11. Bracelet

54.8K 5.3K 331
                                    

Dari arah kantin, Rosé berjalan dengan tergesa melewati lorong sekolah yang tampak begitu ramai. Kemudian, langkahnya memelan ketika tujuan awalnya terlihat. Di ujung lorong, Rosé dapat melihat Lisa berdiri di ambang pintu kelasnya. Menerima sebuah kotak makan dari Mina dengan wajah berseri.

Rosé memilih menghentikan langkahnya sebelum sampai pada tujuan. Memandang dua bungkus roti dan satu susu cokelat kemasan di tangannya.

Gadis itu mendesah kesal, lalu membuang makanan dan minuman itu ke tempat sampah terdekat. Berbalik arah dengan perasaan tak karuan.

Niat awalnya ingin memberikan Lisa sarapan karena tadi ayahnya berpesan jika Lisa tak memakan sarapannya. Berinisiatif menerobos kantin yang pagi ini cukup ramai hanya untuk membeli makanan untuk Lisa. Namun melihat hal tadi, Rosé merasa usahanya sia-sia.

.....

Jennie keluar dari pintu utama mansion dengan pakaian yang sudah rapi. Ketika mendapati sebuah mobil sedan hitam yang menunggunya, dia segera bergegas masuk.

"Kenapa menjemputku?" tanya Jennie sambil memasang seat belt.

"Hanya ingin." Jawab pemuda berambut hitam yang kini mulai menjalankan mobilnya meninggalkan area mansion mewah itu.

Jennie melirik pria yang berstatus mantan pacarnya itu. Sudah sebulan lebih mereka tidak bertemu juga tidak berkomunikasi. Terakhir kali yang Jennie ingat, pria itu menjemputnya ke bar dan mengantarnya pulang. Bahkan, Jennie belum mengucapkan terima kasih pada Kai. Gadis itu punya gengsi yang tinggi. Terlebih pada mantan kekasihnya.

"Bagaimana observasimu di Pulau Jeju?" tanya Jennie memecahkan keheningan. Selain karena gengsinya, Jennie mendengar lelaki itu pergi ke Pulau Jeju untuk kegiatan kampus. Jadi, Jennie enggan menghubungi pria itu karena Kai pun tidak memberitahunya perihal kepergiannya.

"Lancar." Jawab Kai singkat, fokusnya hanya dia gunakan untuk meneliti jalanan saat ini.

Jennie mulai memainkan jarinya gugup. Menggerutu dalam hati karena Kai masih selalu baik padanya padahal jelas-jelas beberapa bulan lalu Jennie memutuskan Kai di depan banyak orang. Secara tidak langsung mempermalukan pria itu.

"Terima kasih, waktu itu sudah mengantarku pulang." Ujar Jennie menatap wajah tampan Kai dari samping. Masih tetap sempurna di matanya, walaupun Jennie tidak bisa membelainya lagi.

"Sama-sama." Lagi-lagi Jennie hanya mendapat jawaban singkat. Dan akhirnya gadis itu memilih diam dan memandangi keadaan di luar melalui kaca jendela.

"Jennie-ya," Kai memanggil Jennie ketika dia terjebak di lampu merah.

"Hm?"

"Kau tidak mau merubah pikiranmu tentang adik barumu itu?" mendadak, wajah Jennie berubah masam. Tidak terpikirkan olehnya, Kai bisa menghancurkan suasananya pagi ini dengan membahas tentang Lisa.

"Menurutku, dia orang yang baik. Tidak seperti apa yang ada dipikiranmu." Sebenarnya pembicaraan ini spontan Kai keluarkan. Dia mengingat Lisa ketika Jennie mengungkit hal sebulan lalu. Dimana dia mengantarkan mantan pacarnya itu dan bertemu dengan Lisa.

"Diamlah jika kau tidak tau apa-apa." Sahut Jennie enggan menatap Kai.

"Bukankah seharusnya... Kau yang tidak tau apa-apa?" ucapan Kai itu justru membuat emosi Jennie memuncak. Ingin membuka pintu mobil, namun Kai buru-buru menjalankannya ketika lampu lalu lintas berubah hijau.

"Aku hanya tidak mau kau terjerumus dalam kesalahan. Jika kau meminta bantuanku, aku akan siap untukmu. Termasuk mencari tahu tentang gadis itu."

.....

Hey, Lisa ✔ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang