dreiunddreißig

1.1K 92 30
                                    

Siegfried menatap Istrinya yang tidak henti mengumbar senyum sedari tadi mereka meninggalkan apartement. Wanita itu seolah ingin mengabarkan kepada siapa pun yang berpapasan dengannya bahwa dia begitu bahagia.

" Bulan madu bukan sekadar liburan. Ini adalah investasi dalam ingatan selama sisa hidup dan China benar-benar tujuan yang tepat." Ucapnya dengan sumringah.

Jika melihat kebahagian begitu apik terpancar, tentu Siegfried sebagai suamilah yang paling bahagia.

" Dan waktunya juga sangat tepat. Musim semi. Waktu yang baik dan paling tepat untuk jalan-jalan ke mana saja. Pemandangan alam pastinya lebih cantik karena tumbuhan tengah bersemi dengan maksimal." Lanjutnya dengan mata berbinar indah.

Siegfried ssgera saja membawanya ke dalam pelukannya. Katharina sedikit meronta.

" Tetap seperti ini. Diam dalam pelukanku. Banyak mata yang memandangmu karena kau terlihat sangat cantik jika sedang berbinar bahagia begitu." Ucap Siegfried yang ditanggapi tawa renyah Istrinya. Lelaki itu mendengus sebal.

" Tapi beberapa kawasan di sisi utara sangat mungkin bersuhu dingin." Ujar Siegfried sambil mengusap sayang pundak Istrinya.

" Tetapi dalam kadar yang masih bisa ditolerir, bahkan dapat dinikmati." Ucap Katharina dengan senyum.

" Oh iya.. menurut Wynona, jika nanti berencana menjelajah kawasan selatan pada musim semi seperti ini, lebih baik gunakan kereta cepat karena pesawat rentan delay akibat curah hujan yang tinggi." Ucap Katharina lagi. Siegfried mengangguk angguk.

" Memang Wynona pernah ke China?" Tanya Siegfried pelan.

" Ya, bersama Edgar. Dulu. Makanya aku ingin pergi ke sana, dari cerita Wynona sepertinya sangat keren."

Dengan wajah menunduk, Siegfried tersenyum menatap Istrinya yang sepertinya sudah tidak sabar untuk sampai ditujuan.

" Pertama tama aku akan ke Beijing. Banyak orang bilang, Beijing adalah tempat yang tepat untuk mengenali China dengan sempurna karena adanya situs sejarah, Forbidden City."

Siegfried memainkan jemari Istrinya yang berhias cincin berlian pemberiannya. Lalu mengecupinya dengan rasa sayang.

" Aku juga ingin ke Xian, seperti Roma kalau di Eropa. Kita akan menemukan peradaban kuno China berusia ribuan tahun. Salah satunya yang paling populer adalah Terracotta Army Museum dan Jalur Sutra."

Siegfried mencium lembut kening Istrinya. Lalu mengajaknya untuk berdiri. Begitu mendengar panggilan keberangkatan untuk pesawat mereka.

" Sudah waktunya, Ayo." Ucapnya sambil menaut tangan Istrinya dan membawanya melangkah.

" Kau boleh pergi ke mana pun, aku akan dengan sangat senang hati mengantarmu." Ucap Siegfrid dengan mata meneduh.

" Really?" Tanya Katharina seolah tidak percaya.

" Aku mendapatkan cuti satu bulan dari Oliver dan kita punya tiga lelaki tua yang baik hati. Mereka rela merogoh kantongnya begitu dalam dan menggelontorkan uangnya untuk dana perjalanan ini. Walaupun yang satu sudah tiada, tapi ternyata dia tidak lupa menyiapkan dana untuk kita honeymoon."

Katharina menatap Siegfried dengan mulut sedikit terbuka dan mata yang melebar. Kemudian senyum lebar tampak begitu manis tersungging.

" Pantas semalam kau terlihat berbicara serius dengan Dad dan juga Ayah. Aku nanti akan mengucapkan terima kasih." Ucap Katharina yang diangguki suaminya.

" Semalam kau juga tampak tertawa tawa dengan Ivory dan Wynona ada apa?"

Pertanyaan Siegfried membuat wajah Katharina merona. Wanita itu menyurukkan wajahnya ke dada suaminya.

" Hei, ada apa. Kenapa Istriku jadi malu seperti ini?"

Siegfried menengadahkan wajah Istrinya yang semakin cantik ketika merona. Lalu dengan lembut mencium bibirnya. Lelaki itu tidak peduli dengan tatapan seorang Pramugari yang melintas dan juga beberapa penumpang.

" Mereka menghadiahiku...lingerie." Bisiknya gugup.

Sungguh Katharina sangat malu jika harus memakai pakaian transparan itu. Siegfried mengulum senyum. Matanya seketika menggelap.

" Apa saat ini dibalik pakaianmu itu kau sudah memakainya, sayang?" Bisik Siegfried di telinga Katharina.

Katharina memukul pelan lengan suaminya. Dia melotot menatap suaminya.

" Kau mesum sekali. Aku tidak akan pernah memakainya. Bikininya juga." Ketus Katharina.

" What bikini?" Tanya Siegfried dengan suara sedikit keras, yang membuat beberapa orang menatapnya. Katharina segera menutup mulut suaminya itu. Wajahnya semakin memerah.

Siegfrid membuka tangan yang membekap mulutnya itu. Lalu meraih kepala Istrinya. Mulutnya berbisik di telinga Istrinya.

" Kau boleh memakai bikini itu, tapi di kamar. Aku tidak mau orang lain menikmati keindahan tubuhmu. You're mine. Just mine."

SIEGFRIED BALDRIK   ( COMPLETED )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang