sechzehn

1.3K 123 12
                                    

Tubuh Katharina sedikit menegang. ketika langkahnya keluar dari ruangan Pap, matanya menangkap sosok lelaki yang dicintainya. Lelaki itu menatapnya dengan mata sedikit menyipit. Segera Katharina mengulas senyum manis untuk menutupi keterkejutannya.

" Hei, Honey. Sedang apa di sini?"

Siegfried bertanya lebih dulu, langkahnya yang panjang menghampiri tubuh mungil kekasihnya yang bergeming di tempatnya.

" Aku, aku tadi dari tempat Wynona lalu ke tempat Ivory dan mampir ke sini. Mencarimu. Mungkin saja kau sudah kembali dan...aku eh, aku bertemu Pap. Kami bicara sebentar." Ucap Katharina sedikit gugup.

" Hei..hei..ada apa. Aku suka kau mencariku. Aku juga suka kau mau bicara dengan Pap."

Siegfried menarik Katharina ke dalam pelukannya lalu mencium puncak kepala dengan rasa sayang. Gadis itu tersenyum manja. Siegfried suka sekali melihatnya.

" Pantas saya perasaanku tidak tenang. Aku ingin sekali segera pulang, ternyata ada seseorang yang merindukanku." Ucap Siegfried lembut.

" Siegi, kau sudah kembali. Tumben, cepat sekali. Biasanya kau akan berlama lama di wilayah bagian Barat sana." Suara Pap mengagetkan mereka.

Siegfried hanya tertawa menanggapi ucapan lelaki tua itu. Katharina menatap Siegfried penuh selidik. Siegfried tersenyum misterius.

" Saat ini ada yang lebih menarik di sini, Pap. Aku bosan bermain main dengan Celia." Ucap Siegfried sambil terkekeh. Pap tertawa pelan. Katharina mengerutkan dahinya.

" Kathy lebih menarik dari Celia, huh?" Tanya Pap lagi. Siegfried mengangguk.

" Tentu Pap, Celia sudah terlalu tua." Ucap Siegfried, kali ini sambil mencium pipi gadis dalan pelukannya. Kathatina mulai kesal dan Siegfried menyadari itu.

" Apa Celia hamil lagi, Siegi?" Tanya Pap lagi sambil menatap miring Siegfried. Katharina mendelik. Dadanya berdebar linu. Dia merasa teramat marah.

" Setiap aku berkunjung ke sana, dia selalu hamil Pap."

Jawaban tenang penuh senyum Siegfried membuat Katharina menggerakkan tubuhnya. Memberontak dengan kesal. Wajahnya memerah dengan sinar mata berkilat. Lalu dia sedikit bergegas meninggalkan Siegfried yang segera mengejarnya dan Pap yang terbengong memandanginya.

" Honey, kenapa sayang. Ada apa?" Tanya Siegfried lembut setelah berhasil menghentikan langkah tergesa Katharina dan merengkuh tubuh mungil itu.

" Baby, please.." Siegfried menatap lembut mata bermanik biru yang berkilat penuh amarah itu.

" Don't call me baby." Ketus Katharina. Siegfried memeluk lebih erat gadisnya.

" Tell me. What's wrong, baby?"

Siegfried mengecup lembut bibir mengerucut gadisnya. Membingkai sisi wajahnya dan menatap matanya lekat.

" Who is Celia?" Ucap Katharina sinis.

Siegfried tersenyum, dia sudah menyangka kalau gadisnya marah karena ini. Dia menggeleng gelengkan kepalanya. Rambut gondrongnya yang tidak dikuncir, terkibas karena gerakannya. Katharina memejamkan matanya. Menghindari pesona lelaki di hadapannya.

" Not Who but What." Ucap Sigfried. Dia mengecup mata terpejam gadisnya.

" What do you mean?"

Katharina menatap Siegfried dengan kening berkerut. Siegfried tersenyum lebar.

" Celia itu Cheetah betina."

Ucapan Siegfried yang diiringi tawanya membuat wajah Katharina cemberut. Rona keterkejutannya ditutupinya dengan kekesalannya.

" Kau jahat." Desis Katharina. Gadis itu menepis nepis tangan Siegfried yang berusaha meraih tubuhnya. Tapi tenaga gadis mungil itu tidak seberapa dibandingkan Siegfried. Lelaki itu dengan mudah merengkuh tubuhnya dan membenamkan dalam pelukannya.

" Kau membuatku malu. Kau jahat sekali, Siegi."

Siegfried menggeleng. Lalu menciumi sayang kening gadis yang berada di dalam rengkuhannya itu.

" No, baby. Aku suka melihat kau cemburu seperti tadi. Aku suka. Aku merasa begitu dicintai dan berarti untukmu." Ucap Siegfried lembut.

" Suatu hari nanti, kau harus ikut denganku ke sana. Aku akan memperkenalkanmu pada Celia, agar kau tidak cemburu lagi." Lanjutnya dengan senyum. Tangannya menepuk nepuk lembut pipi gadis dalam pelukannya itu.

Katharina menengadah menatap Siegfried. Kakinya berjinjit untuk menjangkau bibir lelaki dihadapannya itu dan menciumnya lembut. Lalu gadis cantik itu mengulas senyum. Binar matanya yang biru cemerlang membuat lelaki itu menarik napas. Matanya memejam dengan wajah menengadah, kemudian lelaki itu menggelengkan kepalanya.

Tidak menunggu lama, dengan lembut Siegfried menarik tangan gadisnya menuju mobil. Gadis itu menurutinya. Siegfried ingin segera berada di apartement gadis itu.

SIEGFRIED BALDRIK   ( COMPLETED )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang