siebzehn

1.3K 119 19
                                    

Malam ini Katharina bertekad untuk mengatakan secara perlahan kepada Siegfried tentang masa lalunya itu. Sedari siang tadi dia sibuk merangkai kata kata di dalam pikirannya. Menimbang nimbang bagaimana cara menyampaikannya, agar lelaki tercintanya itu dapat menerima.

Kerut kerut di dahi Katharina terlihat seperti berpikir. Matanya juga kadang terlihat menyipit. Bibirnya bergerak gerak tanpa suara. Kemudian akan terdengar berdecak, atau mendengus atau juga mendesah. Gadis itu berjalan mondar mandir dengan kepala mengangguk angguk pelan.

Siegfried bukannya tidak memperhatikan dengan apa yang dilakukan gadis tercintanya itu. Tapi dia seolah tidak mau mengusik keasikan Katharina. Lalu ketika gadis itu terdengar menarik napas dan menghembuskannya dengan kasar. Lelaki itu menghampirinya.

" Ada apa dengan gadis tercintaku ini. Sepertinya ada sesuatu yang sedang dipikirkan. Ceritalah sayang, jangan membuatku cemas."

Siegfried merengkuh tubuh gadisnya ke dalam dekapannya. Lalu menciumi pipinya dengan sayang. Lama Katharina terdiam, gadis itu meresapi dekapan hangat kekasihnya. Tangannya bermain main mengusap lembut lengan kokoh bertattoo lelaki gondrong itu.

" Siegi, jika kau mengetahui masa lalumu, akankah kau nanti meninggalkanku?" 

Suara manja Katharina membuat Siegfried tertawa pelan. Tangannya menyentuh pipi gadis cantik itu.

" Tidakkah terbalik sayang, seharusnya aku bertanya seperti itu. Bagaimana jika aku ini dulunya seorang perampok, penjahat, pembunuh atau pemerkosa?"

Katharina merebahkan kepalanya ke dada Siegfried. Dengan sayang lelaki itu mengusap lembut kepalanya. Kepala gadis itu terlihat menggeleng.

" Aku tahu kau bukan semua itu. Kau tidak akan menyelamatkanku saat itu, jika kau seorang perampok, penjahat, pembunuh atau pun pemerkosa." Ucap Katharina lirih. Lalu terdiam. Napasnya ditarik perlahan lalu dihembuskan sedikit kasar. Siegfrid membawa gadis itu untuk duduk.

" Ada apa, dear. Kau seperti mengetahui sesuatu?"  Ucap Siegfried lembut. Mata Katharina menatap Siegfrid gelisah.

" Kau tahu, kenapa kau marah saat aku bertanya tentang Ibu dan kakakmu?" Tanya Katharina ragu. Siegfried menggeleng lemah.

" Karena sebenarnya Ibu dan kakakmu itu sudah tiada, mereka telah meninggal dunia." Ucap Katharina lirih. Gadis itu memeluk tubuh Siegfried yang seketika itu terlihat menengang. Mata lelaki itu membulat sempurna.

" Kau..kau..tahu.."

" Aku bicara dengan Pap. Dia tidak mau menceritakannya padamu. Dia tidak ingin kau bersedih karena..."

" Apa, karena apa?" Suara Siegfried meninggi dengan wajah yang sudah memerah marah. Matanya berkaca kaca.

" Kau menyaksikan kematian mereka. Mereka dibunuh, mereka.."

" Siapa yang membunuh mereka?"

Siegfrid berteriak. Tangannya mencengkram kedua sisi lengan Katharina. Gadis itu meringis.

" Ayahmu.."

" Pap..dia.."

" Bukan, Ayah tirimu Siegi. Seseorang yang memiliki kekuasaan dan rumah besar dan mewah yang dulu kau tempati."

Katharina menubrukkan tubuhnya ke sosok yang kini berdiri dengan tubuh bergetar hebat. Tangannya mengepal di kedua sisi tubuhnya dengan rahang yang mengetat. Siegfried terlihat menyeringai. Katharina bergetar, dia menumpahkan tangisnya kini. Dia merasa takut dengan kilat amarah yang menguar dari sosok penuh kasih dalam pelukannya.

" Tolong redam amarahmu, Siegi." Mohonnya.

Suara bergetar Katharina dengan mata penuh tangis membuat Siegfried menghela napasnya. Dia merengkuh tubuh gadis itu dan membenamkan dalam pelukan eratnya. Lelaki itu meraup bibir yang tampak pucat dan bergetar itu untuk mencari pengalihan atas amarahnya. Mencium bibir itu sedikit kasar. Katharina menyambutnya.

Merasa sedikit tenang, Siegfried melepaskan ciumannya. Dia menatap iris mata biru terang yang berkabut kesedihan itu.

" Aku tidak ingin membuatmu takut atau pun sedih. Aku hanya merasa tidak mampu menahan amarahku." Ucap Siegfried dengan suara kembali lembut. Ada nada penyesalan tertanggap dalam ucapannya. Walaupun amarah masih terlihat jelas tertangkap di wajahnya. Katharina mengangguk.

" Aku tahu, aku tahu Siegi. Aku mencintaimu. Aku merasakannya."

Tangan halus Katharina mengelus bulu bulu halus di sisi wajah Siegfried. Menyalurkan getaran ketenangan ke diri yang sedang dikuasai amarah itu.

" Karena itukah aku kehilangan ingatanku atau aku dibuat kehilangan ingatan agar aku melupakan peristiwa itu?" Ucap Siegfried dengan suara pelan seolah pada diri sendiri. Katharina menatapnya lalu menggeleng.

" Kau di penjara karena melakukan percobaan pembunuhan kepada Ayah tirimu itu. Di sanalah kau kehilangan ingatanmu. Ada keributan di penjara itu. Aku rasa kau mendapatkan kekerasan yang sangat parah di sana. Sampai pada akhirnya seseorang menyelamatkanmu dan membawamu ke Poliklinik Pap. Seseorang yang Pap sendiri tidak mengenalnya."

Siegfried menatap gadis cantik dihadapannya. Matanya berkilat dengan binar tidak percaya. Rasa kekaguman yang besar menggeliat memenuhi hatinya.

" Kau mengetahui siapa aku dan kau masih menerima dan mencintaiku?"  Ucap Siegfried pelan.

Tangannya mengusap sayang wajah gadis tercintanya. Matanya tidak mampu menutupi kilauan cinta dan sayangnya untuk gadis terkasih dihadapannya. Gadis itu mengulas senyum tulus. Bibirnya hangat mencium bibir lelaki gondrong itu.

" I love you, Siegi. Whatever you are."

SIEGFRIED BALDRIK   ( COMPLETED )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang