Lisa dan Hyejun tiba di mansion cukup malam. Dua Kwon berbeda generasi itu memutuskan untuk makan malam berdua di sebuah restaurant terkenal. Mereka merasa butuh waktu sedikit lebih lama untuk semakin dekat dan memilih tidak mengikuti makan malam keluarga seperti biasanya.
Dengan tubuh masih berbalut seragamnya, Lisa dengan wajah lelah memasuki kamar yang sudah dia tinggali selama 3 bulan terakhir.
Kakinya hampir saja melompat ketika mendapati tiga tubuh sudah terjajar rapi di atas ranjang besarnya. Hanya menyisakan ruang di tengah yang sepertinya cukup untuk tubuh kurus Lisa.
"Ige mwoya?" Lisa memandang tak percaya ketika kakaknya yang sudah sangat siap untuk menjelajah mimpi malam ini.
"Eoh. annyeong, Lisa-ya. Cepatlah mandi. Aku tidak mau kau tidur disini jika bau." Ucapan ringan Jennie itu membuat mulut Lisa terbuka lebar. Mengerjabkan matanya beberapa kali karena dia takut jika salah masuk ke dalam kamar, namun warna kuning cemerlang itu hanya ada pada kamarnya. Jadi sebenarnya siapa yang salah memasuki kamar?
"Ya! Apa yang kalian lakukan di kamarku?" Lisa berteriak kesal setelah dia mendapat kesadaran sepenuhnya jika yang salah bukanlah dirinya.
"Lisa-ya, ini sudah malam. Jangan berteriak seperti itu." Jisoo berucap dengan mata setengah terpejam. Terlihat jika gadis itu sudah mengantuk.
"Cepatlah mandi. Kau akan cepat tua jika marah-marah seperti itu." Lisa memandang tak percaya pada Rosé yang kini mulai memeluk Jennie di sampingnya.
"Wah, daebak!" Lisa melenggang pergi ke kamar mandi, tentu dengan wajah penuh keheranan.
.....
Awalnya memang gadis itu tertidur cukup pulas walaupun ruang geraknya di ranjang itu terbatas. Namun ketika merasakan seseorang di sampingnya bergerak gelisah beberapa kali, Jisoo terpaksa harus membuka matanya yang benar-benar terasa berat.
Dia bangun. Mengucek matanya sebentar guna menormalkan penglihatannya di kamar dengan cahaya remang itu. Lalu menolehkan kepala pada Lisa yang memang tidur tepat disampingnya.
Jisoo tertegun, melihat betapa banyaknya keringat yang membasahi wajah sang adik. Serta tidak ada sama sekali ketenangan di dalam tidurnya.
Tangan Jisoo terulur mulai menghapus keringat Lisa. Namun belum lama dia melakukan itu, cairan berwarna merah tertangkap oleh penglihatannya, mengalir secara lambat dari salah satu lubang hidung Lisa.
Secepat kilat Jisoo meraih selembar tissue. Menahan darah kental itu agar tidak mengenai bibir atas Lisa, dan berusaha membangunkan sang adik.
"Lisa-ya,"
Tidak memerlukan waktu yang lama, Lisa membuka matanya dan wajah khawatir Jisoo langsung tertangkap oleh penglihatannya.
"Pegang sebentar. Unnie ingin mengambil air hangat untukmu."
Di tengah kelinglungannya karena baru saja bangun dari tidur, Lisa melakukan apa yang diperintahkan Jisoo tanpa bertanya. Bahkan membiarkan kakaknya keluar dari kamar tanpa rasa heran sedikitpun.
Hingga hampir satu menit berlangsung, akhirnya gadis berponi itu sadar apa yang sedang terjadi. Dia kembali mengalami mimisan dan harus merepotkan Jisoo di dini hari seperti ini.
Lisa mulai beranjak bangun ketika Jisoo kembali ke kamarnya dengan membawa sebuah mangkuk dan handuk kecil. Menurut ketika kakaknya menarik tangan dan tissue dari hidungnya. Lalu secara telaten membersihkan darah yang kini masih mengalir dari lubang hidung kanannya.
"Apa kau merasa pusing?" tanya Jisoo tanpa mengalihkan fokus dari hidung Lisa.
"Sedikit."
"Ingin minum obat penghilang rasa sakit?" tanya Jisoo sambil meletakkan handung ke dalam mangkuk berisi air hangat. Lalu menarik beberapa lembar tissue untuk menghapus darah yang terus keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, Lisa ✔ [TERBIT]
Fanfiction[BEBERAPA PART DIHAPUS SECARA ACAK UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN] "Aku tidak peduli." - Jisoo Kwon "Kenapa kau menghancurkan keluargaku?" - Jennie Kwon "Aku belum siap, maaf." - Chaeyoung/Rose Kwon "Aku juga tidak ingin hadir di antara kalian." - Lis...