vier

1.6K 153 12
                                    

Katharina pikir lelaki itu akan membiarkannya begitu saja setelah memberikan pelukannya. Tapi ternyata tidak. Dengan suara tegas penuh perintah, dia meminta dua temannya untuk mengurus kasus anak Tuan Lazaro.

" Carl, Warren, tolong bicara dengan Tuan Lazaro. Aku harus mengurus kekasihku dulu."

Suara datar lelaki itu membuat mereka terpana. Mereka seolah tidak percaya dengan ucapan lelaki itu. Tapi tatapan tajam mata biru gelap itu membuat mereka mengangguk walaupun ragu. Kemudian dia beralih menatap sinis Tuan Lazaro yang terlihat ketakutan.

" Maaf, maaf..aku tidak tahu kalau dia kekasihmu." Ucap Tuan Lazaro tergagap. Badannya terlihat gemetar.

Sebelum keluar dari ruangan, lelaki yang erat memeluk tubuh Katharina itu masih terdengar mendengus kasar.

Di luar ruangan, lelaki itu membawa Katharina untuk duduk di bangku yang terdapat di selasar kantor. Sementara itu dia berdiri menjulang di hadapannya. Katharina sampai harus mendongak untuk dapat melihat wajahnya.

" Pulanglah, aku rasa kau perlu istirahat."

Ucapan datar lelaki itu membuat Katharina terjengit. Dia menatap lekat lelaki di hadapannya.

" Apa kau tidak bisa berbicara yang lain selain mengusirku?" Tanya Katharina dengan nada ketus.

Lelaki itu memalingkan wajahnya, menghindari tatapan gadis di hadapannya. Dia menghela napas berat.

" Aku tidak mengusirmu. Aku hanya memintamu untuk beristirahat. Aku merasa kau memerlukannya."

Suara datar lelaki itu terdengar, membuat Katharina memberengutkan wajahnya. Gadis itu memutar bola matanya dan berdecak kesal.

" Bahkan setelah kau mengakuiku sebagai kekasihmu pun bicaramu masih saja datar." Sungut Katharina.

" Aku bukan kekasihmu. Aku tadi hanya menolongmu dari lelaki tua itu."

Ucapan tenangnya membuat Katharina menatap lekat mata biru gelap itu. Wajah gadis itu memerah. Rasa malu dan marah berbaur jadi satu. Dia menarik kasar tangan lelaki itu, sehingga berjongkok di hadapannya.

" Siegi, apa kau benar benar tidak mengenaliku?"

Lelaki itu menggeleng tegas. Katharina terus menatap lekat mata lelaki itu. Tangannya mengelus lembut sisi pipi berbulu lelaki itu. Lelaki itu memejamkan matanya karena usapan lembut itu. Kemudian tangan besar itu tanpa sadar meraba kalung yang menggantung di lehernya. Katharina menyadari itu.

" Itu kalungku. Aku akan memberikannya padamu, tapi kau keburu mengusirku saat itu. Aku rasa kalung itu terjatuh."

Ucapan Katharina begitu pelan, tapi masih dapat di dengar jelas oleh lelaki itu. Tangan gadis itu beralih memegang kalung yang masih di pegang lelaki itu. Tangan mereka bersentuhan, mengalirkan getaran diantara keduanya.

" Siegi, selama sepuluh tahun ini aku selalu mencarimu. Berulang kali aku kembali ke rumahmu, tapi kau tidak ada di sana. Edward bilang kau pergi tapi entah kemana. Aku terus mencarimu tapi tidak pernah berhasil menemukanmu. Sampai malam itu kita bertemu lagi."

Katharina menghela napas, dia terus menatap lekat wajah di hadapannya. Kedua tangan halusnya kembali mengusap lembut pipinya. Lelaki itu seolah menikmati sentuhan itu. Matanya juga lekat menatap gadis di depannya. Ada desiran halus yang merambati hati mereka berdua.

" Dengar Siegi, aku tidak akan pernah melupakanmu. Kau yang mencuri ciuman pertamaku dan kau mengatakan bahwa aku adalah milikmu." Ucap Katharina lembut.

Lelaki itu menghela napas dalam lalu menghembuskannya perlahan. Katharina sedikit memajukan wajahnya. Ragu lelaki itu terlihat. Kemudian dia memalingkan wajahnya dan berdiri dengan segera.

Bersamaan dengan itu pintu ruangan Tuan Lazaro terbuka, tampak dua orang teman lelaki itu serta assisten Tuan Lazaro keluar.

" Sudah selesai?" Tanya Siegfried sambil menatap kedua temannya.

" Beres, Dan." Jawab salah satu dari mereka.

Lalu kedua orang itu tersenyum menatap Katharina yang masih duduk bergeming. Tatapan gadis itu terlihat sedih dengan mata berkaca kaca.

" Aku pergi dulu, aku akan menemuimu segera. Aku berjanji. Kau pulanglah, istirahatlah." Ucap lelaki itu sambil mengusap halus wajah gadis itu.

Kemudian lelaki itu berlalu mengikuti kedua temannya yang telah lebih dulu beranjak pergi.

Katharina menitikkan air matanya. Ada rasa sakit yang menghampiri hatinya. Gadis itu tidak pernah tahu, perasaan tidak menentu juga menghinggapi hati lelaki yang pergi menjauh itu.

SIEGFRIED BALDRIK   ( COMPLETED )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang