eins

2.1K 159 8
                                    

Mata bermanik biru itu mengerjap beberapa kali. Lalu mata itu menatap sayu seorang wanita dihadapannya. Pikirannya melayang pada kejadian sepuluh tahun lalu. Rasa takut yang selalu hadir jika mengingat kejadian itu diusirnya agar menjauh. Perlahan tangannya meraih tangan wanita yang berada di depannya lalu dia menggenggamnya seolah mencari kekuatan.

" Malam itu, sepuluh tahun yang lalu. Aku baru pulang dari perpustakaan. Kau tahu, jika keasikanku dalam membaca buku membuatku sering lupa waktu. Aku takut Ayahku marah karena pulang terlambat dan lagi aku meminjam mobilnya tanpa meminta ijinnya. Aku mengambil jalan lain yang aku pikir akan lebih cepat sampai di rumahku. Tapi aku salah berbelok, aku masuk ke daerah kumuh. Sialnya lagi mobil berhenti mendadak. Entahlah itu karena alternatornya rusak, sekeringnya putus atau overheat atau mungkin juga karena aku gugup."

Gadis itu terdiam, matanya berkaca kaca. Dia menelan salivanya untuk menutupi kegundahannya. Wajahnya lalu tertunduk.

" Kath..."

Sebuah usapan lembut di pundak membuatnya menengadahkan wajah sedihnya. Tampak kristal bening merebak di pelupuk matanya. Dia menatap nanar sahabat yang duduk dengan wajah cemas menatapnya. Dia menggeleng.

" I'm fine, Wynona." Dia diam sejenak.

" Bodohnya aku keluar dari mobil untuk meminta bantuan. Lalu aku melihat ada segerombolan pemuda, aku lupa enam atau tujuh orang atau mungkin juga lebih. Aku berjalan menghampirinya untuk meminta bantuannya. Mereka tertawa melihatku. Bau alkhohol menyengat penciumanku. Lalu satu orang dari mereka menghampiriku. Dia memelukku sambil tertawa tawa. Aku takut. Sangat takut."

Gadis itu kembali terdiam. Dia mengatur napasnya yang tiba tiba terasa sesak.

" Jangan kau teruskan jika itu berat."

Gelengan lemah Kathrina menjawab ucapan Wynona. Dia menggenggam erat tangan sahabatnya itu.

" Dia mendorongku ke dinding bangunan tua yang ada di sana. Teman temannya tertawa melihat ulahnya itu. Aku semakin ketakutan. Air mataku membanjiri wajahku. Teriakanku seolah tidak diacuhkan. Makianku seolah tidak terdengar. Aku meronta dan memukuli tubuh besar yang mengungkungku. Dia..dia.. melakukan itu semua sambil tertawa keras. Aku terus menghindari ciuman yang berusaha keras dia daratkan di bibirku. Lalu ketika aku merasa lelah, tangisku pun semakin keras. Salah satu diantara mereka berdiri dan menghampiri kami. Dia menarik tubuh besar itu dengan mudah. Aku menatap pemuda yang mengulurkan tangannya mengusap air mata yang membasahi pipiku. Aku tidak merasakan takut lagi. Rasa takut itu hilang begitu saja."

Katharina menatap Wynona dengan senyum miris. Dia mengusap pelan air mata yang menitik di pipinya.

" Aku terpesona dengan tatapan matanya, Wy. Dia memelukku, begitu terasa hangat dan nyaman."

Katharina berdiri lalu berjalan sedikit menjauhi Wynona, tangannya memeluk dirinya sendiri. Dia seolah membayangkan kejadian malam itu.

" Suara berisik, teriakan dan tawa mereka seolah tidak lagi terdengar. Aku terhanyut dalam pelukannya."

Katharina menatap Wynona. Lalu Wajahnya tertunduk, matanya terpejam mengingat kejadian malam itu. Kejadian yang tidak pernah dilupakannya. Bahkan dia selalu mengingat setiap kata yang diucapkan pemuda itu.

" Aku tidak akan membiarkan sesuatu terjadi padamu. Jadi, jangan takut. Aku akan selalu datang untukmu."

Malam itu Katharina menatap pemuda tinggi yang sedang menatapnya lembut. Menghadirkan getaran di hatinya dan menebarkan rona merah di wajahnya. Dia memejamkan matanya kala bibir pemuda itu menyatu dengan bibirnya. Ciuman pertama itu begitu lembut dan menghanyutkannya. Lalu sedikit terkesiap Katharina mendengar pemuda itu berteriak ke arah pemuda pemuda yang sedang menertawakan mereka.

" She's mine, guys."

" Kath.."

Panggilan Wynona membuat Katharina terperanjat dan membawanya kembali pada kenyataannya. Dia menatap sahabatnya itu sambil tersenyum.

" Aku mengingat suaranya, Wy. Aku merindukannya, merindukan ciumannya. Semalam aku yakin itu dia, Wy. Walaupun dia seolah tidak mengenaliku. Aku akan mencarinya. Kali ini aku pasti akan menemukannya."

" Tapi mungkin saja itu orang yang berbeda, Kath. Kejadian itu sepuluh tahun yang lalu dan lagi pula berpuluh kilo meter jauhnya dari sini." Ucap Wynona sambil menatap Katharina.

Wanita hamil itu beranjak mengambil segelas air mineral lalu meminumnya perlahan. Dia juga memberikan segelas kepada Katharina yang menatapnya sambil tersenyum simpul.

" Aku tahu itu dia, Wy. Kalung yang kuberikan masih dipakainya."

SIEGFRIED BALDRIK   ( COMPLETED )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang