Hari yang cukup melelahkan untuk Lisa, membuat dia harus berjalan ke dalam mansion dengan wajah lesu juga langkah yang terlihat tak bersemangat.
"Hari yang menyenangkan, Pecundang?"
Lisa menegakkan badannya spontan ketika suara tajam itu menyapanya. Bukan karena perkataan itu dia tertarik, tapi dari orang yang mengeluarkannya. Bukal hal asing, tapi walaupun harus seperti ini Lisa cukup senang bisa berinteraksi dengan Jennie.
Gadis berponi itu menguatkan hatinya ketika Jennie mulai mendekat. Entah bagaimana, sekalipun kakaknya itu sering melukai hatinya, tapi Lisa tidak bisa membenci Jennie.
"Aku tidak menyangka Appa akan memiliki anak yang tidak bisa apa-apa sepertimu,"
Hati Lisa mencelos mendengarnya. Hey, apakah dia tidak tahu jika Lisa sudah dari kecil mencari uangnya sendiri?
Jennie mendesis melihat punggung tangan Lisa yang memar. Menariknya kasar dan memperhatikan memar berwarna merah itu dengan remeh.
"Kau adalah Kwon, dan kau kalah dengan orang yang bukan apa-apa bagi keluarga kita?"
Kedua mata Lisa mengerjab. Memproses ucapan Jennie yang membuat sesuatu di dalam hatinya menghangat. Namun belum sempat dia memahami apa yang diucapkan Jennie, kakaknya itu dengan kasar menarik tas yang digunakannya. Mendorong Lisa hingga dia terduduk di sofa yang ada di ruang tengah.
Meninggalkannya lalu tak lama membawa sebuah kotak P3K di tangannya. Yang tentu membuat Lisa keheranan setengah mati.
"Ini tidak sakit." Beritahu Lisa, namun Jennie tetap meraih tangan kanannya. Mengobati memar itu dengan hati-hati. Dan terheran ketika Lisa tak meringis sedikitpun.
"Kau berteriak heboh ketika disuntik, tapi memar separah ini kau tetap santai?"
"Sudah kubilang. Ini tidak sakit. Aku saja tidak sadar ada memar ditanganku," ujar Lisa sambil mengingat-ingat apa yang dia lakukan di sekolah hingga mendapatkan memar itu. Dan satu-satunya hal yang kemungkinan besar mengakibatkan memar itu ada adalah kajadian tadi pagi, dimana Eunha mendorongnya cukup kuat hingga terjatuh. Wah, kenapa dia baru memikirkannya? Apakah Jennie sedari tadi membahas tentang kelemahan Lisa yang tidak bisa melawan Eunha walaupun sekarang dia adalah Kwon? Tapi dari mana kakaknya itu tahu masalah pembullyan yang dia alami?
"Kau--"
"Aku harus mengerjakan tugas kuliah." Jennie kemudian pergi begitu saja. Menyisakan Lisa yang memandangnya bingung.
.....
Jisoo baru saja turun dari mobil dengan hati-hati ketika mobil Rosé baru saja tiba di samping mobilnya. Dia melihat adiknya, namun Rosé seakan tidak melihat orang lain disana hingga pergi begitu saja.
"Chaeng-ah. Berhentilah."
Rosé berhenti. Namun tidak menoleh kearah Jisoo yang kini mulai menghampirinya dengan tertatih karena dia masih berjalan menggunakan tongkat.
"Berhentilah bersikap acuh." Ujar Jisoo ketika sudah ada di hadapan Rosé.
"Aku seperti ini karena kau bersikap jahat pada adikku." Jawab Rosé yang masih mengalihkan pandangan agar tak bertatapan langsung dengan Jisoo.
"Jika kau terus seperti ini, aku akan menerimanya dengan terpaksa."
Rosé menoleh kaget. Bukan itu yang dia inginkan. Jika Lisa tahu, pasti gadis itu akan merasa sakit. Diterima dengan keterpaksaan adalah hal yang lebih buruk dibandingkan tidak menerimanya. Rosé hanya mau kedua kakaknya sadar dan menyayangi Lisa layaknya seperti adik pada umumnya. Mereka tidak bisa terus mengelak jika Lisa adalah adik mereka. Adik bungsu mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, Lisa ✔ [TERBIT]
Fanfiction[BEBERAPA PART DIHAPUS SECARA ACAK UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN] "Aku tidak peduli." - Jisoo Kwon "Kenapa kau menghancurkan keluargaku?" - Jennie Kwon "Aku belum siap, maaf." - Chaeyoung/Rose Kwon "Aku juga tidak ingin hadir di antara kalian." - Lis...