sechsundzwanzig

1.1K 107 16
                                    

Siegfried berulang kali menolehkan kepalanya. Melihat gadis yang duduk disebelahnya dan sibuk memainkan ponselnya sambil menarik napas berat. Siegfried tahu gadis itu merasa tidak nyaman.

" Honey, ada apa?" Tanya Siegfried pada akhirnya. Lelaki itu juga segera menepikan mobilnya.

Gadis itu tersentak, menengadahkan kepalanya lalu menatap sekelilingnya. Kemudian dia menatap Siegfried yang tersenyum memandangnya.

" Ada apa?" Tanyanya dengan wajah bingung

" Bisakah kau tidak setegang itu. Aku khawatir, sayang." Ucap Siegfried dengan tangan menumpu pada kemudi.

Katharina memutus jarak dengan menggeser tubuhnya. Lalu dia melingkarkan kedua tangannya diseputar pinggang Siegfried dan menyurukkan wajahnya di leher lelaki yang kini merengkuhnya.

" Aku hanya gugup. Cukup lama aku tidak bertemu dengan dua orang ini. Aku bingung, apa yang harus katakan ketika nanti berhadapan." Ucap Katharina pelan. Siegfried mengecup lembut puncak hidung gadis itu.

" Dad sudah menghubungi Ayahmu. Aku rasa tidak banyak yang harus kau bicarakan nanti, Ayahmu sudah lebih dulu mengetahuinya dari Dad."

Siegfried berucap lembut menenangkan gadisnya. Katharina mengangkat kepalanya lalu menatap Siegfried.

" Bagaimana jika Ayahku tidak setuju?"

Pertanyaan Katharina ditanggapi tawa oleh Siegfried. Gadis itu meringis.

" Aku akan melakukan apa yang Ayahmu lakukan." Ucap Siegfried tenang.

" Maksudmu?"

Katharina mengangkat kedua alisnya. Siegfried mencium lembut pipi gadis itu.

" Bukankah kau tidak setuju ketika Ayahmu menikahi Grace?"

Katharina menatap Siegfried dan menggangguki pertanyaannya dengan ragu.

" Aku juga akan seperti itu. Tetap menikahimu, seandainya pun Ayahmu tidak setuju." Ucap Siegfried mantap. Katharina tersipu.

" Aku mencintaimu, dear dan kupastikan tidak akan ada yang bisa menghalanginya. Tidak juga Ayahmu."

Siegfried memeluk erat gadisnya. Katharina tersenyum puas dalam pelukan lelaki tercintanya.

Lalu Siegfried mengurai pelukannya dan menatap gadisnya.

" Kita lanjutkan perjalanan. Apa ini masih jauh?"

Katharina mengangguk sambil membetulkan posisi duduknya.

Kemudian, kembali Siegfried melajukan mobilnya dengan perlahan. Katharina terlihat tenang kini.

" Disinilah aku pertama kali bertemu denganmu. Dulu, kalau malam tempat ini sedikit gelap. Ada bangunan tidak terpakai disebelah sana."

Ucapan Katharina membuat Siegfried menoleh. Mobil berhenti di simpangan jalan dengan lampu merah yang menyala. Sedikit merunduk Siegfried melihat arah yang ditunjuk Katharina.

" Kau menyelamatkanku malam itu tapi juga mencuri ciuman pertamaku dan juga hatiku."

Tidak ada nada sedih yang keluar dari ucapannya. Mata gadis itu malah berbinar ceria dengan senyum cantik menghiasi bibirnya.

" Aku mungkin harus bersyukur karena malam itu melewati jalan ini dan mengalami hal yang sebenarnya sangat menyebalkan itu. Aku jadi bertemu lelaki yang kini menemani hidupku.."

" Selamanya." Potong Siegfried cepat. Katharina tertawa manja.

Mobil kembali melaju setelah lampu lalu lintas menyala hijau. Katharina memberikan arahan untuk berbelok di pertigaan berikutnya.

" Rumah Dad, lurus ke sana. Kau akan menemukan rumah besar dan megah, setelah melewati jalan yang sedikit menurun."

Siegfried menatap Katharina lalu mengangguk anggukan kepalanya. Lalu ketika dengan sedikit tegang gadis itu mengisyaratkan untuk berhenti. Siegfried dengan sigap menurutinya.

Katharina menatap Siegfried dengan tatap mata yang sedikit bergeriap. Lelaki itu meraih wajah gadisnya lalu dengan ringan mencium bibirnya.

" Ayo kita turun. Aku pastikan restu itu akan kudapatkan. Jika pun tidak, kau tahu apa yang akan kulakukan."

Katharina mengangguk. Senyumnya mengembang. Dia mengecup bibir lelakinya singkat lalu segera berbalik untuk membuka pintu mobil. Siegfried berdecak.

" Tunggu, biar kubukakan." Cegah lelaki itu cepat. Katharina bergeming.

Bergegas Siegfried turun, lalu segera  membukan pintu untuk Katharina. Mengulurkan tangannya, membantu gadis itu turun.

Lalu dengan ringan tangannya melingkar di pinggang gadis itu. Membawanya melangkah memasuki rumah besar berhalaman luas.

Tampak seorang lelaki seumuran Dad, yang masih terlihat gagah keluar dari dalam rumah. Ditemani seorang wanita seumuran Katharina dengan bayi berusia sekitar setahun dalam gendongannya.

" Leota, my baby girl."

Sambut lelaki itu dengan tangan terentang dan siap merengkuh tubuh mungil Katharina. Gadis itu tidak kuasa menolak. Segera saja berlari dan masuk dalam pelukan hangat lelaki itu.

Wanita yang berdiri disebelah lelaki itu tampak matanya berkaca kaca. Dia memberikan bayinya beralih ke gendongan seorang wanita dengan pakaian baby sitter yang kemudian beranjak ke dalam membawa bayi itu.

" Hai Grace." Sapa Katharina begitu pelukannya terurai.

Wanita itu segera menghambur memeluk Katharina.

" I miss you, Kathy." Ucap wanita itu disela isakannya.

Ayah Katharina yang menyaksikan itu tampak menunduk menahan kesedihannya. Matanya terpejam. Lalu kemudian kembali menengadah dan menatap tajam Siegfried yang mementang tatapannya. Lalu lelaki itu berucap dengan suaranya yang terdengar berat.

" Kau pasti anak si brengsek Baldomero itu ?"

SIEGFRIED BALDRIK   ( COMPLETED )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang