Siegfried dan Katharina duduk dihadapan Ayahnya dan Grace. Katharina terlihat telah berdamai hatinya dengan Grace. Setelah aksi berpelukan dan menangis tadi, dua sahabat itu kini saling melempar senyum ramah. Ayah Katharina tampak menarik napas lega.
Tinggal Siegfried yang masih harap harap cemas. Tatapan mata Ayah Katharina tajam seolah menelitinya. Siegfried serasa jadi seorang penjahat yang sedang menunggu putusan hakim. Perasaannya sangat tidak menentu.
" Leota, jadi lelaki ini yang kau tunggu selama ini. Lelaki yang katanya mencuri ciuman pertamamu?"
Ucapan Ayahnya dengan suara berat membuat Katharina melotot. Matanya segera menatap Grace yang kini mengulum senyum.
" Grace.." Geram Katharina.
" Leota, answer me."
Ayahnya memang lebih suka memanggilnya dengan sebutan Leota, nama tengahnya. Katharina menatap Ayahnya lalu mengangguk dengan bibir mengkerut. Tanpa di duga lelaki itu tertawa keras. Katharina dan Siegfried memandangnya.
" Hei, Baldomero. Ah, Siegi. Namamu Siegi ya. Grace, Siegi kan?"
Ayah Katharina menatap Grace yang mengangguk dengan bibir mengukir senyum.
" Kau menyebalkan." Ucap Katharina tanpa suara. Wajahnya sinis menatap sahabatnya itu. Grace terkekeh. Ayahnya menatap Katharina tajam.
" Leota, jangan seperti itu. Dia Ibumu." Ucap Ayahnya tenang. Katharina mendengus kesal sambil menatap Grace.
" Kau serius ingin memperistri anakku. Darek, Dadmu itu sudah menghubungiku. Dia memintaku menerimamu sebagai menantu. Mengapa kau tidak meminta sendiri huh?"
Siegfried menatap Ayah gadisnya. Tangannya menggenggam tangan Katharina yang terlihat menegang.
" Aku memang meminta Dad untuk bicara padamu, Tuan. Aku ingin kau tahu bahwa orang tuaku mengetahui maksudku ini. Aku pasti akan memintanya langsung padamu. Makanya hari ini aku datang." Jawab Siegfried dengan tenang.
" Lalu bagaimana jika aku tidak merestuimu?" Tanya Ayah Katharina dengan wajah datar.
" Aku datang ke sini untuk meminta Katharina menjadi Istriku. Aku akan menikahinya walaupun harus tanpa restumu." Jawab Siegfried dengan tersenyum kecut. Wajahnya tidak kalah datar menatap lelaki tua itu. Ayah Katharina kembali tertawa keras.
" Ouh..Darek Baldomero, anakmu sekeras kepala dirimu." Ucapnya sambil berdecih.
" Leota, apa kau benar benar mencintai lelaki gondrong ini. Ayah rasa dia hanya seorang bajingan tengik seperti Dadnya." Ucap lelaki tua itu dengan tawa mencemooh.
" Lihat tampangnya, apa kau nanti tidak akan menyesal, baby girl?" Lanjutnya, matanya tajam menatap Siegfried, dengan ujung bibirnya ditarik sebelah.
Tangan Siegfried terkepal. Rahangnya mengeras. Sinar matanya berkilau marah. Katharina yang melihat itu, segera mengusap lembut lengannya. Lalu tanpa ragu gadis itu berbisik di dekat telinganya yang membuat lelaki itu terlihat kembali tenang.
" I love you, baby."
Semua itu tidak luput dari penglihatan lelaki tua itu dan juga Grace yang kini matanya berkaca kaca. Katharina menatap Ayahnya dengan muka kesal. Dia hendak bangkit dari duduknya jika saja suara Ayahnya tidak terdengar.
" Leota, duduk. Ayah belum selesai."
Katharina menarik napas dan menghembuskannya dengan kasar. Siegfried tampak sekali menahan amarahnya. Usapan usapan lembut ditangannya seolah menahan amarah yang hendak meluap.
Ayah Katharina menatap dua orang yang terlihat begitu saling mencintai. Dia menunduk dengan mata terpejam.
" Siegi, Darek itu temanku sejak kecil. Kami sangat akrab dan sudah biasa saling memaki, tapi itu hanya bercanda. Kami menghabiskan masa sekolah bersama. Kau tahu Siegi, Ayahmu lelaki keras kepala. Bahkan sampai untuk urusan cinta pun dia tidak pernah mau mengalah. Dia hanya mencintai satu orang wanita, Halley Rubiana. Dia Ibumu."
Lelaki tua itu menatap lurus ke depan, seolah menerawang. Lalu dia menggeleng lemah.
" Darek harus kehilangan Halley yang menikah dengan Rainart, lelaki yang kau panggil Pap itu. Ibumu menikah dengan Rainart atas permintaan mendiang istrinya. Sepupu Ibumu."
Lelaki itu menjeda ucapannya lalu menarik napasnya. Mata tua itu berkaca kaca.
" Darek lelaki yang setia. Si brengsek itu hanya mencintai Halley, yang pada akhirnya bisa dia dapatkan. Aku bangga punya teman seperti dia. Siegi, kau terlahir karena rasa cinta orang tuamu yang begitu besar."
Sambil menatap Siegfried, lelaki itu mengukir senyum.
" Dan aku yakin kau memiliki sifat seperti mereka, aku bangga memiliki menantu seperti dirimu."
KAMU SEDANG MEMBACA
SIEGFRIED BALDRIK ( COMPLETED )
General FictionKatharina Leota Ernest, selalu teringat dengan seorang pemuda yang mencuri ciuman pertamanya. Pemuda itu bernama Siegfried Baldrik, seorang berandalan yang menolongnya ketika dia hampir di perkosa segerombolan pemuda jalanan. Lalu ketika esoknya dia...