Lisa menghapus keringatnya ketika dia sedang berlari beriringan bersama Mina memutari lapangan sepak bola sekolah. Hari ini cukup panas, dan sialnya kelas Lisa mempunyai jam olahraga yang tentu cukup menyiksa.
"Setelah ini aku ingin menyiram tubuhku dengan bongkahan es," ujar Mina pada Lisa yang ada di sampingnya.
"Kau akan sakit." Sahut Lisa yang membawa serius ucapan Mina. Tentu gadis itu tidak gila untuk benar-benar merendam dirinya di dalam es.
"Aku hanya bercanda," Mina terkekeh dan mendahului Lisa. Tidak terlalu jauh, mungkin jarak mereka hanya beberapa langkah.
Lisa merutuki dirinya dalam hati ketika merasa pusing. Pasti karena pagi tadi dia melewatkan sarapan. Salahkan emosi Lisa yang tidak bisa di tahan dan membuat gadis itu sekarang kekurangan asupan makanan.
Gadis itu menyerah, membungkuk dengan menopang tangannya di lutut. Mengatur napas yang terasa begitu lelah padahal baru satu setengah putaran yang dia lakukan.
Ketika Lisa kembali berdiri tegak, pandangannya berubah buram. Semuanya terasa berputar hingga matanya hanya bisa melihat cahaya putih, lalu gelap.
.....
Di kelas yang berbeda, Rosé sedang fokus mencatat apa yang gurunya tuliskan di papan tulis. Beberapa rumus matematika yang sebenarnya membuat pusing dan mengantuk. Rosé tidak suka matematika, tapi dia berusaha menghargai jerih payah gurunya.
Tok-tok~
Semua mata mengalihkan pandangan mereka dari papan tulis ke ambang pintu kelas. Dimana seorang pemuda berpakaian olahraga tampak menatap Rosé dengan wajah panik.
"Rosé-ssi, adikmu pingsan!"
Setelah pemberitahuan itu, Rosé melupakan jika dia harus menghargai gurunya di kelas. Gadis itu terlihat panik bukan main sehingga langsung berlari keluar kelas. Menuju ruang kesehatan yang tidak jauh dari lapangan sepak bola.
Sesampainya disana, Lisa masih tidak sadarkan diri dengan Mina dan petugas ruang kesehatan yang sibuk berusaha membangunkannya.
"Bagaimana bisa dia pingsan?" tanya Rosé menuntut jawaban dari Mina. Karena gadis itu satu-satunya yang tau kejadian perihal pingsannya Lisa.
"Sepertinya dia tidak sarapan." Jawab petugas ruang kesehatan yang melihat Mina terlalu gugup untuk menjawab. Berada dekat dengan Rosé cukup membuat Mina tak bisa mengendalikan dirinya. Dimana gadis itu, Rosé sudah di cap sedari awal jika dia adalah Kwon yang kastanya terlalu tinggi di sekolah ini. Sedangkan Lisa, sabahatnya. Mina sudah terbiasa dengan kesederhanaan yang dimiliki Lisa.
"Aku akan ke kantin," Rosé hendak beranjak pergi sebelum Mina berucap.
"Biar aku saja." Mina melenggang begitu saja. Membuat Rosé beralih ke sisi brankar Lisa. Menatap adiknya itu dengan kekhawatiran.
Tak lama, mata Lisa perlahan terbuka. Merasa bingung pada awalnya, memandang Rosé dengan tatapan tanya.
"Lain kali jangan melewatkan sarapan! Jika itu terjadi lagi, aku akan marah padamu!" Lisa baru sadar memiliki kakak yang kekanak-kanakan jika sedang marah. Kalau begini, Lisa tidak merasa sedang dimarahi. Malah gadis berponi itu ingin tertawa melihat wajah Rosé yang ingin menangis.
"Arraseo," Lisa tersenyum, menggenggam tangan Rosé agar gadis itu tahu jika Lisa baik-baik saja.
......
Pulang sekolah, Lisa memutuskan berkunjung ke mini market Kris. Dia sudah berjanji hari ini akan bertemu dengan Ten dan Junhoe di mini market itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, Lisa ✔ [TERBIT]
Fanfiction[BEBERAPA PART DIHAPUS SECARA ACAK UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN] "Aku tidak peduli." - Jisoo Kwon "Kenapa kau menghancurkan keluargaku?" - Jennie Kwon "Aku belum siap, maaf." - Chaeyoung/Rose Kwon "Aku juga tidak ingin hadir di antara kalian." - Lis...