanpa berkata apapun, Taehyung menarik tubuh Jisoo. Mendekapnya dari belakang guna memberikan ketenangan untuk batin sang kekasih.
"Aku tidak bisa kehilangannya lagi." Mendengar suara Jisoo yang bergetar hebat, Taehyung semakin mengeratkan pelukannya.
Dia tahu apa yang dirasakan kekasihnya saat ini. Rasa sakit yang tidak bisa dijabarkan karena terlalu sakit. Dimana Jisoo tidak bisa memperlihatkannya ke sembarang orang. Karena nyatanya dia harus terlihat kuat untuk adik-adiknya. Tidak peduli jika dia rasanya ingin tumbang.
"Tidak akan."
"Aku--"
"Kau harus meyakinkan Lisa agar dia tidak akan meninggalkanmu. Selalu disisinya agar dia tidak semudah itu untuk pergi darimu." Ucap Taehyung tegas. Berusaha meruntuhkan keraguan di dalam hati kekasihnya.
Jisoo perlahan melepas dekapan Taehyung. Menatap dalam wajah kekasihnya itu seraya menghapus air matanya.
"Gomawo, karena selalu ada disisiku.".....
Lisa meringis ketika Jennie sedang memakaikan sweater untuknya. Bergerak sedikit saja, area sekitar dadanya terasa nyeri akibat Central Venous Catheters di dada kanannya yang belum kering. Dokter Lee bilang, dia akan sering merasakan nyeri selama dua minggu kedepan.
"Apakah Unnie menyakitimu?" tanya Jennie panik.
"Aniya." Lisa menjadi serba salah sekarang. Niat hati tak mau membuat Jennie ataupun yang lainnya khawatir, tapi selama seharian ini semua orang selalu khawatir karena Lisa tak sengaja meringis ketika ngilu di dada kanannya terasa menyiksa.
"Makananmu masih utuh. Makanlah sedikit. Sebentar lagi Dokter Lee akan memberimu obat kemoterapi." Rosé yang semula ada di sofa, bangkit dan menyentuh nampan berisi jatah sarapan untuk Lisa dari rumah sakit.
"Pudingnya saja, Unnie."
Rosé hanya mengangguk pasrah. Setidaknya ada sesuatu yang mengisi perut adiknya itu. Karena selain air putih, Lisa tak mau mengkonsumsi apapun semenjak masuk ke rumah sakit.
Baru 3 suapan, Lisa sudah menahan tangan Rosé. Memberi isyarat bahwa dia tak mampu menelan makanan lagi. Rosé memaksanya, namun Lisa benar-benar tak bisa sehingga Jennie menyudahi perdebatan itu dengan merebut mangkuk yang di pegang oleh Rosé, dan membuangnya ke kotak sampah dengan kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, Lisa ✔ [TERBIT]
Fanfiction[BEBERAPA PART DIHAPUS SECARA ACAK UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN] "Aku tidak peduli." - Jisoo Kwon "Kenapa kau menghancurkan keluargaku?" - Jennie Kwon "Aku belum siap, maaf." - Chaeyoung/Rose Kwon "Aku juga tidak ingin hadir di antara kalian." - Lis...