Sepeninggal Katharina dan lelaki yang merangkul pundaknya. Siegfried menatapnya dengan mata penuh kecewa. Rasa sesak hadir memenuhi dadanya. Ada rasa nyeri seolah mencubit hatinya.
" Siegi.. what's wrong, man?"
Sebuah suara membuat Siegfried menoleh. Senyum miring terlihat untuk menutupi rasa kecewa yang tadi dirasakannya. Lelaki itu pun menggeleng.
" Carl, istrimu sudah melahirkan?"
Bukan menjawab, Siegfried malah balik bertanya yang diangguki lelaki yang dia panggil Carl.
" Anakku cantik sekali, cantik seperti Ibunya. Aku senang sekali." Ucap Carl dengan mata berbinar. Siegfried mengulas senyum kecil.
" Selamat, Carl." Ucapnya tulus. Carl tersenyum.
" Terima kasih tadi sudah membawanya ke Rumah sakit dengan segera. Aku berhutang padamu."
Ucapan Carl ditanggapi tawa pelan Siegfried. Dia menepuk pelan pundak temannya itu.
" Carl, selama kita berteman beberapa tahun ini. Adakah kau mengingat aku membicarakan seorang gadis. Gadis cantik dengan rambut pirang gelap dan mata biru cantik. Mungkin aku pernah menceritakan sebuah mimpi atau bayangan?"
Pertanyaan Siegfried membuat Carl tertegun. Dia menatap lama temannya itu. Dengan langkah perlahan dia mendekat dan duduk di sebelahnya.
" Apa kau mulai mengingat lagi sesuatu?" Tanya Carl hati hati. Siegfried menggeleng lemah.
" Aku seolah mengenal gadis yang kita temui di ruangan Tuan Lazaro tempo hari, sebenarnya itu pertemuan yang kedua. Sebelumnya aku bertemu ketika patroli dan mendapati ban mobilnya masuk ke parit. Angus yang segera menolongnya dan dia seperti biasa, iseng jika melihat gadis cantik. Waktu itu aku merasa kesal, aku marah melihat Angus menjahilinya. Lalu aku meminta gadis itu pergi, setelah meminta Angus untuk berhenti membercandainya."
Siegfried menjeda, lelaki itu menghela napasnya. Carl masih diam dan hanya menatapnya.
" Ketika aku membawanya keluar dari ruangan Tuan Lazaro, dia bertanya mengapa aku tidak mengenalinya, aku tanpa sadar meraba kalung yang kupakai yang menurutnya kalung ini miliknya. Lalu hari ini, aku lihat tadi dia ada di kantor berbicara dengan Oliver lalu aku bertemu dia di sini. Dia menciumku, Carl. Aku..aku seperti tidak merasa asing dengan bibirnya. Aku menikmati ciumannya. Malah aku merindukannya. Lalu ketika tadi ada seorang lelaki merangkulnya, aku kesal. Aku marah, Carl."
Siegfried tertunduk. Carl menatap miris temannya itu, lalu dia perlahan menyentuh pundaknya. Lelaki itu menengadah memandang Carl.
" Kau sering mengingau di dalam tidurmu, meneriakan sebuah nama."
Ucapan Carl membuat Siegfried menatap lekat temannya itu. Dia sampai merubah posisi duduknya hingga menghadap ke temannya itu.
" Sebuah nama?" Tanyanya dengan kening berkerut. Carl mengangguk.
" Katharina. Aku rasa gadis cantik itulah yang bernama Katharina, seperti hurup yang tergantung di kalungmu itu. Aku rasa itu inisial nama gadis itu."
Ucapan Carl membuat Siegfried meraba kalungnya. Kalung yang sudah menemaninya selama ini dan selalu membuat tanya di hati dan pikirannya. Siapa orang yang memberikannya dan mengapa.
" Carl, aku harus mencari gadis itu. Tadi aku dengar, temannya melahirkan juga. Mungkin saja bersebelahan dengan ruangan Ivory."
Siegfried beranjak diikuti Carl. Dia berjalan cepat seolah ingin meredam debaran dadanya yang bergemuruh keras. Carl menatap temannya itu dengan senyum dan gelengan kepala.
Carl membuka pintu ruangan istrinya dirawat setelah persalinan. Ada dua ranjang terlihat disana. Tampak Ivory tersenyum lebar dengan bayi dalam pelukannya. Carl menghampirinya dan mencium pipi istrinya lalu beralih ke anaknya.
Sementara Siegfried berdiri terpaku menatap ranjang sebelahnya. Seorang wanita sedang memeluk bayinya ditemani gadis yang dia cari. Gadis itu menatap bergantian ke arahnya dan Carl.
Siegfried sedikit ragu menghampiri gadis itu. Kakinya terasa berat untuk melangkah. Setelah sampai dihadapan gadis itu Siegfried manatapnya lekat. Gadis itu juga tidak berkedip memandangnya. Banyak tanya yang tersirat di mata biru cantik itu. Lalu dengan sekali gerakan tanpa ragu, Siegfried mencium bibir gadis itu. Dia melumat dan menyecapnya. Rasa rindu seolah menggelegak mengiringinya. Dia merasakan kenyamanan dan ketenangan saat bibirnya bersatu dengan bibir itu. Bibir yang dengan sedikit ragu mulai membalas ciumannya. Siegfried tidak peduli dengan tatapan semua orang yang berada di sana. Dia terhanyut dengan ciumannya. Lalu ketika napas terasa sesak dan gadis dihadapannya terengah. Siegfried melepaskan ciumannya perlahan.
" Apakah aku pernah menciummu seperti itu?" Tanyanya sambil menatap gadis di hadapannya. Sembarut rona merah telah menjalari pipi wajah cantik itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SIEGFRIED BALDRIK ( COMPLETED )
General FictionKatharina Leota Ernest, selalu teringat dengan seorang pemuda yang mencuri ciuman pertamanya. Pemuda itu bernama Siegfried Baldrik, seorang berandalan yang menolongnya ketika dia hampir di perkosa segerombolan pemuda jalanan. Lalu ketika esoknya dia...