Jennie batal menguap ketika dia baru saja turun untuk sarapan, dan mendapati ruang makan yang tidak seperti biasa. Ada balon warna-warni disana, juga dekorasi lainnya yang menurut Jennie terlalu mencolok.
"Ada apa ini?" Jisoo datang, berdiri di sebelah Jennie dan ikut terheran dengan ruang makan mereka pagi ini.
"Sepertinya ada pesta?" Jennie ragu, tapi acara apa lagi yang membutuhkan dekorasi seperti itu selain pesta?
"Woah! Apakah kita akan makan balon hari ini?" adik terkecil mereka datang. Sudah dengan seragam sekolah lengkapnya. Hendak sarapan karena sudah sangat lapar, tapi dikejutkan dengan meriahnya warna di ruang makan itu.
"Eoh, kalian sudah bersiap?" Dara datang dari dapur, meletakkan sup di meja makan.
"Ada apa ini, Eomma? Dan... Tumben sekali kau menyiapkan sarapan?" Jisoo tidak salah. Karena setahunya, Dara sangat jarang memasak untuk mereka karena sudah terlalu banyak maid di rumah itu.
"Ini hari spesial. Eomma ingin kalian tetap di rumah." Ujar Dara tersenyum. Lalu menerima segelas susu cokelat yang di berikan maid. Meletakkannya di bagian meja yang biasanya kosong tak berpenghuni.
Ketiga putri Dara tentu mengerjit heran. Saling melempar pandangan tanya karena tidak ada satupun anggota keluarga mereka yang menyukai susu cokelat.
"Maksud Eomma?" Jennie bertanya. Karena merasa jawaban ibunya atas pertanyaan Jisoo tidak memuaskan untuk dia dengar.
"Adik kalian... Akan kembali kesini."
Jennie yang terlebih dahulu menangkap maksud sang ibu, langsung gemetar.
"Tidak mungkin,"Dara mendekat, merangkul ketiga anaknya karena dia tak mendapati respon yang memuaskan. Entah kenapa, ketiga anaknya terlihat tak senang atas apa yang dia beritakan.
"Eomma minta, kalian memperlakukannya dengan baik. Bimbing dia--"
"Andwe!" Jennie menjauh, dengan wajah yang berangsur memerah.
"Eomma sadarlah! Dia adalah anak wanita yang sudah menghancurkan hidupmu!" Jennie murka. Menahan tangis ketika ibunya masih tetap tersenyum.
"Jennie-ya, Lisa tidak salah. Dia patut mendapatkan apa yang kalian dapat selama ini."
Jennie terdiam dengan kedua tangan mengepal. Menahan napas ketika gelak tawa Kakeknya terdengar di telinga.
Apalagi ketika suara kakeknya itu benar-benar seperti boomerang untuk hatinya sendiri. Entah rasa sakit dari mana, tapi Jennie benar-benar tak menyukainya.
"Wah! Lihatlah, Nak. Eommamu menyiapkan dekorasi yang cantik untukmu."
Kedua mata Dara berbinar ketika melihat seorang gadis dengan jaket denim yang robek dibeberapa bagian serta celana jeans yang sama, berjalan di antara suami dan ayah mertuanya dengan wajah kaku.
"Lisa-ya!"
Dara langsung berhamburan memeluk Lalice. Membuat tubuh gadis kurus itu hampir terjengkang kebelakang karena tak siap. Melongo ketika Dara terlalu keras memeluknya.
Di sisi lain, ketiga anak kandung Dara menatap kejadian itu secara berbeda. Jisoo yang tetap mempertahankan wajah datarnya, Jennie yang masih dengan amarahnya, dan Rosé yang terlihat sekali paling terkejut. Tentu saja, dia tahu siapa yang ibunya panggil dengan nama Lisa. Dia adalah orang yang sama, yang menjadi bahan bullyan Eunha di sekolah. Juga seorang penjaga kasir mini market tempatnya membeli pembalut waktu itu.
"Astaga, kau cantik sekali." Lalice memaksakan senyum ketika Dara menyentuh wajahnya.
"Dara-ya, jangan terlalu antusias. Lihatlah, cucuku terlihat bingung." Ujar Hyejun terkekeh, membuat Dara cemberut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, Lisa ✔ [TERBIT]
Fanfiction[BEBERAPA PART DIHAPUS SECARA ACAK UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN] "Aku tidak peduli." - Jisoo Kwon "Kenapa kau menghancurkan keluargaku?" - Jennie Kwon "Aku belum siap, maaf." - Chaeyoung/Rose Kwon "Aku juga tidak ingin hadir di antara kalian." - Lis...