neun

1.6K 136 19
                                    

Pagi ini Katharina terbangun dari tidurnya dengan senyum terkembang sempurna di bibirnya. Mata biru itu berbinar teramat ceria. Wajah mulusnya mengguarkan warna merah yang mempercantik dirinya.

Perlahan dia mengangkat tubuhnya dan duduk dengan menyandarkan dirinya di kepala tempat tidur. Dia mengangkat kedua tangannya tinggi tinggi untuk meregangkan otot otot tubuhnya.

Sebuah tangan kekar memeluk pinggangnya dan menarik tubuhnya sehingga kembali tertidur. Katharina tertawa pelan.

" Aku tidur nyenyak sekali." Bisik orang yang menariknya dengan suara serak.

" Padahal aku hanya memelukmu." Ucap suara serak itu lagi. Kali ini sebuah kecupan mendarat di pipi Katharina yang merona. 

Tangan kekar itu merengkuh tubuh mungil Katharina dan membawanya ke dalam pelukan hangatnya.

" Aku sepertinya tidak ingin melakukan apa pun. Aku ingin terus memelukmu. Aku merasa begitu nyaman." Suara serak itu kembali terdengar. Katharina menengadah menatap wajah di depannya.

" Siegi, dimana kau bertemu Carl?" Tanya Katharina pelan.

Tangan gadis itu mengusap bulu bulu yang tumbuh di bagian sisi pipi lelaki itu. Lelaki itu memejamkan matanya, menikmati sentuhan gadis itu.

" Ayah Carl seorang dokter, dia yang merawatku."

" Kau sakit, sakit apa?" Tanya Katharina cepat.

" Entahlah, aku tidak tahu. Aku tidak mengingat apa pun saat itu. Sepertinya aku kecelakaan. Tubuhku penuh luka."

Katharina menatap lelaki di depannya yang kini tangannya juga mengusap usap lembut pipinya.

" Apa Ayah Carl tahu, kenapa kau ada di Rumah sakit itu?" Tanya Katharina sambil terus menatap dan mengusap pipi lelaki di hadapannya.

" Dia tidak tahu, ada seseorang yang mengantarkanku ke sana tanpa mengatakan apa pun. Orang itu hanya memberi tahukan namaku, lalu pergi begitu saja."

Siegfried memberikan ciuman ciuman kecil di pipi merona gadis dihadapannya. Katharina tersenyum senang menerima perlakuannya.

" Apa yang kau ketahui tentang aku?" Tanya Siegfried tenang. Katharina tersenyum menatapnya.

" Sepuluh tahun lalu. Aku gadis nakal berusia lima belas tahun. Tanpa ijin memakai mobil Ayahku dan aku bergegas pulang karena takut Ayah keburu pulang. Aku salah mengambil jalan untuk menghindari kemacetan.."

" Seperti malam itu?" Potong Siegfried. Katharina mengangguk.

" Ya, itu kebiasaan burukku." Ucap Katharina sambil tertawa pelan.

Siegfried terkekeh menatap gadis di hadapannya yang menertawakan kebodohannya sendiri.

" Aku bertemu segerombolan pemuda yang sedang berbincang di pinggiran jalan sepi itu. Bau alkhol begitu menyengat. Sepertinya mereka mabuk. Lalu ketika mobilku tiba tiba mati, aku panik. Seorang pemuda menghampiri dan hendak melecehkanku. Sementara teman temannya seolah menyemangati pemuda itu."

Katharina menghela napas. Tubuhnya sedikit bergetar, tapi usapan tangan Siegfried di pipinya membuatnya tenang.

" Kau salah satu diantara mereka. Entah kenapa kau menghampiriku dan menyelamatkanku. Lalu kau menciumku dan aku tidak menolaknya. Ciuman yang sama seperti yang kau berikan di Rumah sakit kemarin itu."

Katharina menatap Siegfried yang tidak lepas menatapnya. Wajah mereka begitu dekat. Siegfried menempelkan bibirnya ke bibir Katharina sekilas.

" Malam itu kau mengantarku dan menemaniku tidur dengan memelukku sampai pagi seperti malam ini, karena malam itu ternyata Ayahku tidak pulang. Dia menginap dirumah calon istrinya."

Katharina terdiam. Mata biru itu sedikit berkabut. Raut wajahnya menyiratkan luka dan kecewa. Siegfried membingkai wajah itu dengan tangan besarnya. Lalu melumat bibirnya perlahan.

" Lalu apakah kita berpacaran?" Tanya lelaki itu setelah melepas lumatannya. Katharina menggeleng.

" Pagi itu, kau pergi ketika aku mandi. Aku tidak tahu mengapa kau melakukannya. Lalu aku mencarimu, mencari tahu rumahmu. Untungnya Edward, temanku mengenalmu. Aku dapat menemukan rumahmu."

" Jadi kau tahu di mana rumahku?"

Katharina menggangguki pertanyaan Siegfried. Lelaki itu menatapnya dengan wajah terpana. Katharina seolah tidak peduli, dia melanjutkan ceritanya.

" Aku berniat memberikan kalung yang saat ini kau pakai. Tapi tidak jadi, karena saat itu kau marah. Kau mengusirku dan kalung itu terjatuh. Padahal sebelumnya kau menyambut kedatanganku dengan memelukku dan menciumku."

Ucapan Katharina terdengar sedih. Matanya berkaca kaca. Siegfried menatapnya sambil mengernyitkan dahinya.

" Kenapa aku marah?" Tanyanya kemudian, Katharina menyungging senyum miring.

" Aku bertanya tentang Ibu dan kakak perempuanmu. Aku, aku hanya bertanya dimana mereka. Aku tahu dari Edward, bahwa kau tinggal dengan Ibu dan kakak perempuanmu." 

Siegfried menatap Katharina dengan dahi semakin berkerut dan wajah yang meringis. Kebingungan tampak jelas di wajahnya.

" Aku tidak mengingatnya. Maafkan aku kalau aku pernah kasar padamu. Tapi apakah kau mau mengantarku ke sana?"

Siegfried merengkuh tubuh mungil gadis itu. Penyesalan terdengar jelas dalam nada bicaranya. Katharina mengangguk dalam dekapan lelaki itu.

SIEGFRIED BALDRIK   ( COMPLETED )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang