Katharina duduk dihadapan seorang lelaki tua yang tertunduk dalam. Gadis itu menatapnya dengan perasaan tidak menentu. Sebenarnya dia merasa tidak enak hati untuk berbicara, tapi dia harus meluruskan semuanya. Dia tidak mau merasa tidak tenang, dengan menerka nerka keadaan yang menimbulkan pikiran berburuk sangka nantinya.
Kesunyian masih menyelimuti keadaan. Katharina yang tadi diantar Carl untuk bertemu Pap, ditinggal sendiri. Carl bahkan tidak turun dari mobilnya.
Katharina menarik napas dan menghembuskannya perlahan. Dia bingung harus memulai dari mana.
" Kathy, maafkan aku."
Suara berat Pap akhirnya memecah kesunyian. Katharina menatapnya, mencari binar mata lelaki tua itu. Lalu Katharina mendengus pelan begitu melihat rona penyesalan di wajahnya dan air mata yang merebak di pelupuk matanya.
" Maafkan aku. Aku memang membohongi semuanya, termasuk diriku sendiri. Aku sebenarnya hanya tidak dapat menerima semua kenyataan ini, Kathy."
Lelaki tua itu susah payah menelan salivanya. Napasnya terlihat memberat. Katharina sebenarnya sedikit takut melihatnya. Dia berdoa dalam hati, semoga tidak ada kejadian buruk nantinya.
" Aku sudah katakan, aku pernah bersalah. Menyakiti Ibu Siegi, Istriku. Tapi itu kulakukan agar dia sadar bahwa dia Istriku, aku ingin dia cemburu. Aku juga ingin dia mau mengandung anakku. Tapi ternyata tidak bisa. Semua sia sia. Dia menikah denganku hanya karena permintaan mendiang Istriku. Ibu Oliver dan Carl. Cintanya tetap untuk kekasihnya, Si Baldomero itu."
Katharina melihat mata Pap menggelap. Kemarahan tampak sekilas terpampang, tapi kemudian memudar.
" Lalu ketika dia hamil, aku tidak terima. Karena aku tahu dia tidak hamil olehku. Dia hamil oleh lelaki itu. Kau tahu Kathy, bahkan Istriku itu tidak pernah mau melayaniku. Lalu siapa yang harus dipersalahkan jika aku mencari kepuasan di luar sana. Ah, aku memang brengsek."
Katharina diam tanpa kata. Dia bingung harus berkata apa dan terus terang bingung dengan kisah mereka. Begitu rumit. Mungkin seperti itulah jika cinta dipaksakan. Semuanya menjadi tidak baik, kacau dan berantakan.
" Kau juga harus tahu Kathy. Aku mencintai Halley. Teramat sangat mencintainya. Tapi hatinya tidak pernah sedikit pun tergerak untuk membalas cintaku. Halley tetap mencintai kekasihnya itu."
Butiran bening jatuh menitik dari mata tua lelaki itu. Kepalanya menunduk lalu menggeleng lemah.
" Sekarang, apa yang harus kulakukan. Aku sudah kalah." Ucapnya pelan.
Katharina menyentuh lengan lelaki itu. Dia tersenyum menatapnya.
" Tidak Pap. Kau tidak kalah. Kau telah berbesar hati mengakui semua kesalahanmu. Aku rasa kau hanya tinggal berdamai dengan keadaan. Melepas semua kebohongan dan membebaskan kebenaran yang ada. Kau hanya tinggal menerima kenyataan, Pap."
" Ya, Kathy. Aku senang sekali Siegi memiliki dirimu. Kau tidak hanya cantik tapi begitu dewasa dan bijaksana. Bukankah ini juga harus berlaku padamu, Kathy. Menerima kenyataan."
Katharina mengangguk lalu tersenyum. Menghadirkan suasana kedamaian di hati Pap.
" Aku juga akan pulang, Pap. Aku juga akan menerima kenyataan. Bahwa Ayahku menikahi Grace, sahabatku. Mungkin nanti Siegi juga akan menemaniku. Sambil meminta restu mereka."
Pap tersenyum menatap gadis cantik dihadapannya. Binar bangga terlihat jelas di mata tuanya.
" Kau gadis baik, Kathy. Aku bersyukur Siegi memilihmu." Ucap Pap sambil mengusap sayang kepala Katharina. Gadis itu tersenyum.
Sementara di Rumah sakit, Siegfried terlihat kacau. Dia mencari Katharina ke sana ke mari tapi tidak juga diketemukan. Entah sudah yang keberapa kali dia menghubungi gadis itu, tidak juga tersambung. Pesan pun tidak sedikit yang sudah dia kirim.
Lalu ketika ponselnya berdering dan menampilkan nama kekasihnya di layar. Segera saja dia mengangkatnya.
" Honey, where are you. Aku mencarimu, sayang. Kau pergi terlalu lama. Aku mengkhawatirkanmu. Aku takut terjadi sesuatu padamu. Kau dimana, sayang. Kathy..kau..."
" Siegi, baby. Aku tadi bicara sebentar dengan Pap. Setelah dari tempat Wynona dan Ivory. Carl yang mengantarkanku bertemu Pap. Ada apa kau mencariku?"
Perkataan Siegfried yang tanpa jeda di potong oleh Kathy dengan suara lembut. Siegfried terdiam. Dia menarik napasnya lalu menghembuskannya kasar.
" I miss you, dear."
" Oh my God, Siegi."
KAMU SEDANG MEMBACA
SIEGFRIED BALDRIK ( COMPLETED )
General FictionKatharina Leota Ernest, selalu teringat dengan seorang pemuda yang mencuri ciuman pertamanya. Pemuda itu bernama Siegfried Baldrik, seorang berandalan yang menolongnya ketika dia hampir di perkosa segerombolan pemuda jalanan. Lalu ketika esoknya dia...