vierunddreißig

997 82 6
                                    

Menjadi ibukota Republik Rakyat Tiongkok. Beijing adalah pusat politik, ekonomi, dan budaya bangsa. Terletak di Cina utara, dekat dengan kota pelabuhan Tianjin dan sebagian dikelilingi oleh Provinsi Hebei. Berfungsi juga sebagai pusat transportasi dan pelabuhan masuk yang paling penting.

" Sebagai salah satu dari enam kota kuno di Tiongkok, Beijing telah menjadi jantung dan jiwa politik sepanjang sejarahnya yang panjang dan akibatnya ada banyak penemuan tak tertandingi untuk menyenangkan dan membuat penasaran para pelancong saat mereka menjelajahi masa lalu kuno kota itu dan perkembangan modern yang menarik. Sekarang telah menjadi salah satu tujuan wisata paling populer di dunia." Ceracau Katharina begitu mereka menapakkan kakinya di Beijing. Siegfried hanya menatap Istrinya dengan senyum lebar.

" Aku tidak sabar untuk melihat arsitektur modern dari situs-situs kunonya seperti kompleks Grand Forbidden City, istana kekaisaran selama dinasti Ming dan Qing." Ucap Katharina lagi.

" Bukankah di dekatnya, ada alun-alun pejalan kaki. Lapangan Tiananmen yang besar yang merupakan situs makam Mao Zedong?" Tanya Siegfried yang membuat Katharina mengerung.

" Sayang, kau tahu?" Wanita itu balik bertanya. Siegfried mengangkat bahunya.

" Aku mencari tahu." Jawabnya datar. Katharina berdecih.

" Mao Zedong itu seorang tokoh filsup dan pendiri Negara Republik Rakyat Tiongkok." Ucap Siegfried santai. Katharina terkekeh. Lalu mencium bibir suami singkat.

" Aku akan mencari tahu yang lainnya, agar dapat hadiah ciuman sepanjang hari." Ucapnya sambil mengedipkan sebelah matanya. Katharina tertawa keras. Siegfried segera memeluknya. Lalu berkata pelan.

" Orang lain menatapimu sayang, lihat mata sipit Pria Pria itu membulat kagum mendengar tawamu."

" Oh my gosh, Siegi. Talk to much. My nose in the air." Gerutu Katharina yang dihadiahi kecupan di pipinya. Lalu mereka tertawa bersama.

" Sayang, aku ingin sekali makan bebek peking." Ucap Katharina setelah tawanya usai. Siegfried mengangguk.

" Aku terkadang ingin ketawa jika mendengar kata Peking, seharian kemarin Carl dan Oliver ribut karena kata itu. Carl bilang ibu kota china Peking dan Oliver bilang Beijing."

Siegfried tertawa disela ucapannya. Katharina menatapnya.

" Padahal Peking dan Beijing itu sama hanya beda pengucapan. pengucapan Beijing dan Peking juga terdapat pada pengucapan Nanjing dan Nanking. Selain itu, kita pun juga mendengar kota Munich dan Muenchen ataupun Roma dan Rome." Lanjut Siegfried. Katharina kembali mencium bibir suaminya itu. Kali ini sedikit melumatnya.

" Satu ciuman lagi untuk suamiku yang hebat." Ucap Katharina sambil terkekeh.

Siegfried meraup dengan cepat bibir Istrinya lalu menciumnya penuh gairah. Dilingkarkannya tangan kokohnya diseputar pinggang ramping Istrinya. Katharina yang sedikit kewalahan dengan serangan tiba tiba itu, mencoba menyesuaikan diri. Tangannya bergerak gemulai merangkul leher suaminya.

" Honey, aku rasa hari ini lebih baik berdiam diri saja di hotel. I can't handle it, no more." Ucap Siegfried frustasi.

Lalu tangan lelaki itu merangkul pundak Istrinya. Sedikit memaksa membawanya ke Beijing Heyuen Courtyard Hotel, yang sebenarnya tidak terlalu jauh dari lokasi mereka menikmati pemandangan tadi.

" Are you sure, baby. Kita akan menginap disini?" Tanya Katharina begitu mereka memasuki Hotel.

" Of course. Ini hadiah dari Pap. Thanks to him." Ucap Siegfried sambil mengandeng Istrinya memasuki kamar.

Mata Katharina berkaca kaca. Dia menubrukkan tubuhnya ke tubuh besar suaminya yang segera merengkuhnya. Siegfried mencium sayang puncak kepala Istrinya.

" Lihatlah, sayang. Tempat tidur yang indah, bersih dan nyaman." Ucap Siegfried pelan.

Katharina memandang sekelilingnya dengan senyum terukir manis di bibirnya. Mata birunya berbinar sangat jernih dan terang.

" Kau bisa memandangi taman dari teras dan juga pemandangan kota Beijing."

Katharina mengangguki ucapan suaminya. Lalu wanita itu menatapnya penuh cinta.

" I love you, baby. I'll be forever yours." Ucap Katharina dihadapan wajah suaminya yang segera menyentuh bibirnya dengan lembut.

Bibir ranum itu mengundang hasrat yang selalu melecutkan gairah. Gairah yang selalu meronta, kala berdekatan dengan wanita yang mengguarkan aroma tubuh berbau vanilla yang begitu membius. Siegfried tidak lagi mampu berkata kata. Aliran darahnya seolah berdesir memercikkan kehangatan dalam setiap helaan napasnya. Suara paraunya berucap lirih.

" I always excited to touch you, baby. I wonder why."

SIEGFRIED BALDRIK   ( COMPLETED )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang