28. Dissapointed

50.1K 4.2K 224
                                    

Lisa meringis ketika merasakan seluruh tubuhnya terasa nyeri luar biasa. Rasa sakit yang belum pernah dia rasakan seumur hidup. Dan gadis itu menduga jika ini adalah salah satu efek dari kemoterapi yang dia lakukan.

Ini masih pukul 3 pagi, dan Jennie tentu masih tertidur di sampingnya. Lisa tidak mau mengganggu, maka dia berusaha terbangun dengan sendirinya.

Gadis itu tentu tidak bisa tidur dengan rasa sakit yang ada. Akhirnya, Lisa memilih berjalan dengan sempoyongan menuju balkon. Duduk di salah satu bangku dengan memeluk tubuhnya sendiri.

Lisa menghela napas sembari memandang langit yang masih gelap dengan hiasan beberapa bintang disana. Hingga tak terasa air matanya tumpah mengingat dirinya saat ini benar-benar seperti benalu di keluarga Kwon.

"Eomma, kenapa harus aku?" lirih Lisa yang menatap salah satu bintang paling terang di atas sana. Berujar seakan bintang itu adalah jelmaan dari Tiffany.

"Apakah aku tidak berhak bahagia?" Lisa meringis setelah mengatakan itu. Kembali merasakan nyeri di beberapa bagian tubuhnya.

Gadis itu memilih tak kembali berbicara. Cukup memeluk tubuhnya dengan erat karena rasa sakit yang dia rasakan semakin menjadi. Sampai sebuah selimut tiba-tiba menutupi seluruh tubuhnya. Juga disusul pelukan hangat yang diberikan oleh Jennie.

"Ada Unnie. Kenapa kau harus menyendiri?" tanya Jennie masih dengan memeluk Lisa. Dia sama dengan adiknya, tidak bisa tertidur nyenyak dan saat mendapati Lisa tidak ada di sampingnya tentu Jennie cukup kalang kabut.

"Appo," lirih Lisa yang memilih tak mau menjawab pertanyaan Jennie. Karena dirinya yang sibuk menahan rasa sakit agar mulutnya tak berteriak.

"Arra, Unnie disini." Jennie mengusap punggung Lisa. Menangis dalam diam karena merasa hatinya di remas dengan kuat ketika Lisa terus saja meringis.

.....

Pagi itu wajah Lisa dan Jennie ketika tiba di ruang makan sangat berbeda dari yang lain. Mata keduanya terlihat sayu karena kurang tidur. Nyatanya memang begitu, Jennie memutuskan berdiam di balkon bersama Lisa hingga pagi karena rasa sakit yang dirasakan adiknya itu mulai mereda saat jam menunjukkan pukul 6 pagi.

"Ijinlah dari kampus hari ini, Jennie-ya." Suruh Jiyong yang tidak tega melihat anak keduanya terkantuk. Dia tahu dari cerita Dara jika Jennie memilih menemani Lisa malam tadi. Dan pasti gadis itu cukup kerepotan merawat adiknya.

"Unnie, mian." Itu adalah lirihan Lisa yang sudah berkali-kali di dengar oleh Jennie pagi ini.

"Gwenchana. Makanlah," Jennie mengusap tangan Lisa sekilas, lalu beralih pada roti bakarnya.

Lisa akhirnya pasrah. Memilih ikut menikmati sarapan paginya. Namun ketika dia baru saja ingin menggigit roti miliknya, rasa mual itu kembali menyeruak. Lisa tentu berusaha kuat menahan rasa tak nyaman itu. Tapi akhirnya dia memilih berlari menuju kamar mandi di dekat ruang makan karena tak tahan dengan rasa mualnya.

"Huek~"

Tak lama, Dara menyusul. Memijat tengkuk Lisa yang membuat gadis itu semakin gencar berusaha mengeluarkan sesuatu dari perutnya.

"Kau belum makan sesuatu dari kemarin, tidak akan ada yang keluar." Ujar Dara yang menatap sendu Lisa. Gadis itu terus memuntahan sesuatu berupa cairan. Karena sedari pulang dari rumah sakit, Lisa tidak mau memakan apapun selain meminum susu cokelatnya. Itupun hanya setengah.

Lisa mengatur napasnya yang terasa memburu. Dia kelelahan dan memilih bersandar pada Dara ketika ibunya sedang membersihkan mulutnya. Tidak terbayang olehnya, efek kemoterapi bisa sehebat ini hingga membuat Lisa tidak berdaya sama sekali.

Hey, Lisa ✔ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang