Sial baginya kali ini, Lisa bangun kesiangan dan sebentar lagi bel masuk akan berbunyi. Mengabaikan fakta jika dia tak akan sampai di sekolah tepat waktu, gadis itu tetap berusaha mempersiapkan diri secepat mungkin.
Lisa meraih seragamnya. Hendak membuka piyama mandi agar bisa memakai seragam itu. Namun dia terkejut ketika mendapati lengan bagian belakangnya memiliki memar dari pantulan kaca di lemari besarnya.
Memar disana tidak hanya satu. Mungkin ada sekitar tiga atau empat, Lisa kurang jelas melihat jumlahnya. Karena dia saat ini sedang terburu-buru dan tidak terlalu peduli.
"Kau akan berangkat, Sayang?" Dara sudah siap dengan berbagai makanan di nampan yang dia bawa ketika Lisa membuka pintu kamarnya.
"Aku ada ujian hari ini, Eomma." Lisa mengecup sekilas pipi Dara dan meninggalkan ibunya karena demi apapun dia sudah sangat terlambat.
"Aku kira dia tidak sekolah." Jennie bersuara dan membuat Dara tersentak.
"Eomma tadi pagi sudah mengetuk pintunya. Mungkin dia terlalu lelah hingga kesiangan."
Jennie mengangguk paham.
"Malam nanti, apakah kalian akan menceritakan asal-usul sebenarnya?"Dara menyentuh pipi kanannya yang menghangat karena kecupan singkat Lisa. Walaupun setiap pagi dia mendapatkannya, tapi kali ini berbeda. Ada rasa tulus tanpa paksaan yang dia rasakan.
"Eomma?" Jennie memanggil Dara, berusaha membuat ibunya menjawab.
"Percaya saja pada Eomma dan Appa." Dara tersenyum lalu meningalkan anak keduanya yang kini terlihat penuh tanya.
.....
"Keluargaku mendapatkan undangan Grand Opening cabang baru perusahaan milik Kwon," beritahu Mina ketika dia dan Lisa berada di taman belakang seraya menyantap roti panggang yang dibawa Mina dari rumah.
"Lalu?" Mina berdecak sebal karena melihat Lisa yang tidak peduli dengan ucapannya.
"Jika kau datang, aku akan datang." Ujar Mina lalu menyeruput susu putihnya yang dia beli dari kantin.
"Datang."
"Jeongmal? Bukankah kau bilang ingin merahasiakan identitasmu? Disana pasti banyak anak sekolah ini mengingat rata-rata keluarga mereka adalah kolega bisnis ayahmu." Mina meletakkan roti dan susu kemasannya karena terlalu antusias dengan topik yang mereka bicarakan.
"Aku dipaksa," Lisa berujar dengan wajah memelas. Membuat Mina kembali berfokus pada makanannya. Dia kira, Lisa ingin membongkar siapa dirinya. Padahal, Mina sudah menantikan itu.
.....
Anggota keluarga Kwon Jiyong sedang sibuk mempersiapkan penampilan terbaik mereka. Tidak akan membiarkan celah untuk orang lain yang ingin menandingi mereka. Karena, raja dari acara itu tidak boleh terkalahkan oleh siapapun.
Jiyong tersenyum pada cermin di kamarnya. Menandang penampilannya sendiri yang masih begitu sempurna. Tak ada sedikitpun kekurangan yang bisa dilihat oleh orang lain pada dirinya.
Sebentar lagi, pria itu akan mengumumkan siapa putri bungsunya. Memperkenalkan ke seluruh penjuru Korea jika dia masih memiliki satu permata yang disembunyikan dari khalayak umum. Permata yang paling berharga, yang lelaki itu harus jaga dengan sekuat tenaga. Karena selama ini, Jiyong sudah lalai dalam menjaga Lisanya.
"Appa!" Jiyong menoleh kaget ketika dengan kasar, Rosé membuka pintu kamarnya dan menampakkan wajah panik.
"Lisa pingsan!"
.....
Dengan sangat menyesal, Jiyong harus membatalkan acara peresmian cabang perusahaannya juga pengumuman siapa Lisa sebenarnya karena anak bungsunya itu pingsan di dalam kamarnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, Lisa ✔ [TERBIT]
Fanfiction[BEBERAPA PART DIHAPUS SECARA ACAK UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN] "Aku tidak peduli." - Jisoo Kwon "Kenapa kau menghancurkan keluargaku?" - Jennie Kwon "Aku belum siap, maaf." - Chaeyoung/Rose Kwon "Aku juga tidak ingin hadir di antara kalian." - Lis...