Eunha tersenyum sinis ketika mendapati Lisa yang baru saja memasuki area kantin bersama Mina. Melihat gadis itu senang, adalah umpan bagi Eunha untuk menyiksanya.
"Eunha-ya, kau mau apa? Disana ada Rosé. Kau masih ingat ucapannya tempo hari kan?" Jihyo menahan lengan sahabatnya ketika dia tahu niat apa yang ada di benak Eunha.
"Jika nanti Rosé protes, ini akan menjadi yang terakhir di sekolah. Tapi jika tidak, aku akan meneruskannya hingga gadis itu tau diri," Eunha menghempaskan tangan Jihyo. Tersenyum penuh kemenangan saat Mina, sang penyelamat Lisa pergi entah kemana.
Gadis itu meraih es kopi milik Jihyo, lalu berjalan dengan wajah penuh kesinisan kearah Lisa yang sedang mencari bangku kosong.
Ketika sampai di hadapan gadis berponi itu, Eunha menyiram wajah Lisa dengan es kopi yang dia bawa. Tentu tidak akan mendapat perlawanan dari Lisa.
"Bukankah makan siang kalian harus memiliki hiburan yang menarik?" dengan suara keras, Eunha bertanya pada penghuni kantin yang semula mematung melihat aksinya.
"NDE!"
Lisa mengepalkan tangannya ketika mendengar seruan seluruh penghuni kantin. Lalu dengan penuh harap, dia melirik seseorang di pojok kantin yang kini sedang menyeruput minumannya dengan santai. Seolah disekitarnya tak pernah terjadi kegaduhan apapun. Tidak menatap Lisa sama sekali, yang artinya dia tidak peduli.
"Aku akan menggantinya lebih banyak, nanti." Eunha berujar sebelum meraih semangkuk bubur panas milik seorang siswa yang mejanya dekat dengan posisinya berdiri. Menumpahkan bubur itu di pundak Lisa hingga menimbulkan beberapa tawa di kantin itu.
"Pencundang," ujar Eunha tajam, lalu mendorong tubuh Lisa hingga terjatuh ke lantai. Meninggalkannya tanpa belas kasihan sedikitpun.
"Apa yang kalian tertawakan, hah?!" Mina datang dan melempar semua makanan yang dia bawa. Memilih menolong Lisa bangun dan mengabaikan perutnya yang lapar.
"Apakah hati kalian sudah tertutupi oleh uang? Sangat memalukan!" Setelah berteriak marah, Mina menarik Lisa keluar dari kantin itu.
"Aku ingin seperti Mina. Tapi aku tidak punya kuasa apapun," gerutu Yuju yang memandang punggung Mina dan Lisa penuh dengar rasa kasihan.
Tapi ketika mendengar helaan napas dari seseorang di hadapannya, Yuju langsung bergidik dan memandang Rosé.
"Aku tidak menyindirmu. Serius."Rosé hanya menggeleng pelan. Memilih diam dengan perasaan yang berperang, entah menginginkan apa.
.....
"Daebak!" Taecyeon berseru heboh ketika dia sampai di depan sebuah toko yang sudah tutup. Memandang pakaian Lisa yang kotor dari bahu hingga pinggang.
Lisa mendengus sebal, meraih kasar sebuah jaket yang ada di tangan Taecyeon. Gadis itu memang selalu dijemput Taecyeon agak jauh dari sekolah. Tepatnya di depan toko yang sudah lama tutup itu.
"Sebenarnya apa yang kau lakukan di sekolah? Kadang pakaianmu basah, kadang juga kotor seperti ini." Taecyeon berucap heran sembari membukakan pintu penumpang depan untuk Lisa.
"Bagaimana keadaan Jisoo Unnie?" tanya Lisa ketika Taecyeon sudah duduk dengan nyaman di balik kemudi.
"Dia meminta rawat jalan. Mungkin besok sudah bisa pulang," beritahu Taecyeon.
"Kau benar-benar tidak mau memberitahuku?" Taecyeon masih berusaha menggali informasi tentang penyebab mengapa Lisa selalu terlihat berantakan ketika pulang dari sekolah.
"Bukan masalah serius."
.....
Hari telah berganti, pagi ini tiga mobil sedan mewah berhenti di depan mansion. Jiyong dan Dara keluar dari mobil pertama, lalu Jiyong sedikit berlari kearah mobil kedua. Menggendong anak pertamanya yang masih belum bisa berjalan karena cidera kaki yang dialaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, Lisa ✔ [TERBIT]
Fanfiction[BEBERAPA PART DIHAPUS SECARA ACAK UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN] "Aku tidak peduli." - Jisoo Kwon "Kenapa kau menghancurkan keluargaku?" - Jennie Kwon "Aku belum siap, maaf." - Chaeyoung/Rose Kwon "Aku juga tidak ingin hadir di antara kalian." - Lis...