Malam hari itu terasa sangat mengkhawatirkan untuk keluarga Kwon. Bagaimana tidak? Ketika keempat anak Kwon Jiyong kembali tidur bersama, Rosé dan Jisoo yang saat itu baru hendak tertidur tiba-tiba merasakan suhu tubuh Lisa meningkat karena tak sengaja bersentuhan dengan lengan anak bungsu Kwon Jiyong itu.
Pantas saja malam itu Lisa tertidur lebih dulu. Tidak seperti biasanya. Saat di ukur dengan thermometer, suhu tubuh Lisa sudah mencapai 39,5 derajat. Alhasil Dokter Lee adalah satu-satunya pilihan yang di panggil ke mansion karena Lisa tidak mau dibawa ke rumah sakit.
"Aku sudah memberikannya obat penurun panas. Jika dia haus, berikan saja air dingin. Dan kompres selalu dahi serta lehernya. Jika besok pagi panasnya belum juga turun, terpaksa harus di bawa ke rumah sakit." Dokter Lee berujar seraya membereskan peralatan medisnya. Menatap Lisa yang kembali terlelap karena obat yang dia berikan.
"Khamsahamnida, Dokter Lee. Maaf merepotkamu malam-malam begini." Ujar Dara penuh sesal karena tak jarang memanggil Dokter Lee pada malam hari.
"Sudah tugasku, Nyonya. Kalau begitu, aku permisi."
Setelah kepergian Dokter Lee, Dara mengambil posisi duduk di samping ranjang Lisa. Menghapus keringat di dahi anaknya serta memandang wajah damai itu. Hanya berkat obat saja Lisa bisa tertidur tenang seperti sekarang.
"Kalian tidurlah di kamar masing-masing. Biar Eomma dan Appa yang menemani Lisa." Suruh Jiyong dan dengan terpaksa ketiga gadis Kwon itu mengangguki perintah sang ayah.
"Aku akan mengambil kompresan." Jiyong keluar dari kamar Lisa tanpa menunggu jawaban sang istri karena pasti Dara akan mengiyakan ucapannya.
.....
Dini hari, tepatnya pukul tiga pagi. Dimana Jiyong dan Dara belum tertidur sama sekali ketika Lisa terus meringis dengan tak nyaman.
"Sayang, kau ingin minum?" tanya Dara dengan khawatir. Namun sang anak hanya menggeleng tanpa membuka matanya.
"Dimana yang sakit, Nak?" Jiyong bertanya dengan lembut, sembari mengangkat kain basah dari kening Lisa. Saat itulah Dara kembali mengecek suhu tubuh anaknya dan mengerjit ketika terasa lebih panas dari sebelumnya.
"Kenapa semakin panas?" tanya Dara gusar, membuat Jiyong panik dan meraih thermometer di atas meja lalu memasukkannya ke dalam mulut Lisa. Ketika angka sudah muncul di alat pengukur suhu badan itu, mata Jiyong hampir membulat sempurnya melihatnya.
"41 derajat."
Dara ikut panik. Mengusap kepala Lisa berusaha mengajak gadis itu berinteraksi karena takut Lisa kehilangan kesadaran karena suhu tubuhnya yang sangat tinggi.
"Lisa-ya?"
"Hm," Dara dan Jiyong bernapas lega ketika anaknya masih dalam keadaan sadar.
"Kita ke rumah sakit sekarang, eoh?"
"Aniya," jawaban dari bibir pecah-pecah itu membuat Jiyong dan Dara saling tatap.
"Kalau tidak mau ke rumah sakit, kau harus minum. Nde?" Jiyong berusaha membujuk Lisa untuk menyiram tenggorokannya dengan air dingin. Sesuai dengan perintah Dokter Lee yang belum juga di turuti Lisa sampai sekarang.
"Hm,"
"Appa akan ambil air dinginnya dulu," sebelum beranjak, Jiyong mengecup kening Lisa.
Saat itu adalah malam tersibuk bagi Jiyong dan Dara yang terus keluar masuk kamar Lisa untuk mengambilkan keperluan anak bungsu mereka. Tidak memejamkan mata sama sekali hingga pagi menyapa. Menahan rasa kantuk agar terus memantau perkembangan suhu tubuh Lisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, Lisa ✔ [TERBIT]
Fanfiction[BEBERAPA PART DIHAPUS SECARA ACAK UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN] "Aku tidak peduli." - Jisoo Kwon "Kenapa kau menghancurkan keluargaku?" - Jennie Kwon "Aku belum siap, maaf." - Chaeyoung/Rose Kwon "Aku juga tidak ingin hadir di antara kalian." - Lis...