Awalnya, Jennie kesal ketika membuka pintu kamar Lisa. Namun ketika tak mendapati adik bungsunya itu, dia mengerjit heran. Lalu melihat pintu kamar mandi tertutup, Jennie berasumsi jika Lisa ada di dalam sana.
Tok-tok~
"Lisa-ya?" Jennie tak mendapat jawaban. Bahkan tidak ada tanda-tanda jika di dalam kamar mandi itu terdapat penghuni.
Untuk mengusir rasa ingin tahunya, Jennie memutuskan untuk membuka pintu kamar mandi. Dan hal pertama yang hampir membuat dia menjerit adalah darah yang tercecer di wastafel putih kamar mandi. Lalu ketika dirinya masuk ke dalam sana, Jennie baru bisa menemukan tubuh Lisa yang tergeletak di atas lantai kamar mandi.
"Lisa-ya? Hey, kau dengar aku?" Jennie dengan rasa paniknya menopang kepala Lisa ke atas pahanya.
"Buka matamu, Lisa-ya. Jangan membuatku takut," gerutu Jennie terus saja menepuk pelan pipi Lisa.
"Appa! Eomma!" Jennie berteriak sekuat tenaga di tengah rasa takutnya. Dan tak perlu menunggu waktu lama, orang tua dan dua gadis Kwon lainnya sudah berdatangan ke kamar mandi yang cukup luas itu.
.....
Di ruangan bercat putih bercampur hijau itu tidak ada suara yang keluar. Jisoo dan Jennie sibuk menahan gejolak ketakutannya di atas sofa, Jiyong dan Dara yang sibuk berpelukan satu sama lain di pinggir ranjang Lisa, dan Rosé yang duduk di samping ranjang Lisa dengan menggenggam tangan berbalut infus itu.
Lisa belum juga sadarkan diri sejak 2 jam yang lalu. Membuat semuanya hanya bisa terdiam menunggu mata itu terbuka. Hingga akhirnya keheningan di ruangan itu terhenti ketika pintu terbuka. Menampakkan Dokter Lee dengan beberapa amplop besar di tangannya.
"Organ hati dan limpanya mengalami pembengkakan." Dokter Lee menyerahkan salah satu amplop besar di tangannya kepada Jiyong. Dan dengan tangan gemetar, pria itu meraihnya. Tidak berniat melihat isi amplop itu dan terus saja memandang Dokter Lee untuk mendapat penjelasan lebih lanjut mengenai keadaan Lisa.
"Saran terbaik dariku adalah melakukan kemoterapi."
Di samping ranjang Lisa, Rosé meremas tangan adiknya ketika air mata miliknya sudah jatuh tak beraturan.
"Tuan, obat-obatan itu tidak berpengaruh banyak untuknya."
"Tapi tetap saja kemoterapi tidak bisa menyembuhkannya. Itu hanya untuk mencegah kankernya agar tidak perkembang. Tidak bisakah kau mencari cara agar kanker itu hilang sepenuhnya?" Jennie mulai berdiri, menyuarakan kegundahan hatinya dengan wajah yang sudah basah karena air mata. Membayangkan Lisa yang kesakitan ketika efek kemoterapi itu berulah, Jennie rasanya tidak akan kuat melihat itu semua.
"Nona Jennie, setidaknya jika dia melakukan itu semuanya tidak akan bertambah buruk." Dokter Lee mulai mengulurkan satu amplop yang masih dia genggam pada Jiyong.
"Kita tidak tahu jalannya takdir. Tanda tangani jika kau setuju." Setelah amplop itu diterima oleh Jiyong, Dokter Lee keluar dari ruang rawat Lisa.
Jennie mengusap wajahnya kasar, lalu ikut keluar dari ruangan itu. Setelahnya Jiyong, Dara, dan Jisoo juga mengikuti jejak Jennie. Tentu dengan berbeda tujuan. Jiyong dan Dara harus melakukan diskusi terhadap Hyejun yang kini ada di Benua Eropa, dan kedua gadis Kwon itu tentu ingin mencari ketenangan masing-masing.
Tinggallah Rosé yang masih setia di sisi Lisa. Memandangi wajah adik bungsunya dengan air mata yang masih terus berjatuhan dari matanya. Lalu ketika dia melihat bibir Lisa meringis, secepat kilat tangannya menghapus air mata di wajahnya.
"Hey, kau bangun?"
Lisa menelan salivanya merasakan sakit di area perut dan ulu hatinya. Tidak mau membuat Rosé khawatir, dengan sekuat tenaga dia menahan diri untuk tidak meringis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, Lisa ✔ [TERBIT]
Hayran Kurgu[BEBERAPA PART DIHAPUS SECARA ACAK UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN] "Aku tidak peduli." - Jisoo Kwon "Kenapa kau menghancurkan keluargaku?" - Jennie Kwon "Aku belum siap, maaf." - Chaeyoung/Rose Kwon "Aku juga tidak ingin hadir di antara kalian." - Lis...