Mungkin karena sangat lelah, Rosé bangun terlalu siang dan membuatnya terburu-buru pagi ini. Oh ayolah, dia mempunyai pekerjaan rumah yang belum di kerjakan karena setelah pulang dari pantai semalam, dia langsung menjelajahi alam mimpi.
Rosé tidak sepintar Jennie dan Lisa yang bisa mengerjakan 100 soal dalam waktu 10 menit. Jadi, satu-satunya jalan adalah mencontek pekerjaan teman kelasnya pagi ini.
Sesampainya di meja makan, Rosé hanya mendapati Ayah dan Ibunya. Sang Kakek malam tadi berangkat ke Singapore untuk mengunjungi adiknya yang sakit.
"Yang lainnya sudah pergi?" tanya Rosé lalu meminum susu putihnya cepat-cepat.
"Kedua kakakmu sudah berangkat karena ada quiz di kelas pagi. Dan Lisa sepertinya juga kesiangan seperti dirimu." Jawab Dara yang diangguki oleh Rosé.
"Eomma, bilang pada Lisa aku sedang terburu-buru dan tidak bisa berangkat bersama." Setelah mencium pipi kedua orangtuanya, Rosé berlalu begitu saja. Membuat sepasang suami istri itu terkekeh.
"Pasti dia lupa mengerjakan pekerjaan rumahnya." Ujar Jiyong yang dijawab oleh tawa sang istri.
"Aku akan membangunkan Lisa. Kau bisa berangkat sekarang." Dara mencium bibir Jiyong. Lalu ketika suaminya itu beranjak, dia membenarkan dasi Jiyong yang sedikit miring.
"Aku pergi." Jiyong berlalu setelah mengecup dahi sang istri. Benar-benar pasangan yang romantis walaupun sudah di hadiahi empat orang anak.
Setelah punggung suaminya tak terlihat lagi, Dara mulai berjalan dan menaiki tangga hingga tiba di lantai dua. Langsung membuka pintu kamar Lisa dan mendapati anak bungsunya itu masih tertidur.
"Kau sakit, Sayang?" tanya Dara khawatir.
"Kepalaku sedikit sakit, Eomma." Jawab Lisa dengan suara lirih. Namun berusaha menyunggingkan senyuman agar Ibunya tak tahu jika kini yang dirasakan Lisa lebih dari sakit kepala.
"Tunggu sebentar, hm? Eomma akan panggilkan Dokter Lee."
"Aniya, Eomma. Aku tidak apa. Istirahat sebentar sudah cukup." Ucap Lisa yang memang malas berurusan dengan Dokter Lee. Wanita dengan jas putihnya itu hanya akan memberinya ceramah yang membuat telinga Lisa panas.
"Arraseo. Eomma akan membawakan makananmu ke kamar." Ujar Dara seraya membelai kepala anaknya. Lalu meringis ketika dia mengingat sesuatu.
"Apa tidak apa-apa jika nanti Eomma tinggal sebentar? Hari ini adalah peringatan kematian kedua orangtua Eomma, dan Eomma harus menghadiri acaranya." Ujar Dara yang membuat Lisa terkekeh. Seharusnya sang Ibu tidak perlu meminta ijin pada Lisa.
"Pergilah, Eomma. Aku tidak apa-apa."
Dara mengangguk, lalu mengecup dahi Lisa penuh sayang.
"Eomma janji hanya sebentar.".....
Sudah satu jam semenjak kepergian Dara, Lisa merasa mulai bosan dengan kesendiriannya. Tubuhnya sudah mulai membaik dan dia menyesal karena tidak memilih pergi ke sekolah.
Akhirnya Lisa pergi ke balkon kamarnya untuk mengurangi kebosanan. Memandang hamparan halaman mansion yang sangat luas.
Dibawah sana ada beberapa bodyguard yang berjaga. Taecyeon termasuk ke dalamnya. Dia terkekeh melihat wajah penjaganya itu yang tampak datar. Sudah lama dia tidak berinteraksi dengan Taecyeon.
Hendak memanggil, namun Lisa mengurungkan niatnya karena rasa panas mulai menjalar ke keseluruh punggungnya. Berganti dengan rasa nyeri dan disusul kepalanya yang berdenyut hebat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, Lisa ✔ [TERBIT]
Fanfiction[BEBERAPA PART DIHAPUS SECARA ACAK UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN] "Aku tidak peduli." - Jisoo Kwon "Kenapa kau menghancurkan keluargaku?" - Jennie Kwon "Aku belum siap, maaf." - Chaeyoung/Rose Kwon "Aku juga tidak ingin hadir di antara kalian." - Lis...