fünf

1.6K 145 17
                                    

Tiga hari sudah Katharina menunggu kehadiran Siegfried, tapi lelaki itu tidak menampakkan dirinya dihadapan gadis itu.

Kesal dengan keadaan itu, Katharina seperti biasa berkeluh kesah pada Wynona. Sahabatnya itu seperti biasa juga, menanggapinya dengan senyuman.

" Mungkin dia memang sibuk, Kath. Bersabarlah jika memang ingin menunggunya atau ikuti saranku, mulailah melupakannya dan berikan kesempatan pada lelaki lain untuk menyentuh hatimu."

Ucapan Wynona membuat Katharina membulatkan matanya. Senyum sinis terukir di bibirnya.

" Akankah kau juga melakukannya, Wy. Melupakan Edgar dan berusaha membuka hatimu untuk orang lain?" Tanya Katharina ketus. Wynona tertawa hambar.

" Aku berbeda kasus, Kath. Edgar pergi untuk selamanya dan aku sedang mengandung anaknya."

Ucapan tenang Wynona membuat Katharina menatapnya lekat. Dia meneliti wajah sahabatnya itu. Tidak ada setitik pun air mata mengalir di pipinya seperti biasanya, jika pembicaraan menyinggung kekasihnya yang telah pergi menghadap sang pencipta itu.

" Jangan menatapiku seperti itu, Kath. Aku sudah bosan menangis. Sepertinya air mataku sudah mengering. Aku juga yakin kau pun bosan melihatnya, seperti aku juga yang bosan melihat penantianmu untuk lelaki gondrong itu." Ucap Wynona dengan nada lembut. Katharina tersenyum kecut.

" Apakah menurumu aku aneh, jatuh cinta pada penolongnya yang mengambil ciuman pertamanya?"

Wynona menatap Katharina, tangannya lembut menyentuh bahu sahabatnya itu. Dia menggeleng pelan.

" Tidak, Kathy sayang. Itu wajar saja, yang membuat aneh adalah penantianmu yang seolah tiada akhir."

" Ya, aku tahu itu. Aku pun dulu menyangka bahwa perasaanku hanya sebatas cinta anak remaja berusia lima belas tahun. Terbuai akan ciuman pertamanya. Aku sudah mencoba melupakannya dan mencoba juga menerima lelaki lain. Tapi aku tidak bisa, Wy. Kau tahu itu."

Mata berkaca kaca Katharina membuat Wynona merentangkan tangannya dan membawa tubuh mungil itu ke dalam pelukannya, walaupun sedikit terhalang oleh perut buncitnya. Dia ingin meringankan sedikit saja kesedihan gadis yang selalu menemaninya dan selalu memberikan kekuatan ketika dia merasa tidak sanggup untuk menjalani hidup ini.

" Wy, bagaimana menurutmu jika aku mendatangi kantornya saja. Aku bosan menunggu. Apa menurutmu aku terlihat seperti gadis murahan?"

Wynona tertawa menanggapi ucapan sahabatnya itu.

" Kau memang wanita murahan, Kathy. Lihatlah kau menantikan seorang lelaki yang bahkan tidak mengenalimu"  Ucap Wynona dengan kekehan.

" Wy...how dare you.." Katharina menjerit kesal.

Wynona tergelak melihat Katharina yang wajahnya memerah penuh amarah. Wajah cantik sahabatnya itu di tekuk. Dia cemberut.

" Sorry, Kath. Just kidding. Jangan marah, okay."

Senyum Katharina akhirnya terulas melihat raut penyesalan Wynona.

" Pergilah, temui pujaan hatimu itu." Ucap Wynona lembut. Katharina tersenyum.

" Okay, aku pergi. Wish me luck." 

Katharina melambaikan tangan sambil senyum. Dia membawa langkahnya menuju halte bus untuk menuju ke kantor Siegfried. Alamat yang dia dapatkan dari membuka situs Ranger di simpannya di kepala untuk diingatnya baik baik.

Tidak sampai setengah jam gadis itu sudah sampai ditujuan. Ragu dia memasuki halaman parkir luas kantor tersebut.

Lalu matanya menangkap sesosok pria berumur kira kira empat puluh tahunan berdiri di ambang pintu masuk. Katharina menghampiri lelaki tersebut yang ternyata sedang menelepon. Lelaki itu menatap kedatangan Katharina.

" Nona, ada yang bisa saya bantu?" Tanyanya ramah. Dia menjauhkan ponselnya dari telingannya dan menutup bagian bawahnya dengan tangannya.

" Aku..eh, saya mencari Siegi..Siegfried Baldrik." Katharina tampak tergagap. Gadis itu berusaha meredakan debarannya yang terasa lebih keras.

Lelaki itu menunjuk ke arah parkiran di sebelah kanan Katharina. Gadis itu mengikuti arah telunjuk lelaki itu. Tampak beberapa meter di sana, gadis itu melihat orang yang dicarinya. Walaupun agak jauh, tapi dia mengenalinya. Tapi dia tidak sendiri. Lelaki itu sedang mengandeng seorang wanita dengan perut membuncit besar. Debaran jantung Katharina lebih mengeras dan tidak beraturan. Ada nyeri yang begitu terasa linu menghantam dadanya. Dia dengan jelas melihat pemandangan itu. Dia beralih menatap lelaki tadi dan seolah mencari jawaban.

" Siegfried akan mengantar Ivory ke rumah sakit, sepertinya wanita itu akan melahirkan."  Ucap lelaki itu, Kemudian dia kembali melanjutkan kegiatannya dan menjauh dari Katharina.

" Inikah yang membuatmu seolah tidak mengenaliku?" Gumam gadis itu dengan air mata mulus mengaliri pipinya.

Drrtt..drrttt...

Suara ponsel mengagetkan gadis itu. Dia segera menyentuh tombol hijau di layar ponselnya.

" Kathy, aku di Rumah sakit. Beberapa saat setelah kau pergi ketubanku pecah." Terdengar suara Wynona pelan diiringi erangan kesakitan.

Katharina menutup begitu saja panggilan dari sahabatnya itu, lalu bergegas berlari menuju Rumah sakit.

SIEGFRIED BALDRIK   ( COMPLETED )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang