fünfzehn

1.3K 128 11
                                    

Setelah memastikan Siegfried pergi bertugas ke wilayah bagian barat. Katharina menemui Pap di Polikliniknya. Dia merasa penasaran dengan apa yang akan dibicarakan olehnya, tapi yang pasti akan berhubungan dengan hilangnya ingatan lelaki yang dicintainya itu.

Siang itu Poliklinik tidak terlalu ramai jadi Katharina hanya menunggu sebentar saja, sampai Pap menghampirinya.

Lelaki tua yang masih terlihat gagah itu berjalan menghampirinya dengan senyum ramah menghiasi bibirnya. Katharina membalas senyuman itu dengan mengangguk sopan dan tersenyum tipis.

" Maaf, kau harus menunggu. Ayo kita bicara di ruanganku. Kau tidak sibukkan hari ini?" Ucap lelaki itu yang dijawab gelengan oleh Katharina.

Katharina mengikuti langkah kaki lelaki itu menuju sebuah ruangan di sisi kanan Poliklinik. Lelaki itu segera membuka pintu dan memasuki ruangan. Kemudian mempersilahkan Katharina untuk masuk dan duduk di kursi yang tersedia di sana.

" Kau tidak sibuk hari ini?" Tanyanya lagi. Matanya menatap Katharina yang menggeleng sambil tersenyum.

" Apa Siegfried membicarakan sesuatu, tentang keinginannya kembali ke rumahnya?"

Lelaki itu bertanya tenang, setelah terlebih dulu meletakkan dua botol air mineral di meja. Katharina menatapnya ragu.

" Bicaralah, apa yang dia bicarakan." Ucap lelaki itu lagi.

Katharina menelan salivanya, berusaha menetralkan perasaannya.

" Dia menanyakan padaku, apa aku tahu dimana rumahnya. Dia juga menanyakan tentang Ibu dan kakak perempuannya, dia juga ingin mengetahui kenapa dia tidak mengingat masa lalunya." Ucapan Katharina ditanggapi senyum oleh lelaki itu.

" Ingatannya tidak semuanya hilang, dia masih mengingatmu walau samar. Bahkan dia seolah sudah beristri dan selalu menghindari setiap wanita."

Lelaki itu terkekeh sambil menatap Katharina yang pipinya merona. Gadis itu menunduk malu. Lalu wajah lelaki itu terlihat serius. Matanya tampak menerawang jauh dan terlihat meriakkan kesedihan.

" Aku tidak ingin dia kembali ke sana, bertemu dengen lelaki brengsek itu dan bersedih setiap waktu lalu menjadi liar seperti dulu."

Ucapan lelaki itu terdengar sedih. Mata tuanya terlihat berkaca kaca. Katharina menatapnya dengan mata gusar.

" Kau tahu, Kathy. Dia anakku. Anak bungsuku dan aku merelakannya di rawat oleh Ibunya yang menikah dengan lelaki brengsek itu."

Ucapan lelaki itu terdengar begitu pilu, pelan dan sarat kesedihan. Katharina beringsut mendekat lalu mengusap lengannya perlahan.

" Pap, aku tidak mengerti. Apa maksudnya?" Tanya Katharina pelan dan teramat hati hati.

" Aku pernah berbuat salah, Kathy. Aku menyakiti istriku. Aku tergoda wanita lain, saat itu Siegi kecilku berusia satu tahun. Istriku pergi meninggalkanku dengan membawa Siegie dan gadis kecilku, Thalia. Sementara dia menitipkan Oliver dan Carl di rumah kakakku. Kemudian aku menyadari kesalahanku dan meninggalkan wanita itu tapi terlambat, istriku sudah menikah dengan seorang lelaki brengsek. Lelaki kaya pemilik perusahaan tempat Istriku bekerja."

Lelaki tua itu menghela napas, begitu berat. Dia menatap Katharina dengan mata berkaca kaca. Katharina tergugu. Dia bergeming menatap lelaki yang kini bahunya bergetar. Kesedihan dan kemarahan tampak berbaur jadi satu.

" Aku menemukan Siegi lima tahun lalu, tidak sadarkan diri dengan tubuh penuh luka dan ketika sadar dia tidak mengingat apa pun. Seseorang yang tidak kukenal mengantarkannya ke Poliklinik ini. Orang itu tidak bicara banyak, hanya berkata bahwa ada kekacauan di penjara."

Lelaki itu kembali menghela napasnya. Air mata kini telah merebak. Dia terlihat kalut.

" Aku mencari tahu tentang keberadaan penjara itu, bermaksud hendak memberikan keterangan tentang tahanannya yang dirawat di poliklinik ini. Lalu aku mendapatkan kenyataan bahwa tahanan itu adalah anakku."

Lelaki itu mengusap ujung matanya yang berair dengan kasar. Dia mendengus kesal.

" Bajingan itu membunuh istriku yang mencoba menolong gadis kecilku yang di perkosa lelaki itu. Lalu gadis kecilku juga di bunuhnya dan Siegi..Siegi yang tidak tahu kalau dia bukan ayahnya selalu mendapatkan perlakuan yang tidak baik. Dia selalu mengalami kekerasan. Dia juga sepertinya takut untuk menceritakan tentang pembunuhan itu. Sampai Siegi tidak tahan lagi dan mencoba melakukan pembunuhan terhadap bajingan itu. Sehingga Siegi masuk penjara."

Lelaki itu menatap Katharina dengan senyum hambar. Dia kemudian tertunduk dalam.

" Aku membongkar kasus kematian Istri dan gadis kecilku yang membuat bajingan itu masuk penjara. Aku puas."

Dia menjeda dengan meneguk air mineral untuk membasahi tenggorokannya yang terasa kering.

" Kau harus tahu, Kathy. Lelaki itu punya uang, hukum bisa saja dibelinya. Mungkin saat ini dia sudah bebas. Untuk itulah aku tidak mau Siegi kembali ke sana. Kau mengerti maksudku, Kathy?"  Lanjutnya dengan mata nanar menatap gadis di depannya.

Katharina yang kini telah menggulirkan air matanya mengangguk. Tangannya menggenggam tangan lelaki tua itu seolah ingin meringankan bebannya.

" Aku mengerti, Pap. Sangat mengerti."

SIEGFRIED BALDRIK   ( COMPLETED )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang